JAKARTA, MENARA62.COM – Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) gelar Kongres Berkebaya Nasional (KBN) 2021. Kongres yang berlangsung secara virtual selama dua hari berturut-turut yakni 5-6 April 2021 tersebut menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dengan pembahasan kebaya dari berbagai aspek yakni aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan psikologi.
“Kita membahas masing-masing aspek tersebut dalam 5 sesi Webinar,” kata Ketua Panitia KBN Lana T Koentjoro, Senin (5/4/2021).
Adapun tujuan dari KBN 2021 pertama sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia, untuk bisa menetapkan kebaya bukan hanya sebagai busana nasional Indonesia. Tapi lebih jauh bisa juga ditetapkan secara nasional “Hari Berkebaya Nasional” sebagai satu solusi untuk mempopulerkan dan mewajibkan perempuan Indonesia, menggunakan kebaya setidaknya di hari nasional berkebaya.
Kedua, bisa menjadi satu Langkah maju untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu heritage Indonesia atau kebaya sebagai satu khasanah kekayaan Indonesia seperti halnya batik, keris dan juga wayang.
“Namun sejujurnya, untuk mencapai tujuan kongres ini, komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia tidak bisa berjalan sendiri,” lanjut Lana.
Untuk itu, peran serta seluruh perempuan Indonesia dari seluruh pelosok nusantara untuk ambil bagian dan berpartisipasi dalam kongres ini, serta mensukseskan kongres ini berikut tujuan mulia di dalamnya yaitu menjadikan kebaya sebagai jati diri dan identitas bangsa Indonesia.
Untuk melihat bagaimana penting dan strategisnya kebaya bagi masyarakat Indonesia, dapat dilihat dari lima sesi webinar yang digelar selama KBN 2021 tersebut. Pertama sesi webinar kebaya ditinjau dari aspek sosial, melihat bahwa keberadaan kebaya menjadi sangat penting karena tidak hanya menyangkut gaya berbusana, tapi juga mengandung filosofi mendalam, serta nilai sejarah yang tinggi. Karenanya menjadi penting melestarikan keberadaan kebaya dengan berbagai cara, karena pada dasarnya busana dapat menggambarkan dua hal penting yang melekat pada pemakainya yaitu Identitas diri dan kepribadian dimana ini semua akan sangat berpengaruh pada sikap, karakter, citra dan simbol sebuah bangsa.
Hasil dari webinar mengenai “Strategi Komunikasi & Sosialisasi Untuk Memperkenalkan Kebaya ke Generasi Muda dan Dunia” ditemukannya jalur-jalur komunikasi yang dapat digunakan, dan strategi pengelolaan dan penyampaian pesan yang baik dan terukur sehingga pengenalan dan ajakan berkebaya dapat lebih maksimal hasilnya.
“Misalnya menggunakan leader, public figure, dan pimpinan beragam komunitas untuk memberikan contoh tindakan menggunakan kebaya dalam setiap kegiatannya, termasuk berolahraga dan aktovotas yang ekstrim sekalipun,” kata Ketua PBI Rahmi Hidayati.
Kebaya dilihat dari aspek politik, lanjut Rahmi, bahwa kebaya kini sudah menjadi busana nasional Indonesia, sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno sekitar tahun 1940-an. Bahkan tahun 1978 telah digelar lokakarya tentang kebaya sebagai busana nasional Indonesia yang diikuti ribuan perempuan Indonesia dari berbagai wilayah nusantara. Ini menunjukkan animo perempuan Indonesia memang identik dengan kebaya nusantara.
Hasil webinar kali ini tentang “Kebijakan Pemerintah Untuk Pelestarian Kebaya Sebagai Warisan Budaya Bangsa” bisa melihat kebijakan-kebijakan dan memberikan masukan kepada pemerintah legislatif, eksekutif dan yudikatif dalam menyusun regulasi dan mengambil keputusan serta kebijaksanaan untuk melestarikan kebaya sebagai busan nasional Indonesia dan kebaya bisa menjadi icon busana perempuan bangsa Indonesia. Salah satu caranya dengan menetapkan “Hari Berkebaya Nasional” sebagai satu hari nasional yang mewajibkan semua perempuan Indonesia mengguinakan kebaya apapun profesi dan aktivitasnya.
Sedang kebaya ditinjau dari aspek budaya, Rahmi menjelaskan data Badan Pusat Statistik menyebutkan Indonesia memiliki 1340 suku bangsa yang dikelompokkan dalam 300 kelompok etnis. Dengan jumlah etnis yang demikian besar tentunya ragam busana termasuk kebaya juga memiliki model dan penamaan yang berbeda-beda. Namun ini justru menjadi keragaman sekaligus kekayaan bumi nusantara yang perlu dilestarikan sebagai satu budaya bangsa Indonesia. Kebaya-pun bisa menjadi ajang pemersatu bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
“Hasil webinar kali ini kita mendapat gambaran tentang sejarah kebaya dari masa ke masa termasuk penyebarannya di Indonesia. Sekaligus bagaimana penerimaan bangsa ini serta animo generasi muda tentang kebaya hingga modifikasinya oleh masyarakat setempat,” katanya.
Penerimaan ini bisa dibuktikan dengan keikhlasan menggunakan kebaya bagi perempuan Indonesia baik yang usia dewasa hingga pada lini generasi muda dengan ragam dan desain yang bisa diterima dan disukai oleh segala lapisan usia yaitu generasi tua dan muda.
Kemudian kebaya ditinjau dari aspek psikologis, menurut Rahmi, dengan berkebaya sang individu akan terhubung langsung dengan kultural dan juga identitas suku bangsanya. Terciptanya identitas otomatis akan mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya sebagaimana perangai si pemakai. Jadi hendaknya kebaya juga membentuk citra positif dan menjaga perilaku perempuan Indonesia.
“Sementara dilihat bahwa kebaya sebagai penutup aurat yang menutupi sebagain besar tubuh perempuan, akan menepis isu kesusilaan. Penampilan ini sekaligus akan berpengaruhi pada penerimaan orang yang melihatnya dan menerimanya di lingkungan sosial mereka,” tukasnya.
Hasil webinar yang mengangkat judul “ Pengaruh berkebaya Pada Karakter, Kepercayaan Diri, dan Kehidupan Sosial ini, dimaksudkan untuk memahami sikap secara psikologis kepada semua wanita berkebaya dari segala usia, kalangan sosial serta wilayah kediamannya. Termasuk persepsinya tentang kebaya yang dikenakannya seta sosialisasi pelestarian kebaya sebagai salah satu bentuk budaya sebagai warisan dari leluhur kita, untuk kita jaga dengan baik dan benar. Adapun salah satu bentuk kongkritnya adalah penggunaan kebaya sebagai busana yang lazim dan nyaman digunakan sehari-hari. Sekaligus kebaya sebagai jatidiri bangsa Indonesia.
Terakhir, kebaya ditinjau dari aspek ekonomi. Menurutnya, saat ini pemerintah melalui kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan fashion sebagai peluang usaha prioritas, untuk ditingkatkan kelasnya. Kebaya menjadi salah satu target fashion yang akan dikembangkan. Persoalannya kini perlu keahlian khusus dalam mengembangkan dan memodifikasinya tanpa meninggalkan pakem dasar sebuah desain bernama “kebaya”. Perlu juga dibahas bagaimana mekanisme perbekalan dan penyuluhan untuk menciptakan interpreneur yang semakin ahli dalam melihat peluang bisnis dalam proses jual beli di masyarakat, terutama seperti masa pandemic seperti sekarang ini.
Hasil webinar dengan judul “Pengembangan Potensi Ekonomi Kebaya Sebagai Pendukung Gerakan Budaya”, menghasilkan langkah-langkah kongkrit untuk merumuskan prospektif bisnis kebaya bagi pengusaha besar dan UKM dimana sesuai dengan kelasnya sekaligus mensosialisasikan dan mempromosikan kebaya sebagai bisnis yang menjanjikan dan memberikan peluang bagi banyak UKM untuk kreatif menciptakan kebaya berikut variannya kepada seluruh lapisan masyarakat dari yang tua hingga remaja putri. Dengan demikian masyarakat bisa merasakan nilai tambah secara ekonomi dari sebuah kebaya dan varian turunannya.