SOLO, MENARA62.COM – Tiga buku terbaru karya KH Marpuji resmi diluncurkan dalam sebuah acara yang sarat makna, di Gedung Induk Siti Walidah UMS, Senin (18/8). Acara ini menjadi momentum penting bagi Muhammadiyah, tidak hanya karena kehadiran Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, tetapi juga karena dukungan dan apresiasi dari sejumlah tokoh sentral persyarikatan.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Prof. Dr. KH. Muhammad Abdul Fattah Santoso, M.Ag., yang membidangi Majelis Tabligh, Majelis Tarjih dan Tajdid, serta Lembaga Dakwah Komunitas, menyampaikan pandangan yang menyoroti makna strategis dari peluncuran karya tersebut.
Menurut Prof. Fattah, hadirnya tiga buku KH Marpuji merupakan upaya memperkenalkan sosok yang lebih banyak bekerja ketimbang berbicara, sebagaimana semangat yang diwariskan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
“Beliau ini tidak banyak berkata, tetapi banyak bekerja. Nilai keikhlasan, keteguhan, dan ketekunan sudah diungkapkan tadi. Nilai-nilai itu abadi, sekalipun zaman dan teknologi berubah. Inilah yang penting untuk dipahami, diresapi, dan diamalkan oleh generasi milenial sekarang,” ujarnya.
Ia berharap buku-buku tersebut dapat menjadi bacaan yang memberi daya tarik bagi anak-anak muda, sehingga terjadi bukan hanya alih generasi, tetapi juga alih nilai. “Dalam Islam, ada nilai-nilai yang diperlukan umat manusia kapanpun dan di manapun. Itulah yang ingin diwariskan melalui karya-karya ini,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Fattah menegaskan pentingnya pendidikan integratif dalam tubuh Muhammadiyah, yakni memadukan ilmu empirik dengan ilmu Qauliyah yang berbasis wahyu. Ia mencontohkan buku Pendidikan Berbasis Masjid karya KH Marpuji sebagai wujud konkret gagasan pendidikan integratif yang sejalan dengan cita-cita KH Ahmad Dahlan.
Selain sebagai ulama, Prof. Fattah menilai KH Marpuji adalah sosok multitalenta yang rendah hati. Latar belakang akademisnya di bidang syariah tidak membatasi kiprahnya, bahkan menjadikannya dipercaya menangani banyak persoalan strategis, termasuk menjadi problem solver di sejumlah konflik organisasi.
“Dengan ketenangannya, beliau mampu memberikan resolusi terhadap berbagai konflik. Sampai sekarang beliau masih menangani persoalan, misalnya di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu, dan banyak lagi. Itu teladan nyata dari sosok multitalenta yang tetap rendah hati,” jelas Prof. Fattah.
Peluncuran tiga buku KH Marpuji tidak hanya memperkaya literatur Islam dan Muhammadiyah, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang bagaimana nilai, kerja, dan keteladanan dapat diwariskan lintas generasi. (*)

