28.2 C
Jakarta

Media Islam Harus Menyebarkan Pemikiran Rahmatan Lil Alamin

Baca Juga:

Jakarta – Ibarat membangun rumah, setiap media di Indonesia khususnya media Islam punya peran masing-masing. Setiap media bertugas memastikan pekerjaan mereka ‘memperindah’ bangunan Indonesia.

Maka media Islam moderat di Indonesia harus bersatu dan menyamakan persepsi tentang cara melawan narasi yang ingin memecah belah masyarakat.

Hal itu mengemuka dalam diskusi dan sharing, para pegiat media Islam moderat Indonesia bersama Mabes Polri di Jakarta, Selasa (16/6/2020) siang.

Dalam diskusi yang dihadiri peserta dari beberapa media Islam itu, mereka sepakat bahwa sebagai media yang ingin menjaga keutuhan NKRI perlu bersinergi. Bersama menyatukan persepsi dan mengkonter narasi yang pro – radikalisme bahkan terorisme.

“Menjamurnya media yang mengajak pada tindak terorisme atau mengajarkan radikalisme dalam beragama harus direspon oleh media moderat, kita tidak boleh diam, maka penyamaan persepsi harus terus kita lakukan,” ujar Abdul Malik MSN seorang Jurnalis media berbasis Islam

Ilham, Perwakilan dari media Majalah Nabawi mengatakan, selain bergerak di media online juga diperlukan cara-cara yang lebih kreatif untuk membendung narasi pro radikalisme. Misalnya dengan dengan buku atau seminar online yang mempertemukan kedua gagasan.

“Agar publik dapat menilai bahayanya radikalisme. Kita bisa pula menerbitkan buku dan membuat video singkat untuk mengedukasi melalui media sosial,” ujar Ilham.

Bambang Suprapto perwakilan Mabes Polri mengaku sangat mengapresiasi kehadiran media Islam moderat di Indonesia. Dia mengharapkan dapat bersinergi agar media-media yang gemar menyebarkan keutuhan NKRI terus eksis.

“Polri selalu menekankan bahwa tujuan utamnya adalah NKRI utuh. Maka bersama media Islam moderat kita harus terus mendorong penyebaran pemikiran Islam yang mengokohkan NKRI,” pesan Bambang.

Media Islam moderat memang dituntut konsisten mengambil peran dalam menyebarkan moderasi pemikiran agama dan Islam rahmatan lil alamin yang sejalan dengan NKRI.

Pasalnya dalam beberapa survei menunjukkan ada potensi menguatnya masyarakat yang menginginkan negara dengan ideologi agama tertentu.

Hasil survei LIPI, misalnya menyebutkan ada 4 persen atau 10 juta orang Indonesia menyetujui kelompok militan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan 5 persen di antaranya mahasiswa.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!