JAKARTA, MENARA62.COM– Heboh kasus siswi lumpuh usai mendapatkan vaksin MR di Kota Demak, Jawa Tengah tidak menyurutkan pemerintah untuk melanjutkan program imunisasi MR bagi anak-anak usai 9 bulan-15 tahun. Program vaksinasi measles dan rubella (MR) untuk tahap pertama (tahun 2017) akan menjangkau 34,9 juta anak-anak di Pulau Jawa. Dan pada tahap kedua (2018) akan dilakukan terhadap semua anak diluar Pulau Jawa.
“Bulan Agustus-September ini, kita sasar anak-anak di Pulau Jawa,” kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohammad Subuh, Selasa (15/8).
Hingga kemarin, imunisasi MR ini telah menjangkau 38.5 persen sudah tercapai atau sekitar 13.4 juta lebih anak sudah divaksin. Atau rata-rata 2,7 persen anak mengikuti imunisasi setiap hari.
“Animo masyarakat untuk ikut imunisasi sangat bagus, saya berharap tidak terpengaruh dengan berita-berita yang tidak benar atau hoax,” lanjutnya.
Seperti diketahui saat ini beredar berita tentang lumpuhnya seorang siswi dari Demak, Jawa Tengah. Siswi bernama Niken tersebut mengalami gejala tak lazim usai imunisasi MR hingga mengalami kelumpuhan.
Ketua Komnas Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP KIPI) Hindra Irawan Satari menyebutkan bahwa pihaknya telah menurunkan tim untuk menyelidiki dan mempelajari kasus tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dipastikan bahwa kelumpuhan yang dialami Niken bukan akibat pemberian vaksin MR.
“Hingga saat ini belum ada cukup bukti bahwa siswi ini sakit akibat vaksin MR,” jelas Hindra.
Sebelum disuntik, ia punya kondisi yang berbeda, kaki kanannya kecil, matanya juling.
Hindra menjelaskan bahwa vaksin adalah virus yang sudah dilemahkan, sehingga wajar bila ada reaksi oleh tubuh dan ada timbul gejala ringan paska imunisasi. Karenanya imunisasi harus dilakukan saat anak sehat.
“Virus ini hidup, tapi tidak langsung memberikan gejala. Ada rentang sampai ada gejala,” tambahnya.
Kejadian medik pasca pemberian vaksin dapat berupa tanda, gejala, serta pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan juga berupa Causality Assesment yakni mengkaji data yang ada, melakukan klasifikasi, apa ada hubungan dengan vaksin.
“Wajar ada reaksi, wajar bila ada kejadian. Sejauh kasus tidak banyak. Tapi kalau berlebihan, ada kecurigaan produk vaksin bermasalah,” ujarnya.
Sementara itu, Medical Officer Imunization dari WHO Indonesia, Virod Bura mengatakan masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir tentang kualitas vaksin yang digunakan. Mengingat vaksin MR yang digunakan di Indonesia adalah produk dalam negeri yang memiliki kualitas world class top quality vaccin.
“Kita harus fokus pada bagaimana kampanye tentan vaksin MR ini meluas dan berhasil. Karena campak dan rubella sudah menjadi persoalan global yang mendorong 153 negara telah melakukan vaksinasi MR.