YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Dr Muchlas MT menandaskan dalam dua tahun terakhir, UAD berhasil melakukan mitigas akademik dan finansial. Sehingga selama masa pandemi Covid-19, UAD dapat melalui dengan selamat, tidak ada tenaga pendidikan (Tendik) dan dosen yang diberhentikan dengan alasan rasionalisasi finansial.
Rektor UAD mengemukakan hal tersebut pada Pengajian Peringatan Milad 61 UAD secara Daring dan Luring dari Amphitheater Fakultas Kedokteran, Rabu (1/12/2021). Pengajian menghadirkan Prof Dr Abdul Mu’ti, MEd, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.
Lebih lanjut Rektor UAD mengatakan semua unit kerja tetap bekerja dengan baik dan semangat, serta tidak ada satupun komponen kesejahteraan Tendik dan dosen yang dikurangi. “Semua diberikan seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19. Ini karena keberhasilan sinergi dalam unit-unit yang ada,” tandas Muchlas.
Milad ke 61 UAD, jelas Muchlas, mengangkat tema ‘Transformasi Teknologi untuk Ketahanan Ekonomi Menuju Pembangunan Berkelanjutan.’ UAD yang sudah memasuki dekade ketujuh telah banyak mengalami dinamika internal.
Tahun 1958, UAD berbetntuk perguruan tinggi B1, kemudian dikukuhkan menjadi perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana muda tahun 1960. Saat itu, beru ditetapkan sebagai hari lahir UAD.
Kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu Keguruan (FKIP) Cabang Muhammadiyah Jakarta. Selanjutnya melakukan metamorfosa menjadi IKIP Muhammadiyah dan 19 Desember 1994 menyublim menjadi UAD.
Saat ini, kata Muchlas, UAD melakukan penyesuaian visi dan misi. Sebab visi misi yang suda berumur 61 tahun yaitu menjadi universitas diakui internasional berlandaskan pada nilai-nilai keislaman dinilai harus dilakukan penyempurnaan.
Hal itu dipengaruhi dinamika internal maupun eksternal, baik regulasi dan sosial kemasyarakatan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini UAD menyelaraskan visi dan sedang diusulkan pada statuta. Visinya, menjadi universitas unggul dan inovatif, mengabdi kepada bangsa dan negara, bahkan umat manusia dan kemanusiaan universal berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Visi baru ini diharapkan agar cakupan lebih luas dalam kata-kata mengabdi kepada bangsa dan negara, umat manusia dan kemanusiaan universal. “Mudah-mudahan ketika terjadi sosialisasi visi dan misi yang lebih khusus lagi pada civitas pendidikan UAD dan seluruh keluarga besar UAD akan lebih menghayati kembali,” kata Muchlas.
Visi itu diharapkan dapat melahirkan tiga core value baru yaitu nilai keunggulan para doktor yang sudah mendekati 50 persen dosen. Sehingga komptensi para doktor untuk membangun UAD yang lebih baik tidak diragukan lagi dan didukung oleh beberapa guru besar.
Kompetensi yang ada perlu disinergikan dengan semangat guyub rukun agar lebih solid lagi. “Sesulit apapun yang mendera UAD di masa pandemi, terbukti kalau kita kompak dan guyub insyaallah persoalan itu bisa kita selesaikan dengan sebaik-baiknya,” katanya. .
Sementara Prof Abdul Mu’ti, mengatakan Yuval Noah Harari dalam bukunya ‘A Brief History of Tomorrow’ telah merekonstruksi masa depan dengan kajian sejarah yang sangat mencerahkan dalam banyak hal. Harari, sejarawan Israel yang kini menjabat profesor di Departemen Sejarah Universitas Ibrani Yerusalem juga bicara mengenai pendidikan, dan teknologi.
“Pembahasan tentang pendidikan, yang kita kejar dengan berbagai teori, terutama pendidikan dan ketenagakerjaan bagi dia tidak penting. Tidak perlu kuliah orang seperti itu,” kata Abdul Mu’ti.
Menurut Harari, tambah Abdul Mu’ti, ke depan, pendidikan yang penting adalah sejarah, filsafat dan sejenisnya yang sekarang tidak laku dibandingkan dengan teknik informatika dan lain-lain. Sejarah dan filsafat akan berkembang terus dengan cepat dan mengalami transformasi serta revolusi.