JAKARTA, MENARA62.COM – Masing-masing anak memiliki bakat dan minat yang berbeda. Karena itu tidak pada tempatnya jika orangtua memaksakan kehendak kepada anak untuk memilih jurusan atau profesi sesuai keinginan orangtua.
“Pendidikan bukan maunya mama, bukan maunya papa. Anak punya minat dan bakat yang berbeda,” kata Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwadi Sutanto saat membuka Gebyar Hari Pendidikan Nasional wilayah DKI Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Diakui hingga saat ini banyak orangtua yang memiliki kecenderungan agar anak meniru profesi yang dijalani orangtua. Lalu mereka memaksakan anak untuk menempuh pendidikan sama dengan orangtua.
“Orangtuanya dokter lantas pengen anaknya jadi dokter. Orangtua polisi, lantas anaknya juga dicetak jadi polisi. Masih banyak orangtua menganggap karier anak sama dengan orangtua adalah segalanya,” lanjut Purwadi.
Model pendidikan seperti itu sudah tidak tepat pada era industry 4.0. Sebab pada era seperti sekarang ini, kemampuan anak untuk berkreativitas menjadi hal utama yang harus dikembangkan.
Purwadi mengingatkan sejatinya ada tiga kompetensi yang sangat penting dikuasai anak agar bisa bersaing di era digital dan era global seperti sekarang ini. Ketiga kompetensi tersebut adalah memiliki karakter yang kuat, memiliki literasi yang tinggi dan memiliki kompetensi yang hebat baik akademis maupun non akademis.
Untuk meningkatkan kompetensi siswa, saat ini Kemendikbud terus melatih siswa dengan soal-soal HOTS. Soal dengan penalaran tinggi tersebut melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan solutif.
Purwadi juga mengingatkan pentingnya keluarga dalam proses pendidikan anak. Tidak pada tempatnya jika orangtua menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan kepada guru-guru di sekolah.
Gebyar Hardiknas wilayah DKI Jakarta dipusatkan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Bahasa, Jakarta Selatan.
