JAKARTA MENARA62.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem memahami bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan sangat penting dalam pembentukan generasi masa depan. PAUD menjadi investasi yang berharga untuk membangun sebuah bangsa.
Karena itu, pemerintah sangat serius untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan PAUD, termasuk akses bagi seluruh anak usia 5 hingga 6 tahun untuk mendapatkan pendidikan PAUD.
Hal tersebut dikemukakan Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar saat menceritakan hasil pertemuannya dengan Mendikbud Nadiem belum lama ini. Dalam pertemuan tersebut dikatakan bahwa Mendikbud memandang pendidikan dan pengembangan anak usia dini memainkan peran penting tidak hanya untuk perkembangan individu anak-anak tetapi juga untuk perkembangan bangsa. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 telah menunjukkan bahwa salah satu indikator untuk mencapai pendidikan berkualitas adalah dengan memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan akan memiliki akses dan partisipasi yang sama ke Early Childhood Education (ECE) berkualitas tinggi.
“Mendikbud Nadiem bahkan rela untuk tidak popular demi mempersiapkan generasi bangsa untuk 20 hingga 30 tahun yang akan datang melalui PAUD,” kata Harris Iskandar usai membuka International Conference on Early Childhood Education and Parenting (ECEP) atau Konferensi Internasional PAUD dan Pendidikan Keorangtuaan yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Selasa (7/11/2019).
Meski PAUD sangat penting, menurut Harris, persoalan kualitas tak bisa diabaikan. Sebab PAUD yang berkualitas akan mengantarkan anak siap bersekolah di jenjang pendidikan dasar (SD). Dengan demikian, anak yang memperoleh layanan PAUD berkualitas, meminimalkan potensi anak untuk drop out baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah.
“Jadi PAUD yang bagus akan menyempurnakan pendidian dasar dan pendidikan menengah di Indonesia,” jelas Dirjen Harris.
Karena itulah, disamping terus meningkatkan akses layanan PAUD bagi semua anak-anak Indonesia, Kemendikbud lanjut Dirjen Harris juga terus berupaya meningkatkan kualitas PAUD. Baik dari segi sarana prasarana, perencanaan, hingga SDM PAUD (guru-guru dan pengelola PAUD).
Pemerintah Indonesia sendiri lanjut Dirjen telah menjadikan PAUD sebagai pendidikan wajib sejak setahun lalu. Meski hingga kini belum semua anak usia PAUD bisa mengenyam PAUD dengan berbagai alasan dan kendala.
Sementara itu praktisi PAUD yang juga Rektor Universitas YARSI, Prof Fasli Djalal mengatakan jumlah anak usia PAUD di Indonesia saat ini tercatat 26 juta. Beberapa tahun terakhir ini Indonesia telah mengalami lompatan besar dalam hal akses dan kualitas PAUD.
“Akses layanan PAUD mengalami lompatan yang signifikan. Tetapi kita menghadapi persoalan kualitas guru PAUD. Dimana dari 450 ribu guru PAUD, sebagian besar belum sarjana,” kata Fasli.
Karena itu Fasli menilai pentingnya menyiapkan guru-guru PAUD dengan standar yang lebih baik lagi. Tujuannya, agar layanan pendidikan PAUD bisa ditingkatkan sehingga masa usia emas anak bisa tergarap dengan baik melalui layanan pendidikan bermutu.
Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Shanti Ambarukmi menjelaskan untuk meningkatkan kompetensi guru PAUD, saat ini Kemendikbud telah melakukan pelatihan bagi 700 guru Taman Kanak-Kanak, 1400 guru PAUD dan melatih 150 guru inti untuk menjadi pelatih bagi guru-guru PAUD di semua daerah.
“Saat ini 4.251 guru PAUD sudah mengantongi sertifikasi dan kita akan terus tingkatkan lagi,” paparnya.
Terkait kegiatan International Conference on Early Childhood Education and Parenting (ECEP) Ketua Panitia Pelaksana, Dr Muhammad Hasbi, menjelaskan tujuan konferensi ini adalah untuk mempertemukan para pembuat kebijakan, akademisi, praktisi, peneliti, dan semua pihak terkait lainnya yang berbagi semangat dan kepedulian terhadap ECE dan masalah pengasuhan anak, baik dari entitas nasional atau internasional.
“Diharapkan melalui konferensi ini akan membantu pemerintah Indonesia untuk memikirkan kembali dan mengkonseptualisasikan kembali gagasan akses dan partisipasi dalam konteks pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,” ujar Hasbi yang juga Direktur Pembinaan PAUD.
Adapun pembicara dalam seminar ini antara lain; Harris Iskandar, Ph.D (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia), Dr Muhammad Hasbi (Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia), Prof Dr Fasli Jalal (Universitas YARSI, Indonesia), Anette Hellman (Universitas Gothenburg, Swedia), Prof. Myonghee Kim (Universitas Wanita Sookmyung, Korea Selatan), Associate Prof. Fonny Dameaty Hutagalung (Universitas Malaya, Malaysia), Wendy Rich-Orloff (Kantor UNICEF Kupang), Tugba Ozturk (Universitas Ankara, Turki), Ali Kemal Tekin (Universitas Sutan Qaboos, Oman) dan Vina Adriany, Ph.D (Universitas Pendidikan Indonesia).
“Dari para pembicara ini nanti kita akan sharing praktik baik PAUD dari berbagai Negara,” tutup Hasbi.