JAKARTA, MENARA62.COM– Malam nisfu Sya’ban tahun 1438 Hijriyah jatuh bertepatan dengan tanggal 11 Mei 2017 Masehi. Pada sebagian umat Islam ada keyakinan bahwa malam nisfu Syaban adalah momen penting karena menjadi momen dimana semua catatan amal manusia ditutup sekaligus dibuka kembali catatan baru. Keyakinan tersebut telah melahirkan tradisi-tradisi saling meminta maaf, tradisi berkumpul di majelis taklim atau masjid, dan berdoa bersama, membaca shalawat serta kebaikan lainnya.
Karena itu pada malam nisfu Sya’ban banyak masyarakat mengirimkan pesan permohonan maaf kepada teman, sahabat, keluarga dan handai taulan dimana saja. Selain memohon maaf juga saling mengingatkan akan keutamaan dan pentingnya bulan Sya’ban, bulan yang datang menjelang Ramadhan.
Dalam akun facebooknya Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri misalnya, secara khusus menyampaikan permohonan maafnya kepada masyarakat.
“Menjelang Nisfu Sya’ban, dari Allah aku mohon disaksikan bahwa aku telah memaafkan siapa saja yang pernah menyalahiku baik sengaja atau tidak; dari kalian semua yang pernah bergaul denganku, aku mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafanku,” tulis Gus Mus, Kamis (11/5/2017).
Menghidupkan malam Sya’ban sangat dianjurkan khususnya malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik. Itu sebabnya ada banyak masyarakat, malam nisfu Sya’ban ditradisikan dengan berkumpul di masjid, membaca doa bersama, melakukan amalan-amalan baik dan bersantap bersama.
Dalam kitab Qalyubi wa ‘Umairah dijelaskan bahwa “Disunahkan menghidupkan malam hari raya, Idhul Fitri dan Idhul Adha, dengan berdzikir dan shalat, khususnya shalat tasbih. Sekurang-kurangnya adalah mengerjakan shalat Isya berjamaah dan membulatkan tekad untuk shalat Shubuh berjamaah. Amalan ini juga baik dilakukan di malam nisfu Sya’ban, awal malam bulan Rajab, dan malam Jumat karena pada malam-malam tersebut doa dikabulkan.”
Hadist lain tentang keutamaan nisfu Sya’ban dapat dibaca pada hadits yang terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban disebutkan “Allah SWT memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang kafir dan orang yang bermusuhan.”
Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam Nisfu Sya’ban. Seperti dikutip nuonline, setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban yang disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.
Di antaranya, Allah akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.
Adapun tiga amalan yang sangat dianjurkan pada malam nisfu Sya’ban adalah:
Pertama, memperbanyak doa. Hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Kedua, membaca kalimat Syahadat sebanyak mungkin. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”
Ketiga memperbanyak istighfar. Meminta ampun (istighfar) bisa dilakukan kapan saja. Akan sangat dianjurkan lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.”
Faruq Hamdi, Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PWNU DKI Jakarta & Staf Komisi Dakwah MUI Pusat seperti dituliskan di Republika.co.id menyebutkan Sya’ban merupakan bulan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah. Diantaranya peristiwa berpindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha Palestina menuju Kabah (QS al-Baqarah: 144), turunnya ayat yang menganjurkan untuk membaca shalawat (QS. al-Ahzab: 56) dan diangkatnya catatan amal manusia juga di bulan Sya’ban.
Menelisik dari segi linguistik, al-Imam Abdurrahman al-Shafury dalam kitab “Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab al-Nafais” mengatakan bahwa kata Sya’ban merupakan singkatan dari huruf shin yang berarti kemuliaan (al-syarafu), huruf ‘ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi atau terhormat (al-uluw), huruf ba’ yang berarti kebaikan (al-birr), huruf alif yang berarti kasih sayang (al-ulfah), dan huruf nun yang berarti cahaya (an-nur).
Faruq selanjutnya mengatakan malam nisfu Sya’ban sering digunakan oleh umat Islam untuk membaca surat Yasin sebanyak 3 kali dan dilanjutkan dengan doa. Tradisi baik ini tidak semua orang Islam menjalankannya. Tetapi tidak menjadi persoalan dan diantara mereka terdapat saling menghormati dan saling menghargai.
Terlepas dari mau tidaknya umat Islam mentradisikan malam nisfu Sya’ban, Faruq mengingatkan bahwa dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Dailami, Imam ‘Asakir, dan al-Baihaqy, Rasulullah Saw bersabda: “Khomsu layaalin laa turaddu fiihinna ad-da’watu. Awwalu lailatin min Rajaba wa lailatun-nishfi min sya’baana wa lailatul jum’ati wa lailatayil-‘iidaini.” Artinya: “Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu: malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.”
“Man ahya lailatal-‘iidaini wa lailatan-nishfi min sya’baan lam yamut qalbuhu yauma tamuutul-qulub.” Artinya: “Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Syaban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari dimana pada hari itu semua hati menjadi mati”.
“Wa qad jumi’a du’aa’un ma’tsuurun munasibun li haalin khaashin bi lailatin-nishfi min sya’baana. Yaqra’uha al-muslimuuna tilkal-lailata al-maimuunata furaadaa wa jam’an fii jawaami’ihim wa ghairiha. Yulaqqinuhum ahaduhum dzalikad-du’aa aw yad’uu wa hum yu’minuuna kama huwa ma’lum. Wa kaifiyatuhu: tuqro’u awwalan qabla dzalikad-du’a ba’da shalaatil maghrib suuratu Yasin.”
Artinya: “Sungguh telah dikumpulkan doa mathur yang terkait khusus dengan malam Nisfu Syaban. Doa tersebut dibaca oleh para muslimin pada malam yang diberikan anugerah, baik secara sendiri-sendiri maupun berramai ramai. Seorang dari mereka membacakan (mentalqin) doa tersebut dan jamaah mengikutinya atau ada juga salah seorang yang berdoa dan jamaah mengaminkan saja sebagaimana maklumnya. Adapaun caranya: membaca surat Yasin 3 x setelah magrib, baru dilanjutkan dengan berdoa”