JAKARTA, MENARA62.COM – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah menyatakan kecaman atas tindakan Israel yang menyerang masyarakat sipil, fasilitas pendidikan, kesehatan, tempat ibadah, dan perumahan di Palestina.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama 15 lembaga kemanusiaan lainnya yang tergabung dalam Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) di Jakarta pada Kamis (02/11). Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) merupakan organisasi yang menaungi lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia untuk bersama mengatasi dampak dari krisis global.
Dalam konferensi pers bertajuk ‘Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) untuk Palestina’, MDMC PP Muhammadiyah diwakili oleh dr. Tri Yunanto Arliono, Sp.EM., KDM dari Bidang Emergency Medical Team (EMT) MDMC PP Muhammadiyah.
Ia menyebutkan bahwa MDMC PP Muhammadiyah mendapatkan dukungan penuh dari LazisMu. “Kurang lebih ada sekitar 10 Milyar uang yang dialokasikan untuk aksi kemanusiaan ini. Donasi yang dihimpun oleh LazisMu itu nanti akan dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti paket keluarga, tenda, pakaian, dan kebutuhan pangan,” sebutnya.
Selanjutnya, H. Budi Setiawan, S.T., Ketua MDMC PP Muhammadiyah, mengungkapkan bahwa urusan mitigasi krisis kemanusiaan di Palestina adalah persoalan yang kompleks sebab ada aturan-aturan luar negeri yang cukup rumit dan kompleks harus diselenggarakan. Oleh karena itu, lembaga atau organisasi perlu membangun kerjasama untuk merespon isu-isu kemanusiaan ini dengan berbagai pihak yang terkait.
“Dalam merespon krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina, kita berkomitmen dengan bekerja sama di bawah naungan Indonesian Humanitarian Alliance (IHA). Selain itu, kita juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah melalui Kemenlu RI. Sebab, dalam konteks ini, ada persoalan-persoalan politik luar negeri yang juga harus diperbincangkan,” ungkapnya.
Terakhir, Budi Setiawan berpesan kepada masyarakat Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah untuk tetap jernih memandang persoalan yang terjadi di Palestina ini. Khususnya terkait isu-isu multikulturalisme, politik golongan, maupun antar agama yang dapat memecah belah persatuan. “Pada zaman open information ini, kita harus bijak melihat pemberitaan di dunia maya. Apalagi dengan adanya isu-isu ekstrimis, teroris, dan lainnya. Terutama dalam konteks ini kita harus bersepakat bahwa tindakan peperangan adalah hal yang tidak baik untuk keberlangsungan hidup kita semua,” tutupnya. (MDMC/Rama)