PEKANBARU, MENARA62.COM — Mengais rejeki di blok rokan. Presiden RI Joko Widodo Sabtu (1/6/2024) mengatakan, Blok Rokan di Provinsi Riau masih menjadi ladang minyak yang cukup besar di Indonesia.
“Pagi tadi saya mendapatkan laporan dari Dirut Pertamina bahwa produksi di Blok Rokan sudah mencapai 162.000 barel per hari,” kata Presiden Jokowi saat memimpin Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapangan Garuda, Kompleks Pertamina Hulu Rokan Dumai, Riau, seperti dilansir situs Antaranews.com.
Presiden menyebut, produksi Blok Rokan tersebut lebih tinggi dibanding saat dikelola Caltex maupun Chevron dan merupakan 25 persen dari seluruh produksi minyak nasional di Indonesia.
Jadi Blok Rokan ini, kata Presiden, merupakan ladang minyak yang besar. Setelah saham mayoritas Freeport diambil alih negara, kemudian negara ambil alih Blok Rokan ini di Dumai, yang merupakan Blok Migas paling produktif dalam sejarah perminyakan Indonesia.
“Blok Rokan ini sudah dikelola perusahaan asing Caltex dan Chevron selama 97 tahun. Kita harapkan kehadiran Pancasila sebagai pembebas dari ketergantungan kita pada pihak asing,” katanya.
Kedaulatan Politik
Presiden Jokowi mengatakan, Freeport dan Blok Rokan hanya lah sedikit contoh semangat dan upaya untuk kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi, untuk mengamalkan Pancasila dan dalam kehidupan nyata, membangun ekonomi yang berpihak kepada kepentingan nasional berdiri di atas kekuatan sendiri.
Keaktifan di dunia internasional, katanya, pula tidak menyurutkan perjuangan Indonesia untuk berdikari dalam bidang ekonomi. Indonesia terus memperjuangkan kemandirian ekonomi, termasuk melalui industrialisasi dalam negeri dan melalui hilirisasi di berbagai sektor.
“Kita harus menjamin kekayaan negeri sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat, kita juga harus aktif mengambil alih aset-aset strategis bangsa, kita kelola dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah Blok Rokan di Riau ini, tempat yang kita pakai untuk upacara peringatan Hari Lahir Pancasila,” ujarnya.
Sejarah Rokan
Pada Senin (9/8/2021) pukul 00.00 WIB, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) resmi menghentikan operasinya di Indonesia setelah 97 tahun berjalan. Operasi mereka berhenti setelah pemerintah memutuskan, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengambil alih kelola Wilayah Kerja (WK) CPI di Rokan.
WK Rokan menambah panjang daftar alih kelola migas yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Salah satu wacana yang sering didengungkan saat alih kelola adalah nasionalisme hulu migas.
Sejak berlakunya Perpu 44 tahun 1960 semua kegiatan hulu migas berada sebenarnya sudah berada dalam kekuasaan negara.
Butir 5 pada penjelasan umum Perpu dengan tegas menyatakan “Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ini, maka kedudukan perusahaan-perusahaan asing yang bekerja di Indonesia ini dalam lapangan pertambangan minyak dan gas bumi akan berlainan sama sekali. Perusahaan asing tidak mungkin lagi memperoleh hak-hak pertambangan atas wilayah-wilayah Indonesia yang tertentu. Hanya perusahaan Negaralah yang dapat menguasai suatu wilayah pertambangan minyak dan gas bumi dan hak inipun jauh berlainan dengan hak konsesi yang lama.”
Setelah mengalami proses yang melelahkan selama tiga tahun, maka pada 28 November 1963 dilaksanakan pengesahan perjanjian karya antara Caltex (pendahulu CPI), Stanvac, dan Shell, dengan Trisula dari pihak Indonesia yaitu Pertamin, Permina, dan Permigan.
Namun 61 tahun kemudian kita masih sering mendengar pendapat bahwa hulu migas dikuasai asing dan bahwa Amerika masih berkuasa di bumi Lancang Kuning selama 97 tahun. Secara filosofis, kontrak karya yang disempurnakan lagi menjadi kontrak bagi hasil pada 1967 adalah bentuk pengakuan atas kekuasaan negara.