JAKARTA, MENARA62.COM– Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa akan menggelar Kongres Bahasa Indonesia XI. Kegiatan yang akan digelar 28-31 Oktober 2018 di Jakarta tersebut menghadirkan 27 pembicara kunci dan 72 pemakalah hasil seleksi, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Ini adalah forum yang sangat penting untuk menunjukkan jati diri bangsa melalui bahasa,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar, Rabu (24/10).
Menurutnya Bahasa Indonesia adalah simbol negara yang mampu menyatukan wilayah kesatuan negara Republik Indonesia. Bahasa Indonesia sekaligus menjadi jembatan komunikasi dan oksigen bagi tegak berdirinya negara Indonesia.
Karena itu melalui Kongres Bahasa yang digelar setiap 5 tahun sekali, diharapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan dan peningkatan fungsi Bahasa Indonesia akan bisa dilakukan lebih baik.
Jumlah peserta kongres bahasa kali ini tercatat 1.031 orang terdiri atas pejabat publik, akademisi, budayawan, tokoh pegiat, pakar, guru, praktisi bahasa dan lainnya. Selain itu akan hadir pula tamu negara dari 26 negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Mesir, Tunisia dan lainnya.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia bertema Menjayakan Bahasa dan Sastra Indonesia tersebut lanjut Dadang akan diluncurkan beberapa produk kebahasaan dan kesastraan, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia Braille, buku Bahasa dan Peta Bahasa, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Daring, Korpus Indonesia, Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Daring, buku Sastrawan Berkarya di Daerah 3T, 546 buah buku bahan bacaan literasi, Kamus Vokasi, Kamus Bidang Ilmu, dan Aplikasi Senarai Padanan Istilah Asing (SPAI).
Kongres Bahasa Indonesia merupakan acara berkala yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan merupakan salah satu solusi pendorong kebijakan sekaligus penyadaran kepada banyak pihak terkait dengan upaya peningkatan peran bahasa dan sastra Indonesia sebagai peneguh identitas bangsa di tengah arus globalisasi.
Pada awalnya kegiatan ini dilaksanakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Pernyataan sikap politik para pendiri bangsa, sebagaimana tertuang pada butir ketiga Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang menyatukan kebinekaan dalam masyarakat Indonesia.