Oleh : Ace Somantri
BANDUNG, MENARA62.COM – Hingga saat ini, mengakui setulus hati menjadi anggota Muhammadiyah dan bangga menjadi aktifisnya di antara tokoh yang menginspirasi adalah sosok Kiyai hHaji Ayat Dimyati. Sebagai bentuk pengakuan orang tua, bukan hanya aktif di persyarikatan melainkan rutin berkunjung ke rumah beliau bersama istri dan kadang sama anak. Hanya sayang sejak domisiliku pindah ke wilayah timur Bandung, itu pun berharap dapat bertemu di Mujahidin dan kampus atau tempat di mana beliau berada. Dan selalu mempertanyakan keadaan keluarga di kala ketemu beliau tak ubahnya orangtua pada anaknya. Ketika beliau menjadi ketua PDM Kota Bandung, sangat banyak mentransfer berbagai hal tentang bagaimana menjadi aktifis Muhammadiyah, bentuk upayaku tetap aktif di persyarikatan sempat rutin ke kantor PDM kota Bandung setiap hari Rabu dalam sepekan, karena hari itu berbarengan dengan kumpulnya anggota pleno PDM Kota Bandung sering juga diskusi dengan beberapa aktifis lainnya seperti pak Haji Muhdiyat yang kadang membahas hal Ihwal Lazismu kala itu. Dan pada hari itu juga banyak kenal para pimpinan Muhammadiyah kota Bandung lainnya. Termasuk kala itu di waktu bersamaan diminta untuk menjadi Sekretaris Badan Tamir Masjid di Antapani yang Ketuanya pak Rimawan, pada saat itu bersama ketua kalau tidak salah mengajukan nama Masjid yaitu masjid Al Irfani, Alhamdulillah disetujui hingga hari ini nama tersebut melekat menjadi simbol masjid PDM Kota Bandung.
Setelah menjadi ketua PDM Kota Bandung, selanjutnya beliau didaulat menjadi ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat, tidak lama selang waktu sejak beliau pindah kantor ke PWM Jabar dan Mujahidin, setelah itu aktifitasku mulai menjelajahi berbagai aktifitas di luar Muhammadiyah, namun tetap saja apabila ada hal ihwal kemuhammadiyahan selalu datang pada beliau. Bermula kemampuan berorganisasi di IMM dari Komisariat hingga ke Pusat telah membekali diri untuk menguji kompetensi di luar Muhammadiyah. Baik di organisasi sosial maupun profesional, di antaranya yaitu sempat menjadi aktifis Masjid melalui BKPRMI mulai di amanahi ketua umum tingkat kecamatan hingga sekretaris umum Jawa Barat. Sementara di dunia profesional, pengalamanku diuji untuk ikut menginisiasi melahirkan fakultas Agama Islam Universitas Suryakencana di Cianjur, hingga selanjutnya menjadi pimpinan fakultas selama tiga tahun lebih, itu pun selalu ada komunikasi dan saran dari beliau.
Tidak lama dari Cianjur, selanjutnya dalam prosesi pergantian pimpinan kampus Muhammadiyah Bandung diberikan amanah oleh persyarikatan Muhammadiyah menjadi Ketua STAI Muhammadiyah Bandung pada akhir tahun 2011. Pada waktu bersamaan saat itu ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat masih dipegang Kiyai Haji Ayat Dimyati, beliau pun mensuportnya penuh optimisme bahwa amal usaha tersebut akan ada kemajuan, dengan semangat sebagai kader muda Muhamamdiyah dalam waktu satu tahun terjadi akselerasi cepat yaitu membangun ruang kuliah dan menambah program studi, kala itu selama puluhan tahun terdapat dalam data nyaris tidak ada peningkatan mutu baik akademik maupun non akademik. Alhamdulillah atas support tim work kecil kala itu, dengan penuh semangat STAI Muhammadiyah mampu membangun kelas dan menambah beberapa program studi keagamaan hingga hari ini belum ada penambahan lagi.
Dalam waktu bersamaan kala itu sebagai ketua sekolah tinggi tidak diduga, panitia pendirian Universitas Muhammadiyah Bandung yang diketuai Pak Dadang Syarifudin melalui Haji Munawir Rifadhi memintaku untuk membantu pendirian Universitas. Alasannya konon kabarnya kala itu dianggap mampu. Pasalnya STAI Muhammadiyah Bandung sejak dipegang mampu ditingkatkan. Padahal itu semua, karena suport tim dan khususnya do’a Kiyai Haji Ayat Dimyati yang selalu menjadi tempat meminta saran. Dengan banyak keterbatasan, masih ingat dalam ingatan ketika itu, walaupun STAI Muhammadiyah masih dalam proses merangkak jalan dan naik, ada tantangan baru untuk berjibaku mendirikan Universitas. Pertemuan pertama kalau tidak salah, selain pak Rifadhi, Pak Dadang, Pak Tjutju, Pak Istar, Pak Suhada juga ada sosok yang baru kenal di Muhammadiyah yaitu arsitek senior pak Amin (almarhum). Dalam diskusi pertama membahas mulai dari mana penyiapan pendirian, karena pengalamanku mendirikan fakultas dan program studi sebelumnya yang masih belum lama sedikit banyak memberikan masukan dan saran pada para orang tua kala itu.
Setelah pertemuan itu, berlanjut maraton melakukan pertemuan rutin hingga terbentuk tim perumus borang 12 program studi. Tantangan itu cukup berat, karena saat itu masih dalam progres peningkatan STAI Muhammadiyah Bandung yang bercita-cita mau menaikan grade menjadi Institut Agama Islam Muhammadiyah Bandung, dan progres itu ditunda karena fokus pendirian Universitas yang dilakukan di kantor ruang rapat PW Muhammadiyah Jabar selama dua bulan lebih, akhirnya kegiatan tersebut dialihkan ke kampus STAI Muhammadiyah Bandung. Peralihan tersebut tidak banyak diketahui banyak orang, termasuk pak Ketua PW Muhamamdiyah Jabar, alasan dipindah karena saat itu selain sebagai penanggungjawab penyusunan dokumen akademik pendirian, posisi masih memegang amanah sebagai Ketua Sekolah Tinggi Muhammadiyah Bandung, maka untuk memudahkan koordinasi dialihkan pusat kegiatanya.
Bandung, September 2022