31.7 C
Jakarta

KH. Muhammad Nur Nashuha Grobogan: Ulama Karismatik, Pejuang Dakwah, dan Penjaga Tradisi Pesantren

Baca Juga:

GROBOGAN, MENARA62.COM – Di kawasan Pantura Jawa Tengah, tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, terdapat jejak sejarah keislaman yang hingga kini masih hidup dalam denyut masyarakat. Desa ini sejak lama dikenal sebagai pusat dakwah Islam, jauh sebelum berdirinya Republik Indonesia. Identitas religius yang kuat di Selo tidak lahir begitu saja, melainkan hasil peran besar para ulama pesantren yang menjadikannya benteng ajaran Islam. Dari jajaran tokoh besar itu, nama KH. Muhammad Nur Nashuha bin KH. Syihabudin bin KH. Khatibanon menempati posisi istimewa.

KH. Muhammad Nur Nashuha adalah seorang ulama kharismatik yang memadukan kedalaman ilmu, kekuatan spiritual, dan dedikasi penuh dalam mendidik umat. Beliau mendirikan pesantren di Desa Selo, yang kelak menjadi embrio Yayasan Sunniyyah. Melalui pesantren ini, beliau merumuskan sistem pendidikan berjenjang: tingkat dasar (Ibtidaiyyah) yang menekankan fondasi ajaran Islam, serta tingkat menengah yang fokus mengkaji kitab-kitab klasik. Metode sorogan dan wetonan dipertahankannya hingga akhir hayat pada 1934, sebagai wujud konsistensi menjaga tradisi pesantren sekaligus bentuk penolakan terhadap sistem pendidikan kolonial.

Perjalanan intelektual KH. Nashuha terbentang luas. Sejak muda ia menempuh rihlah ilmiah ke berbagai pesantren di Jawa, hingga berguru kepada KH. Kholil Bangkalan, Madura, seorang ulama besar yang menjadi rujukan banyak tokoh Nusantara. Dari Madura, langkah beliau berlanjut ke tanah Arab, menyelami samudra ilmu Islam langsung di pusat peradaban Timur Tengah. Bekal pengalaman panjang ini memperluas cakrawala, memperkokoh karakter, sekaligus membentuk dirinya sebagai ulama pejuang yang siap mengabdikan hidupnya bagi dakwah dan pendidikan umat.

Sekembalinya dari tanah Arab, KH. Nashuha tidak hanya mendirikan pesantren, tetapi juga menjadikannya sebagai pusat dakwah dan perlawanan kultural terhadap kolonialisme. Melalui pendidikan pesantren, beliau menanamkan semangat perlawanan halus yang membentuk generasi santri berjiwa tegar, berakhlak mulia, dan siap berjuang membela agama sekaligus tanah air. Sikap ideologis beliau yang menolak model pendidikan Belanda adalah bukti konsistensinya dalam menjaga identitas keislaman masyarakat.

Pesantren yang dirintis KH. Nashuha tidak sekadar menjadi tempat mengaji, melainkan juga pusat penggemblengan kader umat. Para santrinya dididik dengan nilai-nilai keilmuan yang mendalam sekaligus ditanamkan jiwa perjuangan. Dengan demikian, pesantren tampil bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai benteng perlawanan dan pusat pembinaan generasi bangsa.

Selain ilmu dan perjuangan, karomah KH. Nashuha juga dikenal luas. KH. Mahalli Selo menuturkan bahwa beliau termasuk sosok yang sulit difoto, sebuah karomah yang menambah kewibawaan spiritualnya. Bagi masyarakat, hal ini adalah tanda keberkahan ilmu sekaligus kedekatan seorang ulama dengan Allah SWT. Keistimewaan ini semakin memperteguh keyakinan umat akan peran penting ulama sebagai penjaga iman dan moral masyarakat.

Hingga kini, pengaruh KH. Muhammad Nur Nashuha tetap terasa. Melalui pesantren dan Yayasan Sunniyyah yang lahir dari rintisannya, tradisi pendidikan Islam terus tumbuh dan berkembang. Murid-muridnya pun tersebar ke berbagai daerah, di antaranya ulama besar Syaikh Muhammad Dahlan Al-Mutamakkin di Truwolu, Ngaringan, Grobogan. Sanad keilmuan ini menjadi bukti bahwa KH. Nashuha adalah salah satu mata rantai penting dalam sejarah ulama pesantren di Nusantara.

Kisah hidup KH. Muhammad Nur Nashuha menegaskan bahwa pesantren bukan hanya pusat ilmu, tetapi juga pusat perjuangan. Dari konsistensinya menjaga tradisi pengajaran kitab, keberaniannya melawan hegemoni kolonial, hingga ketulusannya membina santri dengan jiwa cinta tanah air, beliau menjadi simbol ulama pejuang dakwah dan pendidikan Islam. Jejaknya tetap hidup, menginspirasi generasi hingga kini untuk melanjutkan perjuangan dalam bingkai keilmuan, pengabdian, dan kemerdekaan. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!