JAKARTA – Belanda menjadi salah satu negara yang diminati pelajar Indonesia untuk melanjutkan studinya. Data program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) saja, menempatkan Belanda sebagai negara kedua tujuan para penerima beasiswa untuk kulaih di luar negeri setelah Inggris.
Sedang data dari perhimpunan alumni yang dikombinasikan data dari universitas, setidaknya ada 20 ribu pelajar Indonesia sudah menempuh studi sejak tahun 1950.
“Kami memang belum memiliki data berapa jumlah pasti mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas-universitas di Belanda. Tetapi setiap tahun ada kenaikan,” kata Peter van Tuijil, Direktur Nuffic Neso Indonesia usai acara Pre-Departure Briefing yang diikuti 300 pelajar di gedung Perpusatakaan Nasional, Sabtu (11/8).
Menurutnya peningkatan jumlah pelajar Indonesia yang kuliah di Belanda memang tidak sedrastis perkembangan universitas di Inggris. Sebab sejauh ini Belanda tidak mengkomersilkan pendidikan dengan memasarkan universitas melalui agen-agen.
“Jadi kami mengenalkan universitas di Belanda melalui media sosial, instagram, alumni dan pameran pendidikan. Juga melalui online langsung. Intinya tidak ada agen,” lanjutnya.
Meski demikian diakui Peter keberadaan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda menjadi poin penting untuk meningkatkan hubungan kerjasama dua negara.
Dari ribuan pelajar yang melanjutkan studi di Belanda, sebagian besar memanfaatkan program beasiswa. Misalnya program beasiswa S StuNed, OTS, OKP, LPDP, SPIRIT, FETA dan lainnya.
Wakil Duta Besar Belanda, Ferdinand Lahnstein mengatakan 10 persen dari pelajar Indonesia yang berstudi di Belanda memiliki hubungan spesial. Seperti hubungan keluarga, hubungan darah maupun sejarah.
“Itu sebabnya, di Belanda ada warung-warung atau toko Indonesia, ada even-even orang Indonesia,” jelasnya.
Manfaatkan beasiswa
Indy Hardono, koordinator tim beasiswa Nuffic Neso Indonesia mengatakan Belanda adalah negara dengan kualitas pendidikan yang sangat baik. Belanda juga memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia.
Karena itu sebelum para pelajar memulai kuliah di Belanda, Nuffic Neso secara rutin menggelar kegiatan Pre-Departure Briefing. Ini adalah kegiatan untuk mengenalkan Belanda kepada calon-calon pelajar universitas di Belanda.
“Dalam pertemuan tersebut kita undang alumni supaya bisa sharing pengalaman. Kami yakin informasi dari para alumni ini sangat bermanfaat bagi penerima beasiswa universitas Belanda,” kata Indy.
Pre-Departure Briefing kali ini diikuti sekitar 300 pelajar. Sebagian besar yakni sekitar 77.4 persen pelajar yang hadir akan melanjutkan program master (setara S2) dan sisanya 14,14 persen melanjutkan program bachelor (S1). Lalu 1 persen melanjutkan PhD (setara S3) dan sekitar 7 persen akan mengambil kursus singkat di Belanda.
Jika dilihat dari sumber pendanaan mereka, jumlah pelajar yang menggunakan dana sendiri (42.4 persen) hampir sama hanya banyak dengan pelajar yang memanfaatkan dana beasiswa (57.6 persen) untuk studi di Belanda.
Menurut Koordinator Promosi Pendidikan, Inty Dienasari, ada berbagai jenis beasiswa untuk studi di Belanda diantaranya beasiswa StuNed, OTS, OKP, LPDP, SPIRIT, FETA, universitas-univesitas di Belanda, dan juga perusahaan-perusahaan tempat para pelajar bekerja. Informasi mengenai biaya studi di Belanda dan beasiswa dapat diakses melalui www.nesoindonesia.or.id/beasiswa
Lebih dari 90 orang alumni Belanda ikut hadir pada acara Pre-Departure Breafing. Mereka memberikan informasi mengenai kehidupan di Belanda.