JAKARTA, MENARA62.COM – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menegaskan Pancasila bukan suatu ideologi yang dipaksakan oleh Bung Karno tapi Pancasila adalah nilai-nilai luhur, norma, tradisi, dan cita-cita bangsa Indonesia sejak masa lalu.
“Pancasila bukan ditemukan oleh Soekarno tapi Soekarno menggali Pancasila dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah hidup di masyarakat sejak lama,” kata Megawati Soekarnoputri ketika menyampaikan pidato politiknya pada peringatan ulang tahun ke-44 PDI Perjuangan, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa.
Peringatan ulang tahun ke-44 PDI Perjuangan tersebut dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah Menteri Kabinet Kerja, sejumlah ketua umum partai politik, serta pengurus dan kader PDI Perjuangan.
Menurut Megawati, Pancasila bukan suatu ideologi yang dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya, tapi Pancasila adalah nilai-nilai luhur, norma, tradisi, dan cita-cita bangsa Indonesia sejak masa lalu.
“Bung Karno menegaskan, dirinya sebagai penggali Pancasila yakni dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya bangsa, dari buminya Indonesia. Pancasila adalah warisan budaya bangsa Indonesia,” katanya.
Presiden kelima Republik Indonesia ini menjelaskan, Pancasila berisi prinsip dasar, yang selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi dan menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial
politik.
Produk kebijakan politik, kata dia, tidak boleh bersifat apriori, bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat.
“Pancasila sebagai jiwa bangsa, tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai stempel legitimasi kekuasaan,” katanya.
Menurut Megawati, Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif, dan mampu menjadi bintang penuntun dan penerang bagi bangsa Indonesia.
Pancasila, kata dia, selalu relevan dalam menghadapi setiap tantangan yang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, serta dinamika aspirasi rakyat.
“Implementasi Pancasila tidak boleh terlalu kompromistis saat menghadapi hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya,” katanya.
Menurut dia, agar Pancasila tidak kaku dan keras dalam merespon keaktualan problematika bangsa, maka instrumen implementasinya pun harus dijabarkan secara lebih nyata, tanpa bertentangan dengan filosofi pokok dan kepribadiaan bangsa.(Antara)