Innalillahi wa’inna ilaihi roji’un, Prof Baedhowi wafat. Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Puat Muhammadiyah ini wafat pada Ahad (4/7/2021) pukul 9.40 WIB.
“Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni kesalahannya, diterima amal ibadahnya, serta ditempatkan di jannatun na’im,” ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada Ahad.
Suatu hari di tahun 2004, ketika itu almarhum Prof Baedhowi menjabat sebagai Sekjen Depdiknas Baedhowi, dan Mendiknas dijabat oleh almarhum Prof Malik Fajar, seperti biasanya, pagi-pagi sudah hadir ke Kemendiknas.
Pagi itu, akan ada acara penyerahan buku dari British Council untuk perpustakaan Depdiknas. Acara berlangsung singkat, dan seperti biasa selalu tersedia makanan. Namun, Pak Baedhowi mendekat, mas udah sarapan belum. Temani saya makan sop di belakang?
Luar biasa, posisinya boleh saja sekjen Depdiknas. Namun, Pak Baedhowi tak pernah ragu makan di tempat makan karyawan biasa.
Tampaknya, menu yang disajikan tak menggugah selera Pak Baedhowi yang kepengin Sop Bu Samino pagi itu. Jadilah berdua langsung berjalan ke belakang gedung parkir Depdiknas, untuk makan Sop Bu Samino. Warung ini, luasnya sekitar 2×3 meter, hanya berjajar dua bangku panjang dan meja yang menempel dinding. Kesan agak kumuh, tak bisa dihindarkan, paling tidak itulah yang pernah disampaikan almarhum Prof Malik ketika baru menjabat sebagai mendiknas dan berkeliling kantor.
Namun, rasa sop itu telah menggugah selera almarhum Pak Baedhowi. Kami pun berjalan dari Gedung A ke warung itu. Sambil ke belakang, Pak Baedhowi bercerita kalau ia juga punya “bisnis” beras di Klaten. Entah apa kisah awalnya, sehingga ia bercerita soal bisnis beras. Menurutnya, usaha itu sudah lama ia tekuni sejak masih kuliah di Solo.
Beras itu makanan pokok rakyat Indonesia. Kalau tidak ada produksi beras yang mencukupi, maka negara ini akan gonjang-ganjing. Itu sebabnya, Pak Harto (Presiden Suharto) sangat memperhatikan soal kecukupan beras untuk rakyat ini. Pak Harto mendirikan Bulog, untuk mengawasi kecukupan beras ini.
Hari ini, harga beras tidak stabil. Kata Pak Baedhowi ketika itu. Namun, sayangnya petani tidak selalu tidak bisa menikmati harga yang bagus. Kalau harga beras mau naik, sudah dihajar dengan beras impor yang lebih murah. “Kasihan mereka itu,” ujar Pak Baedhowi, yang berkeinginan disaat pensiun nanti akan kembali ke Muhammadiyah dan “ngopeni” usaha beras.
Hari ini, Pak Baedhowi berpulang. Namun, persoalan beras itu tampaknya masih menjadi problem hingga hari ini. Memang stok banyak, namun soal impor beras memang memprihatikan.
Prof Baedhowi, sebelum menjadi ketua majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pernah menjabat sebagai Sekjen dan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.