DENPASAR, MENARA62.COM — Nashir Efendi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan pelajar Muhammadiyah IPP IPM) mengatakan, pembebasan jadi kunci untuk mewujudkan program dan agenda besar. Selain pembebasan, nilai lainnya adalah pencerdasan dan pemberdayaan.
“IPM dalam hal ini bermaksud untuk membebaskan pelajar dari berbagai isu moral dan isu-isu yang menerpa seperti isu kekerasan seksual, ekologi, dan lain-lain yang itu merupakan goals dari IPM,” ujar Nashir dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IPM 2021 yang resmi dibuka pada Jumat (10/12/21) di Denpasar, Bali.
Rakernas IPM 2021 diselenggarakan secara hybrid dimana secara luring diselenggarakan di Hotel Kuta Central Park, Bali, dan secara daring diselenggarakan melalui teleconference zoom meeting. Pembukaan rakernas ini dihadiri, Aminullah (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bali), I Nyoman Ratmaja (Disdikpora Provinsi Bali yang mewakili Gubernur Bali), Bambang Santoso (anggota DPD RI Dapil Bali), dan Agus Taufiqurrahman (Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah).
Menurut Nashir, pencerdasan merupakan nilai yang IPM perjuangkan dalam rangka mewujudkan misi di Indonesia sebagaimana tertera dalam UUD 1945 yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa. IPM hadir dalam rangka gerak keilmuan dan hadir untuk pelajar, siswa-siswi di Indonesia.
Lebih lanjut Nashir mengatakan, aspek pemberdayaan juga diperlukan. Dalam membangun gerakan, program kerja, dan sebagainya, kata kunci yang menjadi ciri khas IPM adalah partisipatif atau aspiratif. Nashir menambahkan, IPM merupakan gerakan yang student oriented.
“Jangan sampai program-program yang kita hasilkan terlalu melangit, sebab IPM adalah organisasi yang student-oriented. Jangan sampai program-program yang kita hasilkan tidak berdampak dan berfokus pada proses. Kita juga harus berfokus pada hasil dan dampak, maka dalam aspek pemberdayaan ini partisipasi dari berbagai wilayah dan juga pelajar Indonesia menjadi hal yang kunci,” ujarnya.