JAKARTA, MENARA62.COM– Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) gelar pameran arsip terkait lahirnya Pancasila. Kegiatan yang berlangsung 2-15 Juni 2017 di Museum Nasional tersebut merupakan hasil kerjasama antara Kemendikbud, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Perpustakaan Nasional.
“Pameran ini menjadi salah satu upaya kita menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat khususnya generasi muda. Dengan memahami tentang sejarah lahirnya Pancasila maka diharapkan generasi muda memahami pula arti keberagaman bangsa Indonesia,” kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Kamis (1/6/2017).
Hilmar mengingatkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup (falsafah), dasar negara (ideologi) dan wahana pemersatu bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi sendi kehidupan dan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indoneaia. Lahirnya Pancasila merupakan buah pemikiran para pendiri bangsa dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diimpikan oleh segenap bangsa Indonesia.
“Proses politik lahirnya negara Republik Indonesia ada di pameran ini. Mulai dari pembahasan soal bentuk negara hingga lahirnya Pancasila dan lainnya. Pertama dipamerkan untuk umum dan ini dokumen sangat lengkap,” tukas Hilmar.
Pameran Arsip Lahirnya Pancasila rencananya dibuka Mendikbud pada Jumat (2/6). Menampilkan Tio Pakusadewo sebagai pembaca pidato Bung Karno dalam rapat BPUPKI 1 Juni 1945 serta pemutaran film “Pantja-Sila : Cita-Cita dan Realita. Arsip-arsip yang memiliki nilai kesejarahan yang tinggi seperti dokumen tentang persidangan Badan Penyidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai, teks pidato Soekarno tentang Pancasila, penyusunan konsep pembukaan UUD 1945, persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menetapkan UUD 1945 dan memilih Presiden dan Wakil Presiden akan ditampilkan selama pameran berlangsung.
Perpustakaan Nasional bahkan akan memamerkan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang asli ditulis diatas daun lontar. Dari kitab inilah pertamakali muncul kata bhinneka tunggal ika.
Diharapkan pameran ini menjadi pemantik kesadaran revitalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa yang mendasari seluruh kehidupan Indoneaia sebagai sebuah bangsa.
Bagi Hilmar pameran ini sangat penting dalam situasi seperti sekarang ini. Dimana gejala perpecahan semakin nyata dengan munculnya intoleransi ditengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
“Ada sekitar 54 panel dokumen penting yang akan kita pamerkan di Museum Nasional dan 6 item. Pameran ini terbuka untuk umum dan gratis,” tutup Hilmar.