25.8 C
Jakarta

Khotbah Iduladha 1438 H PDM Kota Surakarta

Baca Juga:

KURBAN MEWUJUDKAN UMAT BERKEMAJUAN
Oleh Majelis Tarjih dan Pengembangan Pondok Pesantren PDM Kota Surakarta

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا الَّذِين آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً. أَمَّا بَعْدُ. فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَإِنَّ خَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ،  وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Jemaah Shalat Iduladha yang dimuliakan Allah

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita. Pada pagi hari yang mulia ini, kita diberi kesempatan untuk menyambut dan merayakan Hari Raya Iduladha 1438 H. Umat Islam di seluruh belahan bumi, tak terkecuali yang ada di negeri ini, juga sedang merayakan hari yang agung ini dengan alunan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil. Gema takbir itu pun diperintahkan untuk terus dikumandangkan selama hari-hari Tasyriq, tanggal 11, 12 , dan 13 Dzulhijjah. Kumandang takbir, tahlil dan tahmid sebagai wujud pengakuan keperkasaan dan kekuasaan Allah SWT bahwa tidak ada satu sesembahanpun yang dapat menyaingi-Nya. Dialah Dzat Yang Maha Kuasa, pengatur segala kehidupan kita, yang memberi rezeki kepada kita, serta yang menghidupkan dan mematikan kita.

Jemaah Iduladha Rahimakumullah

Hari Raya Iduladha mengingatkan kita pada kisah pengorbanan seorang nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam yang kokoh dalam beriman, senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT dengan ikhlas dan tabah, berhijrah dari Mesir ke Palestina  meninggalkan putra kesayangan beserta isterinya di padang pasir gersang di Mekah, mendakwahi kaumnya di Kan’an Palestina, menyembelih Ismail buah hati yang sangat dicintai, dan membangun Kabah. Nabi Ibrahim AS. rela mengorbankan anak tercinta demi pengabdian kepada Allah SWT. Sebuah pengorbanan yang tiada tara, berupa penyerahan diri yang tulus hanya kepada Allah SWT serta menggantungkan harapan hanya kepada-Nya. Ini pula yang Allah perintahkan kepada kita semua. Allah SWT berfirman di dalam Alquran surat Az-Zumar ayat 54:

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Kurban merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh seorang mukmin berdimensi tauhid yang kuat. Hal tersebut ditandai dengan adanya niat berqurban semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Berbeda dengan orang musyik yang menyembelih hewan untuk selain Allah SWT, ataupun orang munafik yang berkurban penuh riya. Hal ini karena memang kurban seorang hamba tidak akan diterima oleh Allah SWT jika tidak dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran:

لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ …

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya… (QS. Al-Hajj: 37)

Selain dimensi tauhid, kurban juga memeliki dimensi sosial yang baik. Hal ini dapat kita pahami dari petunjuk Nabi Muhammad SAW yang memberikan ketentuan khusus bagi hewan untuk kurban, di antaranya harus sehat, telah berumur dan harus berdaging atau tidak kurus, sehingga hasil kurban tersebut dapat dibagikan secara merata dan meluas, termasuk untuk orang yang meminta maupun yang tidak meminta, Firman Allah:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj : 36)

 

Inilah syiar Allah yang dapat memunculkan kepekaan sosial yang tinggi untuk berempati kepada sesama serta dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setiap ibadah yang diperintahkan Allah selalu mengandung hikmah yang besar dan bermanfaat bagi manusia. Begitu pula dengan ibadah kurban, jika ditelaah secara mendalam akan kita temukan nilai-nilai akhlaq yang sangat agung guna mewujudkan umat yang berkemajuan dan bangsa yang berperadaban, di antaranya:

 

Pertama, Membangun integritas atau kesesuaian antara ucapan dan tindakan.

Kurban menjadi salah satu bukti riil keimanan seseorang yang telah dianugerahi Allah SWT dengan keluasan rezeki, sebab iman merupakan keterpaduan antara keyakinan terhadap Allah SWT dalam hati, ikrar yang diucapkan, dan tindakan nyata dalam kehidupan. Nabi Ibrahim AS telah memberikan teladan yang baik dalam hal ini. Ketika ia bermimpi menyembelih Ismail, diyakini dengan benar bahwa itu perintah Allah, lalu dikomunikasikan dengan anaknya dan keduanya pun melaksanakan perintah itu dengan penuh keikhlasan, sehingga Allah memanggil Nabi Ibrahim, sebagaimana dalam Alquran :

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat : 105)

 

Ayat tersebut menggambarkan kepada kita bahwa integritas yang tinggi menjadikan seseorang akan bersungguh-sungguh dalam menghambakan diri kepada Allah, mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan serta memperjuangkan Islam dengan jiwa raga dan harta benda yang dimilikinya. Inilah prinsip awal umat yang berkemajuan.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nilai-nilai akhlak yang kedua adalah membangun sikap tanggung jawab dan peduli.

Kurban dapat dilaksanakan dengan baik jika seseorang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap syariat Allah SWT. Biarpun harta tak terhitung banyaknya, bila rasa peduli dan tanggung jawab tidak ada, jangan harap kurban dapat terlaksana. Suatu umat akan maju manakala memiliki tanggung jawab yang tinggi dan peduli terhadap agama, bangsa dan negara serta berusaha keras untuk melaksanakannya sebagai bagian dari menjalankan amanah Allah SWT. Kesadaran akan tanggung jawab dapat melahirkan kepedulian dan semangat dalam bertindak untuk mencapai hasil yang terbaik dari tugas dan amanah apapun yang diemban. Seorang khalifah  Daulah Bani Umayah, Umar bin Abdul Aziz ketika dilantik sebagai pemimpin sambil menangis ia berkata, “Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, Demi Allah sungguh aku tidak meminta jabatan ini sedikit pun baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan”. Amanah yang berat sungguh dirasakan oleh Umar, hingga ketika ditanya oleh isterinya perihal penyebab tangisannya, ia menjawab bahwa banyak para fakir dan miskin yang tidak mendapat perhatian dari pemimpinnya sehingga ia sangat menyadari ketika ia menjadi pemimpin tentulah akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Kemudian khalifah membaca firman Allah:

إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (QS. Yunus: 15)

Kesadaran akan beratnya amanah tersebut menjadikan khalifah Umar bin Abdul Aziz bertindak secara adil, bertanggung jawab, dan peduli terhadap rakyatnya sehingga Allah SWT membukakan keberkahan berupa kemakmuran dan kesejahteraan yang merata, bahkan umat Islam pun tak lagi menerima zakat karena semuanya telah berkecukupan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nilai-nilai akhlak yang ketiga adalah Disiplin waktu.

Menyembelih hewan kurban tidak bisa dilaksanakan di sembarang waktu. Secara syari telah ditentukan waktunya yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Id, inilah waktu yang paling afdal, hingga pada hari tasyriq tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Jika disembelih di luar waktu-waktu tersebut hanya bernilai sedekah biasa bukan kurban. Ketepatan waktu dalam menunaikan ketaatan kepada Allah SWT mengisyaratkan sebuah keseriusan dan kesungguhan dari seorang hamba. Orang yang menunda-nunda waktu untuk beramal salih berarti telah menyia-nyiakan kesempatan berharga yang telah Allah SWT berikan kepadanya bahkan bisa termasuk orang-orang yang merugi.

Umat yang berkemajuan selalu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan tepat untuk beramal shalih, menebar kebaikan dan terus berkarya penuh kebaikan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mempersiapkan kehidupan berikutnya yang lebih baik. Ibnu Umar RA pernah berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَ إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ. وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. (رواه البخارى)

“Apabila kamu di pagi hari jangan menunggu sore dan jika kamu di sore hari jangan menunggu pagi, gunakan masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu” (HR. Bukhari)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nilai-nilai akhlak yang Keempat adalah Etos Kerja Islami

Kurban diperintahkan bagi seorang manusia yang memiliki kelebihan harta sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ لَهُ مَالٌ وَ لَمْ يُضَحِّ فَلاَيَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا (رواه الحاكم)

“Barang siapa yang memiliki harta namun tidak berqurban maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” (HR. Hakim)

Oleh karena itu, setiap mukmin harus memiliki kecintaan dalam bekerja sebagai bentuk ibadah yang wajib dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup duniawi dan menggapai kemuliaan ukhrawi. Sebuah atsar dari Abdullah bin Amr bin Ash yang sering kita dengar rasanya cukup menginspirasi :

اِعْمَلْ لِدُنْيَكِ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا # وَاعْمَلْ لآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا #

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok engkau tiada” (HR……)

Para Nabi dan Rasul telah memberikan teladan bagi kita dalam masalah bekerja. Nabi Muhammad misalnya sejak kecil telah bekerja keras, mandiri, rela berkorban dengan menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja untuk membanting tulang guna memperoleh penghasilan sendiri bukan sekedar bermain-main dan menghabiskan waktu tanpa guna seperti anak-anak pada umumnya. Ia menggembala kambing milik penduduk Mekah dengan upah beberapa Dirham saja. Kecintaan dan kegigihan beliau dalam bekerja dengan jujur, amanah, komunikatif, dan profesional membuat orang-orang Arab tertarik dan percaya penuh, termasuk Khadijah, untuk membawa barang dagangan mereka ke negeri Syam dengan akad mudharabah sehingga beliau memperoleh keuntungan yang banyak. Inilah etos kerja Islami yang diteladankan oleh Rasulullah SAW yang dapat memotivasi kita untuk bekerja secara sungguh-sungguh serta semangat untuk produktif.  Cinta bekerja, mandiri, serta mampu menghasilkan terobosan produktif dan inovatif merupakan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan umat dan bangsa yang berkemajuan.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nilai-nilai akhlak yang kelima adalah Berinvestasi akhirat

Kurban merupakan amalan yang sangat disukai Allah SWT sekaligus sebagai investasi akhirat yang akan berperan penting bagi kita, karena hewan qurban akan menjadi saksi di hadapan Allah SWT atas keimanan kita kepada-Nya. Hal ini dapat kita simak dari sabda Rasulullah SAW :

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ اِهْرَاقِ الدَّمِّ، وَ إِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ أَشْعَارِهَا وَ أَظْلاَفِهَا، وَ إِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ بِاْلأَرْضِ فَطَيِّبُوْا بِهَا نَفْسًا (رواه الترميذى و ابن ماجه)

“Tidak ada amalan anak Adam di hari raya Iduladha yang lebih disukai Allah dari pada menyembelih hewan qurban, sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat sebagai saksi dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban telah terletak di suatu tempat di sisi Allah sebelum mengalir ke tanah. Karena itu bahagiakan dirimu dengannya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Oleh karena itu, investasi akhirat dapat dikatakan sebagai ajaran hidup yang visioner. Hal ini sebagai upaya mengendalikan diri dan menggerakkan potensi diri agar sejalan dengan kehendak Allah, dalam rangka mendapatkan kehidupan yang mulia di akhirat kelak. Umat ini akan dapat mencapai kehidupan yang berkemajuan bila orientasi hidup bukan hanya untuk saat ini tetapi jauh ke depan hingga kehidupan di akhirat, meskipun membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Berlandaskan integritas yang kuat, kesadaran akan tanggung jawab dan peduli terhadap agama, bangsa dan negara, disiplin waktu seefektif mungkin, etos kerja Islami diwujudkan dengan cinta bekerja dan semangat produktif semata-mata berorientasi pada akhirat, merupakan modal utama untuk mewujudkan umat yang berkemajuan dan berperadaban tinggi sehingga kemakmuran dan kesejahteraan pun akan tercapai bahkan diperhitungkan oleh umat lain tanpa dipandang sebelah mata.

Demikian khotbah iduladha ini kami sampaikan semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai umat yang berkemajuan dan bangsa yang berperadaban di bawah naungan, rida dan rahmat-Nya. Dan marilah pada akhir  khotbah ini kita berdoa, mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita di dalam membimbing dan mendidik anak-anak dan keluarga kita agar menjadi generasi penerus yang berkualitas, beraqidah yang kuat, giat beribadah yang benar dan berakhlak mulia.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى رَسُوْلِكَ وَعَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, وَاَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ، رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. الَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنَا. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!