JAKARTA, MENARA62.COM – Pembelajaran Mastery adalah pembelajaran tuntas bagi seluruuh peserta didik berdasarkan perbedaan kecepatan belajar individu peserta didik.
Pembelajaran bukan lapangan pacu dimana siswa harus memacu pembelajarannya berdasarkan waktu yang ditetapkan dimana ketidakmampuan menyelesaikan pembelajaran pada waktu yang ditetapkan dianggap kegagalan belajar. Hal tersebut disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran dan Pengembangan Instrumen HOTS bagi guru SD Muhammadiyah melalui daring. Acara tersebut terselenggara atas kerjasama LPPM UHAMKA dengan SD Muhammadiyah 4 dan 11 Jakarta Timur pada tanggal 18 April 2020, dengan narasumber Kowiyah, M.Pd., dan Drs. Aslam, M.Pd.
Filosofi dari Mastery Learning adalah setiap siswa mampu memiliki kompetensi yang dipelajari pada jenjang kemampuan minimal dan di atasnya asalkan mendapatkan perlakuan yang tepat dan waktu yang cukup.
Konvensional/non-mastery: tidak setiap siswa mampu memiliki kompetensi pada jenjang kemampuan minimal dalam waktu yang sama. Siswa dipersaingkan dan diukur pencapaiannya berdasarkan waktu yang sama.
Setiap siswa mampu memiliki kompetensi yang dipelajari pada jenjang kemampuan minimal dan di atasnya asalkan mendapatkan perlakuan yang tepat dan waktu yang cukup.
Pembelajaran Mastery
Pertama, pembelajaran remedi adalah untuk memberi kesempatan bagi individu siswa memperbaiki kelemahan hasil belajar pada waktu penilaian sehingga kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan dan IPK tercapai pada jenjang pencapaian minimal (KKM).
Kedua, penilaian untuk mastery learning menggunakan penilaian berdasarkan patokan (criterion-based assessment) bukan penilaian berbasis norma (norms-referenced assessment).
Ketiga, berdasarkan penilaian berdasarkan patokan. Siswa tidak dinilai dalam kedudukan relatifnya terhadap norma (prestasi kelas) dan tidak diranking.
Keempat, pembelajaran individual berdasarkan kecepatan masing-masing individu siswa.
Kelima, pembelajaran personal berdasarkan kekuatan individu siswa dalam mode belajar (membaca, mendengar, melihat).
Keenam, pembelajaran kelompok kecepatan berdasarkan mode belajar yang sama yaitu membaca, mendengar, melihat tetapi penilaian tetap berdasarkan kecepatan individual.
Kelas Mastery Learning
Dalam satu ruang kelas terdapat siswa atau kelompok belajar dengan kecepatan berbeda (heterogen) dan guru bertindak sebagai direktur /pengatur belajar siswa / kelompok, dengan kecepatan berbeda pada pembukaan pembelajaran , fasilitator dalam membantu siswa / kelompok yang mengalami kesulitan belajar, evaluator untuk siswa yang telah menyelesaikan seluruh tugas satu unit pembelajaran, evaluator untuk menentukan apakah seorang siswa dapat melanjutkan ke pembelajaran berikutnya (ketika hasil penilaian tuntas/mencapai KKM atau lebih), melaksanakan pembelajaran pengayaan, atau harus mengikuti pembelajaran remedi.
(Drs. Aslam, M.Pd., mahasiswa program doktoral UPI Bandung)