29.6 C
Jakarta

Kementan Klaim Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Meningkat

Baca Juga:

JAKARTA – Produksi padi, jagung dan kedelai (PJK) dalam lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Rinciannya, untuk padi mengalami peningkatan hingga 4,07 persen per tahun, jagung 12,5 persen per tahun dan kedelai rata-rata 8,79 persen per tahun.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto mengatakan peningkatan produksi ketiga jenis komoditas pertanian tersebut tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemeirntah melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan seperti penyediaan benih, penyediaan alat mesin pertanian pascapanen, dem area budidaya tanaman sehat padi dan dem area penanggulangan dampak perubahan iklim.

“Peningkatan produksi PJK tentu juga tak lepas dari luas panen yang selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami peningkatan,” kata Gatot, Senin (1/10).

Data Kementan mencatat luas panen untuk padi meningkat 3,79 persen per tahun, jagung meningkat 11,05 persen per tahun dan kedelai meningkat 11,65 persen per tahun.

Gatot menjelaskan bahwa produksi dan luas panen komoditas PJK pada angka ramalan I tahuh 2018 lebih tinggi dibanding angka tetap 2017. Ada peningkatan produktivitas padi dan jagung tahun 2018 ini dibanding satu tahun sebelumnya.

“Produksi padi tertinggi atau puncaknya terjadi bulam Maret 2018 sebesar 12,42 juta ton gabah kering giling (GKG) dengan luas panen 2,3 juta hektar. Dan produksi terendah di bulan Januari 2018 sebanyak 4,01 juta ton GKG dan luas panen 799.890 hektar,” lanjut Gatot.

Lalu untuk produksi jagung tertinggi terjadi pada bulan Februari 2018 sebesar 4,29 juta ton dengan luas panen 859 ribu hektar. Produksi terendah diperkirakan akan terjadi bulan November mendatang sebesar 1,52 juta ton dengan luas panen 247,306 hektar.

Sedang untuk kedelai, puncak produksi terjadi pada April 2018, sebesar 116,02 ribu ton, dengan luas panen 82,7 hektar. Produksi terendah diperkirakan terjadi bulan Desember mendatang dengan nilai 39.497 ton dan luas panen 27.428 hektar.

Untuk beras, tahun 2018 sebedar 48,29 juta ton lebih besar dibanding konsumsi beras sebesar 30,37 juta ton. Demikian juga dengan jagung, dimana produksi tahun 2018 diperkirakan mencapai 30,05 juta ton sedang konsumsi mencapai 15,56 juta ton.mengatakan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir produksi padi, jagung, dan kedelai tercatat meningkat.

“Artinya untuk komoditas beras dan jagung kita mengalami surplus,” lanjut Gatot.

Meski produksi kedelai lebih sedikit dibanding kebutuhan konsumsi, tetapi menurut Gatot terjadi peningkatan kemampuan pemenuhan kebutuhan kedelai dua kali lipat dari 17 persen pada 2017 menjadi 34 persen pada 2018.

Surplus produksi jagung, diakui Gatot mendorong Indonesia mampu meningkatkan ekspor jagung pada 2018 dengan nilai 261,76 ton. Dan untuk volume ekspor beras premium serta beras khusus melonjak tajam sejak 2017 dimana tahun 2016 tercatat 81,28 ton menjadi 3.433 ton pada 2018.

Adapun penyediaan bantuan benih padi yang dilakukan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan seluas 6.788,210 hektar untuk benih padi inbrida (3,3 juta hektar), jagung (2,8 juta hektar), kedelai (546 ribu hektar), dan padi hibrida (100 ribu hektar).

Dukungan sarana pascapanen tahun 2014 hingga 2018 sebesar 52.324 unit berupa combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller, corn combine harvester, rice milling unit dan Sentra Pelayanan Pertanian Terpadu (SP3T).

“Alokasi kegiatan dem area budidaya tanaman sehat padi tahun 2018 sebanyak 23.000 hektar dan area penanggulangan dampak perubahan iklim seluas 1.000 hektar. Kegiatan ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi,” tutup Gatot.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!