JEDDAH, MENARA62.COM – Alih-alih menjadi ikon wisata halal, angin liberalisme malah semakin berhembus kencang ke negeri gurun pasir Arab Saudi. Komisi Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH) baru-baru ini memberlakukan keleluasaan wanita Saudi tanpa muhrim dan pasangan turis asing atau ekspatriat tanpa ikatan pernikahan bisa check-in di kamar hotel.
“Wanita Saudi dapat melenggang masuk ke akomodasi pariwisata tanpa wali (ayah, suami),” tulis Saudi Gazette, mengutip media berbahasa Arab, Okaz, Sabtu (5/10/2019).
Sebelumnya, Saudi dikenal dengan aturan superketat pemisahan wanita dan pria yang bukan muhrim. SCTH, dulu, juga mengharuskan wanita Saudi yang menginap di hotel menunjukkan kartu identitas nasional (KTP) atau kartu keluarga (KK) asli, dan didampingi saudara laki-laki, ayah, atau suami dengan menunjukkan identitas yang jelas.
Sedangkan bagi pasangan asing, harus menunjukkan paspor dan bukti ikatan pernikahan ketika menginap di hotel. Pelanggaran atas aturan tersebut hukumannya berat.
Tapi, kini SCTH mencabut semua syarat yang sekaligus mengubah norma sosial dan agama di Saudi. Tidak ada penjelasan apakah ketentuan liberal itu berlaku di semua hotel Saudi. Namun, jika merujuk pada informasi yang dirilis sebelumnya, keterbukan Saudi menerima kehadiran turis mancanegara tidak berlaku untuk dua kota suci, Makkah dan Madinah.
Sejarah Baru
Pada akhir September lalu Saudi memang membuka lembaran sejarah baru. Di bawah kepemimpinan Raja Salman yang berteman akrab dengan Amerika Serikat (AS) dan Barat, pemangku otoritas Tanah Suci Umat Islam itu membuka diri untuk pariwisata dan pertama kalinya menawarkan visa turis dari sebelumnya hanya untuk keperluan bekerja, umroh, dan naik haji.
“Kita membuat sejarah pada hari ini. Untuk pertama kalinya kami akan membuka negara kami untuk wisatawan dari seluruh dunia,” ujar Kepala Urusan Pariwisata Arab Saudi, Ahmed al-Khateeb, dalam pernyataannya pada 27 September 2019.
Dengan dibukanya pintu bagi turis asing, warga dari 49 negara mendapat pelayanan visa online maupun visa on arrival, termasuk AS, Australia, dan sejumlah negara Eropa. Saudi juga melonggarkan aturan berpakaian bagi turis, tidak wajib mengenakan abaya di tempat umum, meski tetap harus tampak sopan.
Liberalisasi pariwisata itu termasuk dalam program reformasi Visi 2030 dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Tujuannya, mempersiapkan perekonomian Saudi menghadapi era pasca petro dolar karena mulai menyusutnya masa kejayaan minyak.