JAKARTA, MENARA62.COM – Peran perempuan pada sektor pariwisata tidak bisa diabaikan. Mengingat perempuan seringkali menjadi pengambil keputusan baik dalam hal pemilihan destinasi wisata, pemilihan alat transportasi, urusan akomodasi dan lainnya. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo pada Webinar Peran Wanita dalam Industri Wisata di Masa Depan yang digelar dalam rangka Hari Kartini 2022, Kamis (21/4/2022).
Karena itu upaya-upaya untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata pascapandemi Covid-19 sudah seharusnya melibatkan banyak peran perempuan. Meski hingga kini, peran perempuan pada sektor pariwisata belum setara dengan peran kaum laki-laki.
“Belum setaranya peran perempuan dengan laki-laki dalam industri pariwisata bisa dilihat dari proporsi ketenagakerjaan, dimana perempuan masih menduduki struktur piramida terbalik paling bawah dalam hal jumlah tenaga kerja sektor wisata,” tutur Giwo.
Data BPS tahun 2019 menunjukkan bahwa persentase jumlah tenaga kerja perempuan pada bisnis pariwisata seperti hotel dan akomodasi lainnya hanya 31,64 persen. Padahal total wisatawan Nusantara dari 283 juta perjalanan wisata Nusantara, sebanyak 143 juta atau sekitar 54 persen dilakukan oleh perempuan.
Lebih lanjut Giwo menjelaskan bahwa sektor pariwisata memiliki kontribusi terhadap masyarakat dan negara cukup besar dalam hal penyediaan lapangan kerja. Selain itu sektor pariwisata juga mendatangkan investasi yang berdampak pada pengembangan wilayah yang mendorong dibangunnya infrastruktur dan fasilitas pariwisata. Sehingga pasca pandemi, sektor pariwisata penting untuk dipulihkan sesegera mungkin.
Menurut Giwo upaya membangkitkan pariwisata, menjadi momentum penting bagi perempuan untuk ikut mendukung bangkitnya sektor pariwisata Indonesia.
Hal yang sama juga disampaikan Menparekraf Sandiaga Uno. Sandiaga menyebutkan peran perempuan untuk membangkitkan perekonomian nasional amat besar. Bangkitnya perekonomian nasional adalah bangkitnya UMKM yang mana sektor ini banyak dimotori oleh kaum perempuan. Mereka memiliki peran penting bagi ketahanan ekonomi keluarga bahkan ekonomi nasional.
“Kita lihat 3 subsektor unggulan ekonomi kreatif yakni kuliner, fasyen dan kriya didominasi oleh kaum perempuan,” jelas Sandiaga.
Adapun peran perempuan dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah pemberdayaan ekonomi perempuan di destinasi pariwisata super prioritas, fasilitasi akses HKI bagi UMKM perempuan, inklusivitas dan kesetaraan gender pada industri pariwisata & ekonomi kreatif, partisipasi perempuan pada digital startup serta data terpilah gender di sektor pariwisata & ekonomi kreatif.
Beberapa contoh bagaimana perempuan mengambil peran besar dan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam diihat pada beberapa program seperti Bedah Desain Kemasan BeDaKan), Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) dan keterlibatan perempuan dalam pameran UMKM Kemenparekraf.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam sambutannya menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam hal keselamatan dan kenyamanan perjalanan, termasuk perjalanan pariwisata. “Tentu seorang ibu akan sangat care dengan anak-anak saat melakukan sebuah perjalanan,” jelas Menhub.
Bagi Menhub kehadiran sosok perempuan dalam industry pariwisata tidak hanya menyangkut perjalanan atau transportasi. Tetapi dalam hal penyediaan produk-produk kreatif juga sangat membutuhkan sentuhan tangan perempuan. “Di area bandara, terminal, stasiun dan area public lainnya, kami menghadirkan sentuhan tangan perempuan. Karena sentuhan tangan perempuan akan membuat sektor publik tersebut jauh lebih humanis,” tambahnya.
Kemenhub sendiri bekerjasama dengan Dekranas dan Dekranasda juga membuka ruang khusus bagi pelaku UMKM perempuan untuk mempromosikan produk-produk kreatifnya. Upaya ini dilakukan untuk membantu menghubungkan pelaku UMKM perempuan bertemu dengan para pelanggan atau pembelinya.
Dalam kesempatan yang sama, Prof Wiendu Nuryanti, Guru Besar Fakultas Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM yang juga Ketua Yayasan Hari Ibu Kowani mengakui bahwa pandemi Covid-19 telah membuat angka kunjungan wisatawan turun drastis. Untuk wisatawan mancanegara turun hingga 74,9 persen dan wisatawan Nusantara turun sekitar 30 persen pada 2020 dibanding tahun 2019. “Penurunan jumlah wisatawan ini terkait aksesibilitas yang memang sangat terbatas setelah penerbangan ditutup atau dibatalkan, perjalanan dibatasi dan lainnya,” jelas Prof Wiendu.
Untuk kembali bangkit usai pandemi, maka sektor pariwisata membutuhkan sentuhan perempuan. Mengapa perempuan memiliki peran strategis dalam sektor kepariwisataan? Menurut Prof Wiendu ada beberapa alasan mengapa perempuan memiliki peran penting dalam hal kebangkitan sektor pariwisata pascapandemi. Pada sektor tenaga kerja misalnya, pariwisata tidak terlalu mensyaratkan tingkat pendidikan tinggi. “Untuk menjadi pengusaha kuliner, cinderamata, pengusaha vila tentu tidak membutuhkan pendidikan sekelas doktor atau professor, yang penting attitude, keramahan yang baik dan entrepreneur yang tepat,” jelasnya.
Perempuan lanjut Prof Wiendu, boleh dikatakan memiliki kekuatan untuk bisa memegang peranan penting di dalam menggerakkan usaha-usaha kepariwisataan.
Alasan lainnya bahwa pekerjaan pada sektor pariwisata lebih fleksibel, tidak perlu terlalu formal, tidak perlu ruang sidang. Bahkan bisa diblanded menyatu dengan kehidupan sehari-hari.
“Sektor pekerjaan yang bisa dimasuki oleh perempuan di industri pariwisata ini juga sangat terbuka bagi perempuan. Pendidikan yang membutuhkan keramahan, keindahan kreativitas itu adalah rohnya pariwisata dan itu adalah kekuatan yang dimiliki perempuan,” tukasnya.
Perempuan juga menjadi pengambil keputusan perjalanan wisata. Tidak hanya di Indonesia, di sejumlah negara, lebih dari 67 persen keputusan pariiwisata diambil dan ditentukan oleh perempuan. “Kalau kita akan berlibur, siapa yang menentukan naik pesawat apa, destinasi wisatanya, akomodasinya, mau makan apa, hotel untuk menginap, ini lebih banyak dilakukan perempuan,” tegasnya.
Menurut Prof Wiendu, perempuan dan pariwisata itu sudah menyatu, sangat erat sekali. Termasuk perempuan menjadi akar dari komunitas pariwisata. Jadi pemilik hotel, pengusaha CEO bidang pariwisata dipegang oleh perempuan. Inilah yang jadi kekuatan perempuan sehingga perempuan banyak dijadikan sasaran marketing dengan potensi triliunan rupiah.
Dengan berbagai peran strategis perempuan tersebut, Prof Wiendu menilai bahwa perempuan bisa mengubah arah industri pariwisata masa depan. Perempuan bisa membawa perubahan peradaban dalam berkunjung, hubungan antara tamu dan tuan rumah. “Itu semua bisa ditentukan oleh perempuan,” tukasnya.
Pasca pandemic Covid-19, Prof Wiendu berpendapat bahwa perempuan dapat mengembalikan kepercayaan dunia pada sektor pariwisata. Sebab jika seorang perempuan sudah berani melakukan perjalanan wisata, itu artinya kondisi sudah aman dan nyaman. Ini akan dapat mengembalikan kepercayaan dunia terhadap sektor pariwisata,” tandas Prof Wiendu.