PADANG, MENARA62.COM – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir membuka secara resmi Konvensi Nasional Pendidikan (Konaspi) ke-IX di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang (13/03/2019). Konaspi merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI). Konaspi IX di UNP mengangkat Tema: Pendidikan pada Era Revolusi Industri 4.0.
Menteri Nasir mengatakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai pencetak tenaga pendidik berkualitas dan penghasil inovasi sistem pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis dalam menyiapkan SDM Indonesia untuk masa yang akan datang.
Oleh karena itu, Menristekdikti berharap Konaspi IX ini dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi solutif dan aplikatif bagi pengembangan tenaga kependidikan dan inovasi sistem pembelajaran di Indonesia.
“Kita memerlukan sumbangsih pemikiran yang solutif, aplikatif, dan relevan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Karena dengan pendidikanlah masyarakat kita menjadi cerdas, unggul, berdaya saing, dan berkarakter,” tutur Menteri Nasir dalam siaran persnya, Kamis (14/3/2019).
Menteri Nasir menambahkan perguruan tinggi harus mengubah pola pikir dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dengan cara lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan baru. Dengan demikian dapat dihasilkan terobosan dan inovasi sistem pendidikan dan pembelajaran.
“Kampus harus lebih terbuka dengan cara memiliki pola pikir yang terbuka, hati yang terbuka dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Di tengah berbagai tantangan global yang semakin kompleks, kita sadari betul semakin tingginya harapan pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada perguruan tinggi dalam memberikan pendidikan kepada generasi penerus bangsa agar kompetitif, kreatif, dan inovatif di era disrupsi saat ini,” imbuh Menristekdikti.
Menteri Nasir menerangkan revolusi industri 4.0 juga telah mengubah sistem pembelajaran yang ada. Oleh karena itu, perkembangan teknologi harus diikuti dengan inovasi dalam sistem pembelajaran. Perguruan tinggi Indonesia, terutama LPTK harus bergerak cepat agar tidak tertinggal dari negara lain.
“Kalau tidak melakukan itu kita akan tertinggal dari negara lain dan yang paling dibutuhkan adalah kreatifitas,” ujarnya.
Menurutnya LPTK memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama mulai dari kompetensi dan kualitas tenaga pendidik, sertifikasi tenaga pendidik, hingga inovasi pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0. Setiap tahunnya seluruh LPTK di Indonesia baik negeri maupun swasta menghasilkan lebih kurang 300 ribu lulusan. Namun demikian dari jumlah tersebut baru sekitar 120 ribu yang terserap di sekolah dan lembaga pendidikan.
Agar dapat bersaing baik tingkat nasional dan global, lulusan LPTK harus dibekali kompetensi yang mumpuni, harus kreatif dan inovatif.
Ketua ALPTKNI Syawal Gultom mengatakan LPTK harus siap berinovasi dan bertransformasi menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Dia mengatakan pendidikan akan terus berkembang dan pergerakannya menjadi sangat dinamis. Mengingat teknologi telah membaur pada kehidupan kita sehari-hari. Ide dan gagasan konstruktif sangat diperlukan
Syawal Gultom yang juga Rektor Universitas Negeri Medan berharap melalui forum ini para pendidik dari seluruh Indonesia akan berembuk untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait sikap yang akan diambil dalam menghadapi tantangan ke depan terutama bagi dunia pendidikan.
“ Di era 4.0 ini bukan masalah konten tetapi pergeseran paradigma dan cara berpikir, dahulu pendidikan kita berpusat pada guru, sekarang paradigma terbaru bagaimana cara mengaktifasi sumber belajar. Harapan saya dalam forum yang bergengsi ini berharap bahwa kita akan mendapat rekomendasi baru dari ranah Minang ini untuk kita sumbangkan pada perjalanan pendidikan 2 sampai 3 tahun ke depan, ” katanya.
Pada kesempatan yang sama Rektor UNP Ganefri mengatakan Konaspi IX yang digelar di Universitas Negeri Padang (UNP) ini diikuti sebanyak 2.089 peserta dan yang terbanyak sepanjang sejarah.
“Dalam Konaspi IX ini kami juga menggelar dua konferensi internasional yang hingga saat ini jumlah makalah yang disampaikan kepada panitia mencapai 2.089 makalah. Pemakalah tidak hanya berasal dari perguruan tinggi Indonesia namun juga dari perguruan tinggi di luar negeri,” pungkasnya.