DENPASAR, MENARA62.COM – Perhelatan akbar Persyarikatan Muhammadiyah lima tahunan tingkat pusat akan berlangsung di penghujung tahun ini, disusul tingkat wilayah dan daerah yang dijadwalkan akan tuntas di awal semester tahun 2023.
Panitia Pemilih pun sudah mulai bergerak mencari kader-kader Persyarikatan terbaik untuk diminta kesediaan nya menjadi kandidat pemimpin Persyarikatan lima tahun ke depan.
Tugas mencari kandidat pemimpin, apalagi pemimpin Persyarikatan Muhammadiyah adalah pekerjaan yang tidak mudah. Salah memilih kandidat yang kemudian bisa terpilih menjadi pemimpin, beresiko terhadap gerak langkah Persyarikatan. Alih-alih membawa Persyarikatan ke arah berkemajuan, malah bisa ke arah berkemunduran.
Karena itu Panitia Pemilih harus betul-betul jeli dan teliti, melihat dari berbagai segi kandidat yang akan diajukan. Syarat ideal seorang pemimpin adalah sebagai mana sifat-sifat yg dimiliki oleh para nabi dan rasul: Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah. Selain itu syarat ideal seorang pemimpin Persyarikatan adalah seorang yang telah ‘selesai’ dengan persoalan diri pribadinya. Dia sudah tidak punya beban yang menyangkut diri pribadi maupun keluarganya. Ekonomi mapan, kesehatan prima, punya waktu tak terbatas buat Persyarikatan.
Kader yang demikian dengan militansi yang tinggi akan bisa membawa Persyarikatan ke arah yang benar-benar berkemajuan. Tidak mudah mendapatkan kader yang demikian. Sebagai manusia ada saja sisi lemah seorang kader. Ada yang sudah mapan ekonominya, namun waktu dan tenaganya sangat terbatas. Ada yang cukup waktu tenaga dan pikiran nya, namun masih harus bergulat dengan persoalan ekonomi keluarganya.
Karena itu sungguh cerdas jika pemimpin pendahulu mengambil format kepemimpinan dengan model ‘kolektif-kolegial’ dalam menjalankan roda Persyarikatan. Dengan model ini akan terjadi ‘saling melengkapi-menutupi’. Walaupun terkadang ada kritik model ini membuat Persyarikatan lambat dalam mengambil keputusan strategis, namun sejarah membuktikan dalam lebih seabad perjalanannya Muhammadiyah terus eksis dan berkembang dengan berbagai amal usahanya memberikan sumbangsihnya yang besar bagi pencerdasan dan pencerahan kepada anak bangsa.
Tantangan yang dihadapi Persyarikatan ke depan tidaklah bertambah ringan. Saat ini fakta membuktikan bahwa telah terjadi pendangkalan subtansial dalam berbagai kehidupan bangsa. Semua variabel kehidupan diukur dengan uang, mulai dari persahabatan, masuk sekolah, naik jabatan, memilih caleg, kesetiaan, kejujuran, kehormatan dapat dibeli dengan uang. Materialisme memasuki semua lini kehidupan ( Jabrohim,2015)
Tugas berat pemimpin Muhammadiyah harus terus menjaga marwah Muhammadiyah yang dilandasi dengan keikhlasan dan keistiqomahan untuk harus dan mampu menepis gaya hidup materialisme tersebut, minimal dalam keluarga besar Muhammadiyah.
Sebagai organisasi terbuka Muhammadiyah bisa menerima siapa saja sebagai anggotanya. Kadang ada saja orang dengan motif tertentu menjadi anggota yang kemudian bisa menjadi pemimpin. Tetapi sejarah juga membuktikan Muhammadiyah dengan kebesaran aura dan marwahnya mampu membentengi dirinya.
Anggota Muhammadiyah yang punya itikad tidak bersih akan terlempar dengan sendirinya dari Muhammadiyah. Yang perlu dilakukan adalah melakukan “penyadaran kolektif” terus menerus kepada segenap warga Muhammadiyah baik pimpinannya, anggotanya, pegawai-karyawannya baik dari kepala sampai bawahan paling rendah, bahwa rumah besar Muhammadiyah harus dijadikan ladang amal ibadah dan dakwah, dengan harapan nanti akan bersama-sama secara berjamaah pula kita akan memasuki surga-Nya Allah.
Dengan penyadaran semacam itu insyaallah iktikad-iktikad yang kurang bersih akan tersingkirkan, dan semangat ber-Muhammadiyah, semangat memakmurkan Muhammadiyah akan tertanam dalam jiwa. Sehingga jargon ‘Hidup hidupilah Muhammadiyah‘ bisa kita ubah menjadi ‘Hidup makmur Muhammadiyah dan hidup makmur nyaman bersama Muhammadiyah‘.
Selamat bermusyawarah!
Penulis : Gunawan,011122
Menakar Kandidat Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah
- Advertisement -