31.6 C
Jakarta

Laporan-3 dari Tanah Suci : Medinah yang dingin.

Baca Juga:

Madinah, Menara62.Com – Jumat pagi yang dingin. Kami berempat sudah bangun. Bergantian. Mandi. Ada yang cepat, ada juga yang lama. Kami saling menghormati. Tetapi jika ada lamaa, maka kami terpakksa mengetuk pintunya. Kami ingin merasakan Jumatan di Medinah untuk kali pertama. Maka dari pagi sudah kami siapkan. Harapannya tidak terlambat dan tidak di shaf belakang. Pendamping jauh hari sudah menjelaskan, agar kami tidak terlambat saat mau Sholat Jumat di Madiah, Jika terlambat bareng beberapa menit, maka dipastikan tidak dapat tempat yang memadahi. Minimal di dalam masjid.
Kami mandi. Urut dari dewasa tua. Jam 10 kami berangkat ke masjid Nabawi. Jam 09.45. Udara begitu dingin. Menyentuh pori-pori. Sampai2 kami selalu mencari sinar matahari. Untuk berjemur. Alhadulillah kami dapat shaf depan. Nomor 3 dari depan. Dekat dengan Raudah. Yang sedang di renov. Kami bisa lihat makam nabi Muhammad yang agung, Abu Bakar Asidiq dan Umar bin Khatab ra.
Dari banyak kisah, kami terima, kendati nabi seorang pemimpin, sebut Kepala Negara waktu itu, namun rumah nabi tidak kemudian mewah. Besar. Bahkan ustadz pendamping kami  menjelaskan, “Jika ditelusur sejarah, rumah nabi hanya ada 2 kamar utama. Yakni kamar tamu dan kamar tidur beliau,” ujar Ust H Supriyanto.
Begitu bersahaja-nya beliau. Udara dingin merayap hingga rongga-rongga dinding masjid. Kami betulkan syal yang jatuh menjuntai ke bawah. Untuk dapat kami kalungkan kembali. Aku mencoba nengok ke belakang. Full. Hamparan manusia memadati setiap sudut masjid Madani bahkan di halaman luarpun demikian. Ke belakang. Luas dan lapang. Di kanan kiri, mengangkang bangunan hotel mewah bertingkat. Sementara para penjual kaki lima, tertib menjajakan dagangannya di los yang sudah ditentukan. Tidak begitu luas, menurutku.
“Disini ada gorengan bakwan atau tahu susur tidak ya?” tanyaku, tiba-tiba ada kerinduan untuk makanan khas Yogykarta.
“Nanti habis Ashar, mencari yuk?” ajakan teman lain. Yang memantik nafsu makan gorengan naik, ditengah udara dingin yang terus menggigit. ( bersambung )

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!