26.7 C
Jakarta

Bersahabat dengan Alam

Baca Juga:

Oleh Ashari*

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersahabat dengan alam. Berbaik-baik dengan komunitas lingkungan dan sekitarnya dengan cara memeliharanya. Bukan sebaliknya sebagai perusak. Karena salah satu fungsi diciptakannya manusia ke muka bumi ini adalah sebagai khalifah fil ardhi. Orang yang suka merusak alam bahkan dengan sangat jelas oleh Allah Swt, dimasukkan ke dalam golongan orang-orang munafik. Mereka bisa saja mengaku  melakukan pembangunan, perbaikan, reinkaarnasi, namun sejatinya mereka sedang melakukan pengrusakan di muka bumi ini. Allah Swt dalam QS Al –Baqarah (2) ayat 11-12 berfirman yang artinya: Dan apabila dikataka kepada mereka; Janganlah berbuat kerusakan di bumi. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan  Ingatlah sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan , tetapi mereka tidak menyadarinya.

Ayat ini sangat jelas memberikan gambaran kepada kita semua, bahwa memang ada kelompok yang secara sengaja melakukan kerusakan di muka bumi. Namun secara verbal dan lips service mereka mengatakan kepada publik bahwa sedang melakukan perbaikan. Orang-orang yang demikian oleh Allah Swt dimasukkan kedalam golongan orang munafik. Semoga kita terhidar dari sifat yang demikian.

Menjadi khalifah bisa kita lakukan dari hal-hal yang kecil dan sederhana. Misal menanam tumbuh-tumbuhan atau pepohonan di sekitar rumah atau pekarangan. Di samping membuat kesuburan tanah juga bisa menghasilkan. Terlebih dimasa pandemic Covid-19 seperti ini dibutuhkan  kreatifitas manusia. Kita jadi ingat kisah Nabi Luth As dan keluarganya yang terasing di negeri Sodom. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, beliau memaksimalkan hasil tanaman di pekarangan sekitar. Penduduk Sodom sudah kelewat batas ingkarnya kepada Allah Swt, terutama dalam hal perilaku menyimpang cinta sejenis. Hal ini berimbas kepada perilaku keseharian. Bahkan sampai saat Nabi Luth As ini menawarkan putrinya untuk bisa dinikahinya, maka mereka lebih memilih kepada Nabi Luth. Maka upaya yang bisa dilakukan waktu itu adalah mencegah warga di luar Sodom agar tidak masuk ke negerinya, agar tidak menjadi bulan-bulanan.

Jika kita tarik kebelakang, agar kita lebih bersyukur dengan alam yang sudah diciptakan oleh Allah Swt ini. Bahwa dulu bumi ini adalah planet yang mati. Tidak produktif. Kemudian oleh Allah dihidupkannya dengan diturunkannya hujan dari langit. QS An-Nahl: 65- “Dan Allah menurunkan air dari langit dan dengan air itu dihidupkannya bumi setelah sebelumnya mati.”

Kita bisa bayangkan seandainya hamparan bumi ini kering kerontang. Tandus dan tidak bisa ditanami, maka betapa gersangnya kita rasakan. Oleh karena itu sudah selayaknyalah sebagai orang beriman dan berkemajuan, rahmat dari Allah ini kita kelola dengan baik sesuai dengan profesi dan kemampuan kita masing-masing, agar benar-benar bermanfaat. Tidak saja kepada diri kita sendiri namun juga sekitar.

Ebiet G Ade sampai mengabadikan dalam lagu legendaris terkait masalah ini: Berita Kepada Kawan. Salah satunya mengajak kepada kita untuk bersahabat dengan alam.

Konklusi :

Kembali kami kutip firman Allah Swt  dalam QS. Al-Baqarah ayat 22 :”Dialah Allah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, kemudian dengan air hujan itu Dia hasilkan  buah-buahan sebagai rezeki bagimu . Karena itu janganlah kalian membuat tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu menetahui.”
Intinya mari kita lestarikan alam yang sudah dikaruiakan kepada kita. Agar Allah tidak murka kepada kita. Dengan selalu menjadi khalifah di muka bumi ini. Ajak diri, keluarga dan lingkungan untuk senantiasa bersahabat dengan alam. Maka alampun akan bersahabat dengan kita. (Sekian)

*Penulis: Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi dan Muhammadiyah  1 Sleman DIY 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!