28.2 C
Jakarta

Kembangkan Konsep Sea Waste Scavengers dengan AI, Siswa Binus School Simprug Ini Menangi Kompetisi ICJ 2022

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Evan Felix Santoso baru duduk di kelas 8 atau setingkat kelas 2 SMP. Tetapi siswa Binus School Simprug Jakarta tersebut sudah menorehkan prestasi gemilang pada kompetisi Imagine Cup Junior 2022 yang diselenggarakan oleh Microsoft. Kompetisi yang diikuti ribuan peserta dari berbagai negara di dunia tersebut mengantarkan Evan sebagai satu-satunya dan yang pertama, siswa asal Indonesia yang memenangi kompetisi bersama 10 siswa lainnya dari berbagai negara.

Prestasi tersebut yang pasti sangat membanggakan, bukan hanya bagi Evan, tetapi juga Microsof Indonesia, Binus School Simprug, Yayasan Bina Nusantara dan kedua orang tuanya. “Ide dan inovasi Evan telah mengantarkannya menjadi salah satu pemenang kompetisi Image Cup Junior 2022,” kata Obert Hoseanto, Education Program & Skille Lead Microsoft Indonesia pada Media Gathering yang digelar Jumat (2/9/2022).

Membawakan konsep Sea Waste Scavengers, inovasi Evan dinilai tim juri sebagai sebuah gagasan baru untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam menjawab tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi dunia saat ini. Kompetisi Image Cup Junior 2022 itu sendiri diikuti oleh ribuan anak usia 13-18 tahun dari berbagai belahan dunia. Kemenangan Evan pun menjadikannya satu-satunya wakil Indonesia di antara 10 pemenang kompetisi tersebut.

Prestasi yang diraih Evan tersebut tak terlepas dari dukungan Yayasan Bina Nusantara, Binus School Simprug dan kedua orang tuanya. Michael Wijaya Hadipoespito, Presiden dari Binus School Education memaparkan Yayasan Bina Nusantara sudah berkiprah dalam dunia pendidikan lebih dari 41 tahun. Komitmen Binus untuk membangun Nusantara yang lebih baik, diimplemnetasikan ke seluruh jajaran, termasuk pengajar dan murid-murid di semua sekolah Binus yang tersebar di 4 kota besar yakni Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Semarang.

Salah satu contoh program yang digunakan untuk mendorong siswa-siswi Binus School dalam peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah melalui program SDG (Sustainable Development Goals) yang secara berkesinambungan disosialisasikan sejak dini dari kelas 2 SD hingga ke jenjang SMA di Binus School Simprug, Jakarta Selatan.

“Kami sebagai institusi pendidikan tidak hanya memfokuskan di bidang akademik saja, namun hal terpenting yang harus ditautkan ke para siswa-siswi kami adalah bagaimana caranya untuk memaksimalkan diri melalui potensi dan karakter yang sudah dimiliki agar dapat berguna bagi sesama serta lingkungan di sekitarnya,” kata Michael Wijaya.

Semangat fostering & empowering sebagai komunitas Binus School terarah pada pengembangan siswa dengan tujuan utama membangun karakter teladan, mendukung pembelajaran yang inovatif serta membina kepemimpinan yang penuh kasih. “Dengan demikian, kami juga menawarkan pengembangan individu berwawasan lokal dan internasional yang menunjukkan keteguhan dan ketekunan di era globalisasi yang semakin penuh tantangan,” lanjut Michael Wijaya.

Dari salah satu 17 tujuan utama SDG, yang cukup konsisten menjadi gagasan di Binus School Simprug adalah tujuan nomer 14 yaitu Ekosistem Lautan. Berangkat dari kesadaran tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan keminatan di bidang teknologi, murid Binus School bernama Evan Felix Santoso berhasil memenangkan kompetisi Imagine Cup Junior 2022 yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia. Bersama-sama dengan ribuan remaja lainnya dari berbagai belahan dunia, Evan dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadikannya satu-satunya wakil Indonesia di antara 10 pemenang kompetisi tersebut. Membawa konsep Sea Waste Scavengers, Evan berhasil menyisihkan ribuan remaja lainnya dari seluruh dunia.

Keikutsertaan Evan dalam ajang bergensi tingkat dunia tersebut tidak terlepas dari support Nikhil Loyola Dsouza, seorang guru science di Binus School Simprug. Nikhil telah berhasil mendorong dan membimbing Evan untuk mengikuti kompetisi ini dari awal hingga akhir.

“Saya sebagai guru telah melihat potensi yang dimiliki Evan, sehingga saya tergerak untuk mendorong Evan untuk mengikuti kompetisi ICJ. Saya merasa bangga dan optimis bahwa Evan dapat mengembangkan konsep Sea Waste Scavengers ini serta menjadi salah satu yang terbaik di dalam kompetisi ICJ. karena gagasan seperti ini mampu memecahkan tantangan di abad ke-21 dan juga dapat diterapkan di banyak negara di seluruh dunia. Saya berharap prestasi Evan dapat menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda diluar sana untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitanya,” ungkap Nikhil Loyola.

Ha yang sama pun disampaikan Evan. Ia mengaku bahwa keikutsertaan dalam kompetisi ICJ berkat dorongan dari sang guru sains. “Pak Nikhil lah yang menyarankan kompetisi ini, setelah sedikit berpikir dan memberi semangat, lalu saya pun bergabung dengan ICJ. Sejak saat itu, Pak Nikhil memimpin pelatihan untuk ICJ dan mengajari kami tentang aturan, mekanik, dan bagaimana membuat presentasi yang efektif dan solusi kreatif,” tutur Evan.

Teknologi AI ini ditemukan Evan, dapat diimplementasikan di kapal listrik bertenaga air dan surya guna melacak, menemukan serta mengambil sampah plastic yang ada di lautan. “Saya harap inovasi ini mampu menginsiprasi generasi muda lainnya untuk memiliki kepekaan terhadap pencemaran laut, sehingga kehidupan laut kita menjadi terjaga kebersihan dan keindahannya,” tambah Evan.

Ia mengaku kemenangannya di bidang AI telah mengubah cita-cita dan impian berkariernya. “Semula saya ingin jadi seorang pembalap. Tapi melihat ada banyak pembalap idola saya yang mengalami kecelakaan, saya jadi kecewa dan sangat sedih,” katanya.

Karena itu, Evan pun mengubah cita-cita dan impiannya di masa depan. “Saya ingin mendesain mobil untuk kebutuhan apa saja, untuk keluarga, juga untuk mereka para pembalap. Saya ingin mobil buatan saya aman dan nyaman karena menerapkan teknologi tinggi,” kata Evan.

Sementara itu, Isaac Koh, Kepala Sekolah Binus School Simprug menambahkan, prestasi Evan melalui kompetisi ini merupakan salah satu bentuk komitmen sekolah dalam menerapkan shared values dan personal excellence. “Yang dimaksud disini adalah bagaimana diri kita menularkan ilmu pengetahuan ke kepada sesama serta mengembangkan citra diri yang positif dan inovatif. Kami mengucapkan selamat kepada siswa kami Evan Felix Santoso serta Bapak Nikhil Dsouza, yang telah membina dan memberdayakan generasi penerus pembuat perubahan yang berdampak untuk mewujudkan aspirasi mulia generasi masa depan kita,” katanya.

Ajang ICJ sendiri sudah digelar selama 3 kali sejak 2019. ICJ merupakan pengembangan dari proyek Microsoft dalam hal SDG’s yang digagas sejak 20 tahun lalu. Awalnya Microsoft hanya menggelar event ini untuk mereka yang sudah berusia di atas 18 hingga 25 tahun atau setara mahasiswa. Tetapi sejak 2019 Microsof menggelar untuk tingkat SMA ke bawah dengan harapan menggali potensi dari anak-anak bertalenta khusus seperti Evan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!