26.2 C
Jakarta

Derita Rusdi, Korban Penggusuran Satpol PP Kota Semarang

Baca Juga:

Seperti Muslim pada umumnya, Rusdi Wasito (57) menyambut bulan suci Ramadhan dengan gembira. Namun, kegembiraan Rusdi pada Ramadhan kali ini, berkelindan dengan kesedihannya karena harus kehilangan rumah, yang selama ini menjadi tempat tinggalnya bersama keluarga.

Rumah mereka digusur Satpol PP kota Semarang, Jawa Tengah, karena lokasi tempat tinggal mereka diklaim milik Universitas Diponegoro, pada Senin (14/5/2018). Satpol PP, meluluhlantakkan rumah mereka dengan menggunakan alat berat. Tidak butuh waktu lama, rumah-rumah diatas lahan seluas sekitar 3000 meter persegi itupun rata dengan tanah. Setelah alat berat berhenti, tidak ada lagi bangunan tersisa sedikitpun, kecuali bekas sumur. Kamar mandipun juga turut hancur.

Rusdi (57) dan keluarganya, korban penggusuran Satpol PP Kota Semarang.

Keluarga Rusdi tidak sendiri, bersama tiga rumah milik tetangganya, warga dukuh Jurang Blimbing yang berlokasi tepat di belakang gedung H Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro di Tembalang, Jawa Tengah ini, juga terkena penggusuran.

Peristiwa itu terjadi tepat tiga hari menjelang Ramadhan. “Cethanipun rikolo dinten Senin Wage, sewelas dinten kepengker mas (persisnya hari Senin Wage, sebelas hari lalu, mas” tutur Rusdi, pada Nur Sodiq dari Lazismu, Kantor Layanan Banyumanik Kota Semarang yang mengunjunginya.

Meski ada tulisan larangan masuk ke lokasi bekas rumah mereka, yang ditempel di pagar seng, tapi ada celah yang bisa dilewati. Melalui celah itulah, tim Lazismu masuk. Dari luar lokasi tampak hanya puing-puing bekas bangunan berserakan. Tidak tampak aktivitas didalamnya.

Rusdi saat ditemui, sedang duduk termenung dibawah pohon. Ia mengenakan pakaian yang tampak lusuh. Tak lama kemudian, ikut mendekat istri, anak dan menantunya yang baru saja datang menjemput sang cucu yang masih duduk di sekolah dasar.

Karenanya, empat keluarga itu masih meninggali di lahan bekas rumah mereka berdiri. Mereka terpaksa hidup dalam kondisi kegelapan pada malam hari. Rumah yang dibongkar itu dihuni Rusdi Wasito (57) bersama saudara-saudaranya, Kamidi (58), Ngadiono (64), dan Wardiono (55).

Diantara para korban pembongkaran paksa itu, hanya Rusdi dan keluarga serta menantu dan cucunya yang masih tetap bertahan di lokasi. Mereka terpaksa tinggal dibekas puing rumahnya, karena tidak ada pilihan lain untuk tempa tinggal. Mereka pun berlantai tanah dan beratap langit.

Sementara korban lain, yang ditemui Lazismu di lokasi mengaku kalau malam terpaksa menginap di rumah saudara.

Secara hukum kasus ini, telah menarik perhatian LBH Ikadin Jateng dan LSM lain. Terlepas pihak mana yang benar dalam nasalah ini, tim lazismu melihat peristiwa yang menimpa keluarga Rusdi sebagai masalah kemanusiaan.

Itu sebabnya, pada Kamis (24/5/2018) Direktur Lazismu Jateng H Agus Alwi Mashuri, dengan ditemani Kepala Lazismu Kantor Layanan Banyumanik dan tiga mahasiswa Undip yang tergabung dalam IMM, mengantar bantuan kepada keluarga tersebut. Bantuan yang diberikan berupa kain terpal dan bahan makanan seperti; Beras, Mi Instan, Gula Pasir, Minyak Goreng, Kurma dan minuman ringan.

Berkali-kali Rusdi mengungkapkan rasa haru terimakasihnya atas bantuan dari para donatur Lazismu itu. Dia juga mendoakan semoga Allah membalas kebaikan para donatur Lazismu dengan pahala berlipat ganda.

Penulis: Nur Shodiq

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!