JAKARTA, MENARA62.COM – Kerukunan antar umat beragama di Indonesia merupakan fondasi bangsa yang sangat penting. Karena itu keberadaannya harus dijaga dan dirawat sehingga mampu menjadi tonggak dibangunnya kerukunan dan persatuan bangsa.
“Tanpa kerukunan umat beragama, niscaya persatuan bangsa sulit terwujud,” papar Dr. H. Maneger Nasution, M.A, Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat periode 2010 -2015 dan Komisioner KOMNAS HAM RSI periode 2012 – 2017 di sela Forum Group Discusion (FGD) jelang Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa bertema Kemajemukan untuk Kerukunan Bangsa, Refleksi dan Proyeksi yang digelar LPP AIKA Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka).
Kegiatan FGD yang juga menampilkan pembicara M. Abdullah Darraz, MA, Intelektual Muda Muhammadiyah tersebut dibuka resmi Wakil Rektor 4 Uhamka Drs Zamah Sari M Ag.
Menurutnya, keragaman yang ada di Indonesia, termasuk keragaman agama adalah sesuatu yang given, yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dipelihara sebagai potensi untuk kemajuan bangsa. Keragaman agama yang ada di Indonesia pada kenyataannya telah merekatkan keragaman yang ada, yang menjadi pilar bagi bangunnya keindonesiaan.
Mengingat pentingnya ukhuwah agama-agama ini, lanjut Maneger, hendaknya program dialog agama dan peradaban yang akan digelar dilakukan dengan penuh tanggung jawab, komitmen sepenuh hati. Dialog agama dan peradaban harus menghargai dan menghormati perbedaan tiap-tiap agama, serta mengedepankan semangat kejujuran dan keterbukaan.
“Dialog dan kerja sama antaragama tidak bisa dibangun dengan baik kalau masih ada dusta dan kepercayaan satu dengan lainnya,” tambahnya.
Ia mengakui kerukunan umat beragama di Indonesia yang telah rekat, pada kenyataannya telah dirusak oleh kedangkalan pemahaman agama, pengaruh politik, ekonomi, dan lain-lain. akibatnya mengganggu sendi-sendi kerukunan yang diekspresikan dalam sikap tidak menghargai perbedaan baik intern agama maupun ekstern agama.
Disinilah Maneger memandang pentingnya menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam menyambut permusyawaratan para pemuka dan tokoh agama tersebut menjelang digelarnya dialog agama dan peradaban.