25.8 C
Jakarta

Kota Kupang Perbaiki Gizi Masyarakat Melalui Posyandu

Baca Juga:

KUPANG, MENARA62.COM– Dinas Kesehatan Kota Kupang memperkuat layanan rutin bantuan gizi masyarakat melalui pos pelayanan terpadu (posyandu). Penguatan layanan ini dilakukan di semua posyandu yang tersebar di 51 kelurahan dan enam kecamatan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu.

“Layanan gizi melalui posyandu ini merupakan kegiatan standar bagi warga di daerah ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang dr Ari Wijana di Kupang, seperti diberitakan Antara, Rabu (10/05/2017).

Selain melalui posyandu, layanan gizi masyarakat juga dilakukan melalui puskesmas dan pustu dengan sejumlah program terencana dan sewaktu-waktu. Misalnya bantuan makanan tambahan bagi ibu menyusui di puskesmas yang ada sebagai tindaklanjut dari program bantuan Kementerian Kesehatan, melalui pemerintah provinsi.

“Ini salah satu contoh kegiatan dan layanan gizi masyarakat yang dilakukan secara terprogram Kementerian Kesehatan,” jelasnya.

Program penguatan pelayanan posyandu dan bantuan gizi masyarakat ini kata dr Ari dimaksudkan untuk membuat masyarakat bisa lebih sehat dan tidak terjebak dalam sejumlah penyakit yang diakibatkan oleh karena kurang gizi.

Sosialiasi, penyuluhan dan bantuan langsung terus dilakukan melalui sejumlah fasilitas kesehatan yang ada di tengah masyarakat termasuk posyandu. “Itu yang pemerintah lakukan selama ini dan akan terus dilakukan untuk kepentingan pelayanan gizi masyarakat,” katanya.

Dijelaskannya, masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktivitas optimal.

Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa balita. Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah lima tahun serta pola pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.

Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting, prevalensi wasting dan permasalahan gizi lebih.

Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) dan kini meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013).

Obesitas sentral merupakan kondisi sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis. Disebut obesitas sentral apabila laki-laki memiliki lingkar perut lebih besar 90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut lebih besar 80 cm.

Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26,6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Selanjutnya, masalah stunting atau pendek pada balita ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!