SINGARAJA, MENARA62.COM. Memasuki puasa hari ke enam dan malam ketujuh Ramadhan 1445 H tahun 2024, khususnya di Kota Singaraja Kabupaten Buleleng beberapa Masjid sejak hari pertama puasa senantiasa dilaksanakan dan menyediakan buka puasa bersama. Terkhusus di Masjid Jamik Singaraja yang pastinya ditunggu-tunggu oleh para jamaah dan para musyafir yang berbuka di Masjid Jamik yaitu Bubur khas Singaraja yaitu bubur kampung Kajanan.
Masjid Agung Jamik Singaraja adalah sebuah masjid bersejarah di Jalan Imam Bonjol, kelurahan Kampung Kajanan, Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia.
Menurut candrasengkala yang pernah ditemukan, masjid ini didirikan pada tahun 1654 Masehi. Masjid ini menandai masuknya Islam di Bali khususnya di Singaraja.
Sejarah masjid ini tak bisa dilepaskan dari peran Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong yang merupakan putra dari A.A. Panji Sakti, raja Buleleng I yang beragama Hindu. Pintu kayu berukir warna hijau di gerbang masjid pada foto di atas merupakan pemberian dia ketika masjid tersebut pertama kali dibangun.
Masjid ini didirikan pada tahun 1846 M pada masa pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong. Dia seorang penganut agama Hindu Bali, maka pengaturan pelaksanaan dan ke-pengurusannya diserahkan kepada saudaranya yang beragama Islam bernama A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Abdullah Maskati.
Masjid Agung Jami’ Singaraja ini menjadi salah satu saksi bisu begitu indahnya toleransi beragama di Pulau Dewata sejak pertama kali Islam Masuk ke Pulau Bali hingga detik ini.
Masjid Agung Jamik Singaraja hingga kini masih menyimpan kitab Alqur’an tulisan tangan A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Sampai sekarang masih ada keturunan dia dan tetap menggunakan nama Gusti walaupun memeluk agama islam.
Menengok Sejarah Singkat Masjid Jamik Singaraja- Buleleng.
- Advertisement -