JAKARTA, MENARA62.COM – Peran guru sebagai penggerak literasi sangat diperlukan saat ini karena kegiatan membaca merupakan kunci untuk membuka pintu kebaikan dan ilmu pengetahuan yang berperan dalam pembentukan karakter seseorang. Karena itu guru dituntut bukan hanya untuk sekadar mengajarkan cara membaca tetapi juga mengajak anak-anak untuk suka membaca dan memahami apa yang dibaca.
“Menurut riset, 55% Indonesia adalah functionally illiterate, di mana anak mampu baca tapi tidak paham yang terjadi di usia 15 tahun keatas. Dampaknya anak akan kesulitan memahami teks, kekurangan kosa kata, hanya berdasarkan persepsi dan yang ada hanyalah umpatan-umpatan,” ujar Sumarti M Thahir – Direktur Pendidikan Yayasan Bening Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta/Penggerak Literasi Anak, Keluarga dan komunitas dalam webinar TKPLB Online Series – Literasi Guru Series yang diadakan oleh chanel P4TK TK dan PLB KEMDIKBUD di youtube Senin, (2/11/2020).
Menurut Sumarti, latar belakang kebiasaan membaca meningkat karena diajarkan sejak dini salah satunya dari jenjang PAUD. Di samping itu, anak disebut berkembang jika anak tersebut telah mampu mengungkapkan ide dengan pilihan kata yang sesuai dengan konteks, mampu menyampaikan pesan dengan maksud dan pilihan kalimat yang sesuai dan mampu menyampaikan pesan dengan kecirian kecenderungan pola berfikir.
Sumarti menilai bahwa kasus-kasus seperti adanya meme atau postingan-postingan  yang sifatnya menghujat, merendahkan, cacian hingga bullying bisa jadi merupakan hasil dari proses dari kurangnya literasi dan pengajaran guru dan orang tua yang salah.
“Jika hanya menyampaikan informasi saja dan tidak mengembangkkan kecakapan hidup , itu bukanlah literasi, dalam konteks literasi seseorang dikatakan literesi jika dia memiliki keterampilan menyimak, berbicara, berpikir kritis melalui membaca maupun menulis,” ungkapnya.
Diakui Sumarti penting bagi guru untuk mengikuti literasi guru, karena melalui pelatihan ini guru diharapkan mengetahui perkembangan literasi orang dewasa, guru dapat melakukan profil diri, guru dapat membaca profil perkembangan literasi diri dan merancang program peningkatan literasi.