SYIFA Khairinna tak kecewa meski roket air yang dirakitnya tak mengenai target saat uji coba diterbangkan (dilempar) ke sasaran. Ia sudah berusaha, membuat roket air dengan keseimbangan yang baik agar bisa terbang dan menukik sesuai keinginan.
“Nggak mudah sih, terutama saat merakit sayapnya. Kita harus menghitung dengan tepat ukurannya agar roket bisa terbang dengan baik,” kata Syifa, siswi SMP Muhammadiyah 9, Jakarta Selatan, Ahad (8/9/2019).
Di sela kompetisi roket air yang digelar Pusat Peragaan IPTEK, TMII, Jakarta Timur, Syifa mengaku ini adalah tahun kedua keikutsertaannya dalam kompetisi roket air. Tahun sebelumnya, ia beruntung roket air yang dirakitnya bisa terbang mulus dan mendarat sesuai target. Atas keberhasilannya itu pula, Syifa maju ke kompetisi roket air tingkat nasional.
Bagi Syifa, mengikuti kompetisi roket air bukan sekedar mencari kemenangan. Lebih dari itu, kompetisi roket air merupakan ajang yang tepat untuk mengaplikasikan hukum-hukum fisika yang sudah dipelajari dibangku sekolah.
“Selain seru, saya bisa sekaligus belajar rumus-rumus fisika. Tambah pengalaman dan pengetahuan juga tambah teman,” lanjut Syifa pemilik nomor peserta 312.
Tahun ini, Syifa menjajal kemampuan membuat roket air bersama 6 teman sekolahnya yakni Reika, Putra, Sulthan, Rokhi, Ariq dan Gatot. Sayangnya dari 7 siswa SMP Muhammadiyah 9 Jakarta Selatan tersebut tahun ini tak satupun roket air yang dirakitnya mampu mencapai titik target.
“Nggak apa-apa kalah, nggak kena target. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi yang jelas lomba begini kalah atau menang tetap membuat kita jauh lebih percaya diri,” tukas Syifa.
BACA JUGA:
Hal yang sama juga dikemukakan Diana, siswi asal Bekasi. Ia mengaku baru kali ini ikut kompetisi roket air. Karena itu tidak ada target apa-apa dalam kompetisi ini.
“Saya belajar melatih adrenalin, karena ketika roket yang kita buat kita terbangkan, adrenalin kita ikut bekerja, ikut degdegan,” jelasnya.
Menurutnya meski namanya kompetisi, tetapi ternyata unsur bermainnya dalam kompetisi roket air jauh lebih banyak. Sehingga hampir semua peserta seperti tidak sedang merasakan kompetisi.
“Yang kita rasakan justeru kayak lagi belajar bersama teman-teman dari berbagai sekolah. Belajar tentang roket,” tukasnya.
Kompetisi roket air tahun 2019 yang digelar PP-IPTEK di area TMII diikuti 395 pelajar usia 12-16 tahun. Mereka berasal dari 93 SMP/SMA/sederajat wilayah Jabodetabek dan Cilegon.
Sebelum kompetisi dimulai, para peserta mendapatkan pelatihan dalam workshop pembuatan roket air. Kemudian dilanjutkan membuat satu roket air dan pada akhirnya dikompetisikan.
Roket air tersebut terbuat dari bahan botol plastik berkarborasi dengan jumlah minimal 2 botol yang kemudian dirakit menjadi satu bagian badan (body) roket air. Badan roket air ini dilengkapi dengan sirip roket yang terbuat dari bahan infraboard atau sterofoam tebal yang dipotong dan dibentuk mirip dengan sirip pesawat ulang alik.
Pada sesi peluncuran roket air, Ahad (8/9), sebagian besar roket air peserta tidak mengenai zona target. Roket jatuh dengan jarak jauh dari zona target.
Peluncuran yang dilakukan pada sesi 1 dan sesi 2 tersebut untuk menjaring 50 pemenang terbaik yang berhak melaju ke tingkat nasional.