JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Dewan Syariah Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hamim Ilyas menerangkan hubungan antara Islam Rahmatan Lil ‘Alamin (IRLA) dengan Sustainable Development Goals yang menjadi salah satu sumber rujukan dalam perumusan Pilar Program Lazismu. Hal ini disampaikannya dalam acara Pra Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lazismu 2022 yang berlangsung secara daring pada Kamis (8/12) dan diikuti oleh perwakilan Badan Pengurus, Dewan Syariah, serta Badan Pengawas Lazismu tingkat wilayah seluruh Indonesia.
Pra Rakernas Lazismu 2022 merupakan rangkaian Rakernas Lazismu 2022 yang akan digelar mulai dari Jum’at hingga Ahad (10-12/12) di Jakarta, diawali dengan dua agenda yaitu Bimbingan Teknis (Bimtek) atau Training of Trainer (ToT) Pengisian SIM Anggaran dan Sosialisasi SIM Akuntansi ZISKA yang telah diselenggarakan pada tanggal 23-25 November 2021 di Yogyakarta secara luring.
IRLA, sebagai lembaga, menurut Hamim, menentukan pola kehidupan manusia dengan standar yang jelas dalam Al-Qur’an. Standar ini harus digunakan umat supaya kehidupan Islami dalam semua bidang yang mereka perjuangkan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Agar tidak salah jalan sehingga berhasil dalam berjuang, mereka harus menggunakan manajemen, terutama manajemen strategis yang mengkaji putusan-putusan mendasar untuk mencapai tujuan lembaga. “Putusan-putusan mendasar IRLA yang harus mereka gunakan setidaknya meliputi tujuan, visi, misi, dan program. Perwujudan IRLA dengan kerangka manajemen strategis ini sekarang pas dengan Sustainable Develompment Goals (SDG’s),” terangnya.
Hamim melanjutkan, tujuan IRLA terdapat dalam QS. Al-Anbiya ayat 107 yang menegaskan bahwa Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam, rahmatan (rahmah) lil ‘alamin. Rahmah ialah riiqqah taqtadli al-ihsan ila al-marhum, perasaan lembut (cinta) yang mendorong untuk memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi. Berdasarkan pengertian ini maka Islam diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mewujudkan kebaikan nyata bagi seluruh makhluk Allah. Kebaikan nyata dalam pengertian yang paling luas adalah hidup baik yang dalam QS. An-Nahl ayat 97 disebut hayah thayyibah dan hanya dapat diwujudkan dengan amal saleh dan menjadi orang beriman (mukmin).
Visi IRLA diisyaratkan dalam QS. Ali Imran 139 yang menegaskan bahwa kaum Musliminan adalah umat yang tertinggi; dan dalam hadis populer riwayat ad-Daraquthni dari sahabat ‘Aidz bin ‘Amr (juga Umar bin Khathab) yang menegaskan bahwa Islam adalah agama yang unggul dan tidak diungguli (al-Islam ya’lu wa la yu’la ‘alaih). “Berdasarkan ayat dan hadis ini dan dengan memperhatikan tujuan di atas, dapat dirumuskan bahwa visi IRLA adalah terwujudnya umat yang unggul dalam mewujudkan hidup sejahtera sesejahtera-sejahteranya, damai sedamai-damainya dan bahagia sebahagia-bahagianya (hayah thayyibah) bagi semua di dunia dan akhirat,” tegas Hamim.
Misi IRLA sendiri, ujar Hamim, sudah barang tentu sejalan dengan misi Nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya, yang berulang-ulang ditegaskan dalam Al-Qur’an. Ada empat misi yang diemban IRLA, pertama adalah meneduh-sejukkan. IRLA meneduh-sejukkan dengan risalah yang menaungi manusia dengan segala kompleksitas kehidupannya. Dengan risalah ini IRLA membawa pesan-pesan Allah yang memberi inspirasi untuk membangun kehidupan yang baik. Kedua, menyuburkan. IRLA menyuburkan dengan menebarkan ide-ide yang memberi inspirasi dan solusi yang menjadi basis masyarakat membangun sistem kepercayaan, nilai, pengetahuan, lembaga dan artefak untuk mewujudkan kebudayaan yang maju. Ketiga, membuahkan. IRLA dengan risalahnya membuahkan melalui penyebaran ide-ide yang telah dijadikan basis pembangunan sistem-sistem kebudayaan di atas. Dan yang keempat adalah mengharumkan. IRLA dengan risalahnya mengharumkan nama orang-orang beriman. Nama mereka tidak hanya dikenal di kalangan kaum seiman, tapi juga di kalangan umat beragama lain, bahkan sampai mendunia.
Sesuai dengan tujuan, visi dan misi IRLA tersebut dan dengan kedudukan manusia sebagai wakil (khalifah) Allah yang harus menyelenggarakan kehidupan di bumi, program IRLA sudah barang tentu adalah pembangunan manusia seutuhnya. Hamim menjelaskan, pembangunan ini meliputi seluruh bidang kehidupan, yang penjabarannya dalam Al-Qur’an di antaranya adalah 10 bidang yaitu agama, negara, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan keluarga.
Berdasarkan uraian tersebut, Hamim menyimpulkan irisan antara IRLA dengan SDG’s dalam konteks arah implementasi program-program di Lazismu. “SDG’s dengan pengertian dan tujuan di atas, secara teologis, jelas dapat dipandang sebagai implementasi dari program pembangunan IRLA di masa sekarang,” simpul Hamim. Hamim melanjutkan, “Karena itu Lazismu yang merupakan satu lembaga dari Muhammadiyah yang bermazhab Islam Berkemajuan, menerima SDG’s dan menjadikannya sebagai kerangka penyusunan dan pelaksanaan program-program yang ditetapkannya.”
“Dalam Al-Qur’an digariskan bahwa program-program pembangunan IRLA dilaksanakan dengan 4 kebijakan yaitu dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, jihad, dan qital. Jadi keempat kebijakan ini tidak menjadi tujuan pada dirinya sendiri, tapi untuk mewujudkan tujuan, visi, misi, dan program-program IRLA dan sudah barang tentu dengan aturan main yang sesuai dengan kesemuanya. Sesuai dengan posisinya di atas, Lazismu melaksanakan SDG’s dengan 3 kebijakan pertama yang digariskan Al-Qur’an tersebut,” tutup Hamim.
[PR Lazismu PP Muhammadiyah]