PARIS, Menara62.com—Lebih dari 10.000 orang turun ke jalan di Paris utara pada Ahad (10/11) untuk menentang Islamofobia. Aksi berlangsung setelah serangan bulan yang menargetkan sebuah masjid di Kota Bayonne, Prancis selatan, oleh seorang pria berusia 84 tahun.
Tersangka adalah seorang mantan aktivis sayap kanan. Dia menembak dan melukai dua pria.
Banyak dari pengunjuk rasa membawa poster berisi kecaman atas serangan terhadap Islam. Sejumlah perempuan yang ambil bagian dalam aksi itu mengenakan kerudung, sementara sebagian lainnya menutup kepala mereka dengan kain berwarna biru, putih dan merah, yang merupakan warna dari bendera Prancis.
Menurut Occurence, sekitar 13.500 orang berpartisipasi dalam pawai tersebut. Aksi tidak hanya datang sebagai seruan pribadi, namun juga oleh organisasi, termasuk Collective against Islamophobia in France (CCIF).
Aksi juga digelar di tengah dihidupkannya kembali perdebatan tentang kerudung di Prancis dan sejumlah serangan oleh oknum muslim di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami datang untuk membunyikan alarm, untuk mengatakan ada tingkat kebencian yang tidak boleh Anda lampaui,” ungkap seorang pengunjuk rasa, Larbi (35), kepada Kantor Berita AFP. “Kita terbuka atas kritik, tetapi Anda tidak boleh melampaui batas agresi tertentu.”
Sementara itu, Asmae Eumosid, seorang perempuan berkerudung dari pinggiran Paris mengatakan, “Kami ingin didengar … Bukannya didorong ke tepi. Anda mendengar banyak omong kosong tentang Islam dan wanita berkerudung hari ini.”
Pawai serupa juga berlangsung di Marseille selatan pada Minggu, di mana beberapa ratus orang terlibat. Mereka membawa poster bertuliskan “Islamophobia kills” dan berteriak “we are all children of the republic”.
“Ada propaganda yang dilancarkan terhadap umat Islam,” kata Claudine Rodinson, seorang pensiunan berusia 76 tahun, seraya menambahkan bahwa terorisme yang mengatasnamakan agama telah disamakan dengan Islam.
Menurut penelitian terbaru, Prancis memiliki antara lima hingga enam juta warga muslim, menjadikannya agama terbesar kedua di negara itu. Fakta tersebut juga membuat Prancis memiliki komunitas muslim terbesar di Eropa.
Meski demikian, Prancis sangat melindungi prinsip sekuler konstitusinya. Salah satunya dengan melarang penggunaan simbol-simbol keagamaan di sekolah negeri. misalnya. (France24)