JAKARTA, MENARA62.COM– Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan nilai-nilai keindonesiaan generasi sekarang semakin memudar. Bahkan kian hari semakin jauh dari budaya bangsa Indonesia.
“Nilai keindonesiaan yang kita banggakan, yang kita rawat dan pelihara puluhan tahun,kini semakin tersingkirkan,” kata Zulkifli dalam orasi ilmiahnya pada wisuda Sarjana S1 dan S2 Universitas Krisnadwipayana, Rabu (12/04/2017).
Akibat memudarnya nilai keindonesiaan tersebut kehidupan sosial politik dan ekonomi bangsa semakin tidak tertata. Untuk memperoleh kekuasaan baik itu kekuasaan ekonomi mapun politik, orang tidak segan menggunakan cara tarung bebas.
Situasi tersebut jelas Zulkifli sangat bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Dimana budaya gotong-royong, rela berkorban, tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan saling musyawarah untuk mufakat kini semakin kering.
Zulkifli mengingatkan pada jaman perang kemerdekaan, banyak raja-raja di Indonesia yang berkorban meletakkan tahtanya demi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tetapi situasi tersebut saat ini berbalik. Banyak orang menempuh cara ‘menang-menangan’ hanya untuk berkuasa.
“Akibatnya munculah berbagai organisasi dengan kepengurusan ganda seperti HKTI jadi dua, Kadin jadi dua. Karena itu kita harus terus membangun wawasan kebangsaan agar kondisi semacam ini tidak terus berlangsung,” tambahnya.
Zulkifli mengatakan dulu semua siswa mengenal mata pelajaran pendidikan moral Pancasila dan Civic yang mengajarkan siswa nilai-nilai dasar berbangsa dan bernegara serta ke-Indonesiaan. Tetapi semua mata pelajaran itu kini semua sudah dihilangkan dengan berbagai alasan.
Untuk itu dia berpesan kepada para sarjana baru Unkris agar berupaya menegakkan kembali cita-cita Indonesia merdeka yakni masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menciptakan keadailan tersebut tentunya para sarjana ini harus mampu menciptakan kedaulatan di berbagai sektor termasuk kedaulatan pangan dan teknologi.
Sampai saat ini diakui Zulkifli Indonesia belum memiliki kedaulatan di berbagai sektor. Contohnya, di bidang pangan sejumlah komoditas masih harus impor dalam jumlah yang cukup besar seperti beras, jagung, kedelai, tepung terigu dan sejumlah komoditas lainnya.