27.8 C
Jakarta

Ketika Koperasi Mengelola Pembangkit Listrik

Baca Juga:

Sumbawa, MENARA62.COM Memadukan teknologi dengan sumber daya alam menjadi kunci keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU) Puncak Ngengas di Desa Tepal, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam membangkitkan aktivitas ekonomi masyarakat desa.

Berkat kepiawaian KSU Puncak Ngengas dalam mengelola kesinambungan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang merupakan bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2013 silam, kini dusun-dusun di Desa Tepal tidak hanya ‘merdeka’ dari gelap gulita, namun telah menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat dengan beroperasinya usaha pengolahan kopi dan perbengkelan.

Bahkan pencapaian gemilang dalam memanfaatkan sumber energi terbarukan ini telah menghantarkan KSU Puncak Ngengas menjadi pemenang pertama ASEAN Energy Award 2017 yang digelar di Philipina.

Ketua KSU Puncak Ngengas, Ahdar mengaku, keberadaan PLTM dari Kemenkop tersebut menjadi kebangkitan ekonomi bagi warga desa yang terletak di kawasan puncak perbukitan tertinggi di Sumbawa. “PLTM ini tidak hanya menjadi sumber energi listrik yang menerangi rumah atau warga bisa nonton televisi, tapi menjadikan petani di Tepal mampu mengolah kopi dan memasarkan hingga ke luar Sumbawa, dan dibantu dipasarkan secara online,” kata Ahdar saat mendampingi Asisten Deputi Industri dan Jasa, Deputi Bidang Pemasaran dan Produksi Kemenkop dan UKM Ari Anindya Hartika dan jajarannya meninjau PLTMH di Desa Tepal, Batu Lateh, Sumbawa, Rabu (18/7) kemarin.

Menurut Ahdar, saat ini KSU Puncak Ngengas Tepal telah mengoperasikan 2 unit PLTMH dengan kapasitas daya masing-masng sebesar 40 KW serta telah melayani sekitar 200 pelanggan rumah tangga maupun usaha produktif pengolahan kopi. Namun Ahdar bertekad untuk terus meningkatkan pasokan listrik di Desa Tepal dengan menambah 1 unit PLTMH lagi pada tahun-tahun mendatang.

“Kebutuhan listrik warga dan usaha produktif akan terus naik, kita berharap bisa tambah 1 turbin mikro hidro lagi. Perkiraan estimasi biaya mencapai Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Dana yang kita butuhkan untuk membangun satu PLTMH lebih kecil jika dibandingkan dengan perhitungan pembangunan PLTMH yang umumnya mencapai Rp 6 miliar karena perbengkelan di desa sudah mampu membuat turbin sendiri. Dan sudah pernah membuat 5 turbin PLTMH pesanan dari desa di sekitar Sumbawa ini,” ujar Ahdar.

Selain itu, kata dia, untuk pengerjaan sipil berupa pembangunan rumah turbin dan pembangunan pipa airnya dilakukan secara gotong royong anggota koperasi sehingga biaya bisa ditekan hingga di bawah Rp 2 miliar.

Untuk menjaga keberlangsungan PLTMH sebagai penggerak ekonomi usaha mikro dan kecil ini, Ahdar menceritakan bahwa sejak awal pembangunan PLTMH pihaknya telah mempersiapkan pemuda desa untuk terlibat dalam pengoperasian pembangkit tersebut. Yakni saat awal pembangunan, kontraktor terus didampingi oleh tenaga muda desa sehingga proses transfer pengetahuan dan teknologi bisa berjalan baik. “Jadi tenaga ahli atau kontraktor hanya pas pemasangan pertama saja, selanjutnya tenaga lokal sudah dapat melanjutkan dan mengoperasikan PLTMH. Kalau ada kerusakan kita sudah bisa perbaiki sendiri,” kata Ahdar.

Dalam menjaga kesinambungan pengoperasian PLTMH, KSU Puncak Ngengas melakukan pembebasan lahan satu hektare (ha) di sekitar PLTMH untuk mengantisipasi gangguan seperti longsor atau pohon tumbang yang pernah terjadi hingga merusak rumah turbin. Nantinya, lahan tersebut akan ditanami pohon kopi yang dikelola oleh Gapoktan Kopi ‘Kemang Arabica’ yang merupakan unit usaha KSU Puncak Ngengas.

Dengan adanya pasokan listrik yang bersumber dari aliran air di perbukitan Tepal, kini para petani kopi bisa meningkatkan nilai tambah. Hal ini terlihat dengan menjamurnya pengolahan kopi di Tepal dengan cita rasa jenis arabica, robusta dan luwak. Roasting coffe atau proses sangrai kopi yang merupakan proses utama akan menentukan cita rasa kopi yang dihasilkan.

Keseriusan KSU Puncak Ngengas dalam mengolah kopi ini telah diakui berbagai pihak. Salah satunya pada ajang Smesco Rembuk Kopi Nusantara 2017, KSU Puncak Ngengas meraih juara pertama Coffe Cupping Competition.

Di sisi lain, deretan pohon kopi terlihat di sepanjang jalan dan perbukitan terjal hingga terkesan bukan lagi seperti perkebunan namun seolah-olah menyerupai hutan pohon kopi. Pemandangan ini semakin menguatkan kopi Tepal menjadi brand baru dari produk yang dimiliki Sumbawa.

“Kita berusaha terus meningkat kualitas produk dan telah disertifikasi dari beberapa instansi terkait. Kita juga memberikan kemudahan kepada konsumen dalam memasarkan Kopi Tepal. Untuk harganya, kopi Tepal Arabica sudah dipasarkan dengan kemasan 200 gram dengan harga Rp 45.000. Ada juga kopi Robusta dan kopi luwak,” ungkap Ahdar.

Multiplier Effect

Sementara itu, Asisten Deputi Industri dan Jasa Kemenkop dan UKM Ari Anindya Hartika dalam kunjungannya ke lokasi PLTMH dan Pusat Pengolahan Kopi mengatakan, manfaat keberadaan energi air (PLTMH) telah dirasakan secara nyata oleh anggota koperasi dan warga desa Tepal, terlihat dari pengembangan usaha pengolahan kopi dan memberikan peluang usaha lainnya bagi masyarakat sekitarnya. PLTMH ini juga dimaksudkan untuk melayani ekonomi dan usaha produktif masyarkat karena tidak tersentuh listrik PLN. Pengembangan energi terbarukan ini juga mendorong rasio elektrifikasi yang ditargetkan pemerintah bisa mencapai 95 persen.

“Multiplier effect (efek berantai – red) sangat penting dan kita harapkan mampu mendorong usaha produktif masyarakat. Pengolahan kopi dan usaha produktif merupakan turunan dari pengelolaan PLTMH. Dan ini (PLTMH) merupakan salah satu dari sekian banyak program dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Ke depan, kita akan terus memberikan bimbingan agar usaha produktif bisa semakin berkembang dan maju,” ujar Ari Anindya.

Dia juga menjelaskan, strategi pengembangan koperasi dan UKM melalui bimbingan teknis atau bimtek seperti mroasting coffe yang pernah dilakukan pihaknya. Tujuannya, kata dia, untuk meningkatkan daya saing koperasi dan UMKM agar terus tumbuh dan besar. “Kita juga dorong pola kemitraan bagi para pelaku usaha bisnis. Jadi dengan adanya pola kemitraan ini pelaku usaha bisa sangat terbantu, antara lain adanya kontrak penjualan dan lainnya,” ujarnya.

Sedang Kepala Bidang Jasa dan Aneka Usaha, Deputi Bidang Pemasaran dan Produksi, Eko Adi Priyono menambahkan, tiap tahun Kemenkop memberikan bimbingan teknis seperti pelatihan operator dan teknikal. “Kita sering mengundang dan mengajak pelaku usaha untuk mengikuti pelatihan maupun event agar mereka bisa cepat berkembang. Kita terus memfasilitasi dan memberikan pembinaan kepada pelaku usaha. Rencananya, kita akan menggelar temu bisnis pelaku usaha kopi di Mataram dalam waktu dekat serta mendorong terjalinnya kemitraan,” kata Eko Adi Priyono.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!