JAKARTA, MENARA62.COM – Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bertekad membangun komunikasi antar perempuan dari seluruh wilayah Indonesia melalui aplikasi Connecting Women. Aplikasi yang diluncurkan Maret 2020 tersebut sayangnya kurang berkembang akibat terkendala banyaknya perempuan yang masih gagap teknologi (Gaptek).
“Aplikasi Connecting Women diluncurkan sebagai solusi komunikasi ketika wabah Covid-19 membatasi gerak fisik kita,” kata Ketua Umum Kowani Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo M.Pd pada Webinar bertema Perempuan Melek Digital Di Era Pandemi Covid-19, Senin (6/7/2020).
Menurutnya pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat dimana semua orang harus melakukan social distancing dan physical distancing harus guna mencegah penularan virus corona. Tetapi pembatasan sosial tersebut tidak boleh menghalangi karya dan aktivitas perempuan Indonesia.
Melalui aplikasi berbasis teknologi tersebut Giwo berharap perempuan banyak belajar tentang perkembangan teknologi informasi yang terjadi begitu cepat. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, perempuan harus segera beradaptasi dengan teknologi masa kini.
“Kita harus terbiasa denga habitat baru seperti mengadakan pertemuan melalui webinar, zoominar dan aplikasi pertemuan lainnya,” tambah Giwo.
Aplikasi Conneting Women jelas Giwo tidak sekedar menjadi media dan jembatan bagi bertemunya kaum perempuan secara virtual. Aplikasi ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman bagaimana kaum perempuan memanfaatkan teknologi.
Giwo mengingatkan bahwa dibalik kelebihan teknologi yang memberikan manfaat dan berbagai kemudahan bagi manusia, dampak negatifnya juga cukup besar. Misalnya kejahatan online, maraknya hoax, game online yang bisa membuat orang kecanduan dan sebagainya.
Karena itu, pemanfaatan teknologi harus dibarengi dengan ketahanan informasi. Tujuannya agar perempuan tidak menjadi korban dari teknologi itu sendiri.
Sementara itu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengatakan penggunaan internet di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Data BPS menyebutkan terjadi kenaikan sebanyak 22,7 persen penggunaan internet di Indonesia dari tahun 2014 ke 2018.
“Tahun 2018, sebanyak 88,46 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki telepon seluler minimal satu,” kata Bintang.
Meski tingkat penggunaan internet sangat tinggi, diakui Bintang, terdapat kecenderungan perempuan tidak aktif menggunakan internet. Data mencatat tingkat penggunaan internet pada perempuan hanya 46,83 persen, bandingkan dengan laki-laki yang mencapai 53,17 persen.
Menurut Bintang, kesenjangan itu terjadi antara lain karena faktor akses, konten dan komunitas, privasi serta keamanan.
Bintang mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 mengharuskan perempuan segera beradaptasi dan akrab dengan teknologi. Dimana teknologi tidak sekedar untuk komunikasi atau mendapatkan informasi. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
“Selama pandemi Covid-19, kita lihat bahwa pelaku usaha yang mengalami peningkatan omset adalah mereka yang menggunakan metode usaha online,” kata Bintang.
Survei MarkPlus 2020 menyebutkan selama pandemi Covid-19, transaksi belanja ritel online meningkat dari 4,7 persen menjadi 28,9 persen, transaksi belanja ritel offline turun dari 52,3 persen menjadi 28,9 persen.
Meski teknologi memberi manfaat cukup besar, kaum perempuan juga harus tetap waspada. Karena perempuan menjadi kelompok yang rentan selama pandemi Covid-19. Misalnya pendampingan belajar anak dari rumah yang dibebankan kepada perempuan, kasus pelecehan seksual secara online, dan stigma bahwa perempuan adalah pengurus rumah tangga.
Mariam F Barata, Direktur Tata Kelola, Kementerian Komunikasi dan Informasi mengakui pandemi Covid-19 telah membuat tatanan kehidupan mengalami perubahan besar. Misalnya bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, akses layanan kesehatan dari rumah, bertransaksi secara digital dan sebagainya.
“Peran ibu menjadi sangat besar selama pandemi Covid-19 ini. Itu sebabnya penting bagi kaum perempuan memahami dan melek terhadap teknologi,” tutup Mariam.