28.6 C
Jakarta

Kolaborasi Tim Dosen Polanka dan Adaro, Tuntaskan Stunting di Kabupaten Balangan

Baca Juga:

SEBELAS tahun lalu tepatnya tahun 2013, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan mencatat prevalensi stunting pada balita mencapai 42,7 persen. Ini mengindikasikan bahwa hampir separuh dari balita di kabupaten tersebut menderita stunting. Satu kondisi yang sangat memprihatinkan di tengah upaya pemerintah Indonesia melahirkan generasi-generasi muda berkualitas guna menyongsong Indonesia Emas 2045.

Untuk menekan angka stunting tersebut pemerintah Kabupaten Balangan bekerja ekstra keras. Berbagai program dilakukan termasuk kerja sama dengan berbagai pihak seperti Kementerian Kesehatan, BKKBN, sektor swasta dan kalangan akademisi. Tujuannya mempercepat penurunan angka stunting pada balita. Program yang dilakukan diantaranya program pemberian makanan tambahan, program Dashat BKKBN, perbaikan MCK hingga pendampingan kader posyandu atau Puskesmas.

BACA JUGA: Kuatkan Kapasitas Riset Dosen, Unkris Gelar Bimtek Penelitian Unkris – DRTPM/BRIN

Tim dosen dari Universitas Lambung Mangkurat sendiri pernah terjun ke lapangan, melakukan riset terkait efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting yang dilakukan di Kabupaten Balangan pada 2020. Studi kasus di dua desa yakni Desa Banua Hanyar dan Mampiri, Kecamatan Batu Mandi, Kabupaten Balangan, dari 31 anak balita stunting, 5 balita diantaranya berhasil diperbaiki kondisi gizi dan pertumbuhannya. Namun 26 balita lainnya masih menderita stunting.

Program penurunan stunting terus berlanjut hingga pada tahun 2022, prevalensi balita stunting di Kabupaten Balangan mengalami penurunan yang signifikan menjadi 29,8 persen dan menyisakan 485 anak terdeteksi stunting yang ditemukan di 40 desa. Untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting Kabupaten Balangan kemudian menetapkan 50 desa rawan stunting sebagai lokasi khusus (lokus) penanganan stunting melalui gerakan Balangan Lawan Stunting (Balanting).

Siapa yang terlibat dalam gerakan Balanting tersebut? Selain pemerintah kabupaten Balangan, ada sektor swasta yakni PT Adaro Indonesia dan akademisi dalam hal ini tim dosen dari Politeknik Unggulan Kalimantan (Polanka). Kolaborasi berbagai sektor ini bertujuan mengejar target nasional penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2024.

Tim dosen dari Polanka menghadirkan system informasi terkait monitoring program percepatan penurunan stunting berupa aplikasi SUPER. Aplikasi ini diciptakan tim dosen Polanka atas hasil survei yang dilakukan di lima desa dengan stunting yang tinggi di Kabupaten Balangan pada 2022.

Bagai gayung bersambut, melalui platform Kedaireka, riset yang dilakukan tim dosen Polanka rupanya berjodoh dengan Yayasan Adaro Bangun Negeri. Yayasan tersebut yang sebelumnya telah secara aktif mendukung berbagai program penanganan stunting di Kabupaten Balangan sejak tahun 2018, pada akhirnya menyambut inovasi yang dilakukan tim dosen Polanka.

Dana yang digelontorkan YABN untuk program penanganan stunting di Kabupaten Balangan tak kurang dari Rp1,7 miliar. Melalui skema dana padanan Kedaireka (matching fund) tahun 2023, maka kemudian Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui PMO Kedaireka mengambil inisiasi dana padanan senilai Rp1,1 miliar. Jadi total dana penanganan stunting di Kabupaten Balangan pada 2023 mencapai Rp2,8 miliar.

BACA JUGA: Matching Fund Kedaireka Akselerasi Riset dan Inovasi Perguruan Tinggi  

Kedaireka Dana Padanan adalah program pendanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang merupakan program penguatan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan mitra, agar menghasilkan kontribusi dalam menyelesaikan permasalahan nyata di lapangan atau terhadap implementasi kebijakan strategis nasional.

Pada kegiatan Silaturahmi Merdeka Belajar bertajuk Akselerasi Riset dan Inovasi Kampus dengan Dana Padanan-Kedaireka pada Kamis (19/9/2024), Yulisha Eva Oktaviani, Inovator Penerima PDP Vokasi Politeknik Unggulan Kalimantan (Polanka) berkisah bagaimana ia dan tim dosen Polanka lolos dana padanan Kedaireka.

“Sebelumnya kami telah melakukan riset di 5 desa di Kabupaten Balangan. Kami mendapati angka stunting di kabupaten tersebut cukup tinggi. Pada 2022 sebelum ada dana padanan Kedaireka, kami masih berkolaborasi secara ringkas,” kata Yulisha Eva Oktaviani yang akrab disapa Eva.

Kemudian pada tahun 2023 tim dosen Polanka mengembangkan inovasi penanganan stunting yang dinamakan SUPER yaitu sustainable, proactive dan empower, yang mana ini dilakukan dengan konsep pemberdayaan masyarakat secara holistic. “Sistem informasi kesehatan berbasis aplikasi ini melengkapi upaya penurunan stunting yang sudah ada,” papar Eva yang juga merupakan Koordinator Program Studi D-3 Fisioterapi, Polanka.

Sebagai sebuah sistem informasi kesehatan, aplikasi SUPER lanjut Eva memuat data-data berupa data balita, form kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) yang dapat dilakukan oleh orang tua anak, form pengukuran riwayat pemberian makanan, pemberian vitamin A, serta pemberian obat cacing.

ilustrasi: stunting pada anak (ist)

“Produk ini memiliki keunggulan lebih menyeluruh tidak hanya melakukan pemetaan tumbuh kembang balita, tetapi juga melakukan pendekatan sasaran dan pemberdayaan masyarakat melalui sistem digitalisasi kesehatan,” terang Eva.

Implementasi program SUPER yang kini telah diterapkan di 40 desa lanjut Eva dilaksanakan menggunakan metode pendampingan berbasis SIP, yakni Screening, Intervention, and Promotion (SIP), di mana kondisi balita stunting pada sistem akan diukur dengan menggunakan pengukuran pemeriksaan kesehatan secara terpadu, yaitu pemeriksaan tumbuh kembang balita menggunakan antropometri dan KPSP yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan bahasa.

“Jika pada tahap skrining ini ditemukan kecurigaan adanya keterlambatan atau gangguan pada proses perkembangan anak, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan Denver II Test (DDST),” tambah Eva.

BACA JUGA: Panitia Lokal KKNMAs 2024 bersama BKKBN Pusat Lakukan Monev Pencegahan Stunting

Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini juga akan memuat pemantauan kondisi tumbuh kembang balita stunting yang meliputi aspek antropometri, kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, bahasa, dan sosial dari balita stunting sasaran.

“Dengan melakukan identifikasi, maka kita dapat memberitakan intervensi yang tepat bagi penanganan balita stunting khususnya balita dengan penyakit penyerta,” kata Eva.

Intervensi pada balita stunting dilakukan dengan pendekatan sasaran dan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini tim dosen Polanka menggandeng kader Posyandu dan Puskesmas. Tahapan ini berisi kegiatan pendampingan, penanganan, terapi, dan konsultasi terhadap kondisi tumbuh kembang balita berdasarkan hasil screening dan potensi gangguan tumbuh kembang balita stunting yang telah dipetakan.

Selain kegiatan screening dan intervention, juga dilakukan kegiatan promotion yang bertujuan untuk meningkatkan awareness masyarakat dan mereduksi informasi-informasi yang tidak berdasar terhadap penanganan balita stunting.

Yulisha Eva Oktaviani, Inovator Penerima PDP Vokasi Politeknik Unggulan Kalimantan (Polanka)

Kolaborasi yang apik antara pemerintah kabupaten, YABN dan tim dosen Polanka, diharapkan dapat membuahkan hasil berupa tercapainya target penurunan stunting di Kabupaten Balangan menjadi 14 persen sebagaimana target nasional pada 2024. “Tetapi jika semua memiliki komitmen dan kerjasama yang kuat, Kabupaten Balangan dapat terus menurun prevalensi stunting hingga mencapai zero stunting,” tukasnya.

Eva mengakui bahwa program Kedaireka Dana Padanan telah membantu perguruan tinggi vokasi untuk menghasilkan luaran yang luar biasa manfaatnya baik untuk masyarakat, perguruan tinggi maupun mitra. “Sebelum ada proyek dana padanan, monitoring semua intervensi anak-anak yang mengalami stunting, termasuk jenis makanannya, perkembangan tumbuhnya tidak terekam dengan baik. Namun setelah ada dana padanan, kami bisa kembangkan inovasi SUPER untuk memonitor apa saja yang sudah kita lakukan terhadap anak dengan stunting,” kata Eva.

Eva bersama timnya menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek dan PT Adaro Indonesia yang telah mensupport pembuatan aplikasi SUPER. Rencananya inovasi aplikasi SUPER tersebut akan diajukan untuk mendapatkan hak paten.

Mengingat manfaatnya yang sedemikian besar, Eva berharap Kedaireka Dana Padanan terus berlanjut dan semakin banyak mitra baik itu swasta, kementerian dan lembaga yang tertarik berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk memberikan solusi atas persoalan yang di hadapi masyarakat.

“Yang jelas riset kami tidak lagi mentok di jurnal tetapi benar-benar bermanfaat untuk masyarakat,” tandas Eva.

Berkolaborasi Mencari Solusi

Tidak hanya persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang bisa dicarikan solusinya melalui program Dana Padanan Kedaireka ini. Menurut Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie, korporasi atau perusahaan yang membutuhkan kepakaran dari insan perguruan tinggi untuk mencari solusi atas persoalan bisnis yang dihadapi juga bisa memanfaatkan platform Kedaireka.

“Intinya kami mencarikan jodoh yang barangkali cocok antara insan perguruan tinggi yang memiliki riset dan inovasinya dengan korporasi yang membutuhkan kepakaran mereka,” kata Tjitjik pada kesempatan yang sama.

Ia mengaku gembira melihat antusiasme yang begitu besar dari insan perguruan tinggi untuk mengikuti program matching fund Kedaireka. Terbukti sudah ratusan hasil inovasi dari insan perguruan tinggi yang sekarang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat maupun korporasi bahkan sebagian sudah menghasilkan hak paten.

“Kolaborasi perguruan tinggi dan industri melalui platform Kedaireka Dana Padanan, saya berharap inovasi akan segera menghilir dan masalah yang dialami industri segera menghulu ke agenda riset di perguruan tinggi,” katanya.

Melalui program Kedaireka Dana Padanan, ujar Tjitjik, insan perguruan tinggi yang saat ini sudah melakukan berbagai inovasi dapat berinteraksi dengan dunia industri maupun lembaga lain. “Insan perguruan tinggi yang sudah lakukan inovasi tetapi kemudian mentok dan tidak tahu harus diapakan hasil inovasi tersebut akan kita follow up sehingga bisa bermanfaat,” lanjut Tjitjik.

Program Dana Padanan Kedaireka diakui Tjitjik, berfokus untuk mewujudkan hasil kolaborasi inovatif melalui platform Kedaireka. Insan perguruan tinggi dengan mitra bekerja sama untuk meningkatkan manfaat dan relevansi sekaligus menyesuaikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi dengan kebutuhan mitra dan masyarakat.

Plt Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Tjitjik Srie Tjahjandarie (is/humasdikti)

Dengan konsep matching fund, lanjut Tjitjik maka dapat menjamin keberlanjutan program sehingga Dana Padanan Kedaireka 2024 bisa diusulkan untuk multitahun, mulai dari 1—3 tahun kolaborasi. Mekanismenya dengan cara memberikan pendanaan kepada perguruan tinggi dan industri yang berkolaborasi dalam pengembangan inovasi melalui platform Kedaireka.

Model pembiayaan seperti ini bertujuan membangun kolaborasi inovatif antara perguruan tinggi dan dunia usaha dunia industri (DUDI) secara massif. Ekosistem kolaboratif ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata bagi masalah atau tantangan yang dihadapi masyarakat.

Selain menghasilkan produk bermanfaat bagi masyarakat, program Kedaireka Dana Padanan juga bisa meningkatkan indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi. Karena banyak produk yang dihilirkan dan bermanfaat bagi masyarakat dan ini dapat juga menghasilkan berbagai hak paten maupun hak kekayaan intelektual bagi sivitas akademika.

Menurutnya, kunci keberhasilan program adalah terbangunnya kepercayaan antara dua insan tersebut, yaitu insan perguruan tinggi dan mitra. Melalui Program Dana Padanan Kedaireka, perguruan tinggi baik itu perguruan tinggi akademik maupun perguruan tinggi vokasi, diakselerasi sebagai pusat rekacipta bangsa dalam menerapkan kebijakan Kampus Merdeka untuk mencapai 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi Negeri dan LLDikti.

Tahun 2024, Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek mengalokasikan anggaran sekitar Rp750 miliar untuk program Kedaireka Dana Padanan. Penyerapan anggaran dalam dana padanan ini tetap memerhatikan kualitas kolaborasi antara DUDI dan perguruan tinggi.

Direktur PMO Kedaireka Matrissya Hermita menjelaskan program Dana Padanan Kedaireka  2024 memiliki 5 prioritas riset untuk transformasi ekonomi Indonesia, yaitu Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, Ekonomi Digital, Penguatan Pariwisata, dan Kemandirian Kesehatan serta ada juga tema-tema yang bersifat umum. Melalui program ini, dosen-dosen di tanah air diberi kesempatan berkolaborasi untuk dapat menghasilkan karya rekacipta yang solutif dan inovatif di tengah kebutuhan dan tantangan masyarakat.

“Pusat-pusat riset di perguruan tinggi akan didorong oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada di hilir, dan sebaliknya teknologi-teknologi yang masih berada di hulu dapat secara luas mengalami hilirisasi,” tegasnya.

Melalui program dana padanan Kedaireka diharapkan ada akselerasi, atau memudahkan kolaborsi antara insan perguruan tinggi untuk bermitra atau berkolaborasi membuat rekacipta dengan mitra dunia usaha dunia industri (DUDI).

“Ini seperti platform perjodohan, namun perjodohan disini adalah dalam hal inovasi,” ujarnya.

Berbagai upaya dilakukan Kedaireka untuk menarik lebih banyak dunia industri bergabung sebagai mitra dalam program Kedaireka Dana Padanan. Di antaranya program Reka Talks, CEO Menthorship dan lainnya. Intinya mempertemukan kebutuhan antara pihak industri dengan insan perguruan tinggi dalam hal inovasi dan implementasinya.

Terhadap setiap proyek dana padanan yang lolos, Ditjen Dikti Kemendikbudristek juga berbagi risiko (sharing risk) hingga 50 persen dari dana kolaborasi tersebut baik dari sisi anggaran maupun pelaksanaan program.

Hingga 2024, program Kedaireka Dana Padanan sudah memasuki bacth 4. Pada bacth 4, terdapat 52 proposal dari insan perguruan tinggi yang mendapatkan Dana Padanan Kedaireka dengan nilai yang bervariasi. (m.kurniawati)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!