Buya Syafi’i, adalah orang yang sederhana, pemikir Indonesia dan dunia,guru bangsa yang taat beragama.
Beliau telah berpulang ke Rahmatullah, kemarin, Jum’at, tgl.27 Mei 2022 M jam 10.15 WIB di Rumah Sakit Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.
Almarhum layak disebut pribadi yang taat beragama, ahli masjid karena punya tradisi dalam menerima tamunya yang muslim, di Masjid dekat kediamannya di Perum Nogotirto Elok II,jln Halmahera Blok D/76, Gamping, Sleman, Yogyakarta pada jam saat solat lima waktu berjamah.
Pada akhir tahun 2010, penulis menelpon Buya Syafii Maarif sehabis solat Magrib, ingin menemui di kediamannya.
Beliau bertanya : “ Saudara lagi di mana ? “
“Lagi di PP Muhammadiyah, lagi di Yogyakarta Buya “.
Jawab beliau : “ Besok kita bertemu saat solat subuh berjamaah di Masjid saya “.
Penulispun langsung menjawab : “ Baik Buya “.
Sebelum azan subuh, penulis sudah tiba di Masjid, dan beliau sudah lebih dahulu ada di Masjid. Selesai solat subuh, kami berdua beringsut ke pintu Masjid arah keluar.
Sambil duduk, penulis sampaikan maksud kedatangan. Ingin memperlihatkan draf buku karya penulis.
Isinya, kata sambutan penulis dalam berbagai acara dan pertemuan selama menjadi ketua PWM DKI pada periode 2005-2010 dengan judul Resonansi Pemikiran Dalam Mengawal Gerakan Tajdid Muhammadiyah DKI Jakarta 2005 – 2010 oleh H.M.Sun’an Miskan,Lc. yang diedit oleh Drs.H.M.Sudar Siandes,MM.
Penulis ingin meminta Buya memberi kata pengantar buku tersebut.
“Tolong diberi pengantar Buya “.
Apa jawab Buya : “ Akhir-akhir ini , saya dengar Saudara ikut kelompok Salafi, kenapa kok minta pengantar buku kepada saya ? “.
Penulis jawab dengan nada pasti : “Itu hanya kata orang saja, Buya. Kata orang yang kurang berkenan dengan kiprah saya di Muhammadiyah selama ini “.
Komentar beliau : “Oh begitu “.
Buya pu lalu melembari tulisan itu. Di telaah disana-sini.
Kemudian Buya berkata : “Tolong ditulis kata pengantar saya.Saya diktekan ! “.
Buya pun lalu mendiktekan kata pengantar buku dan penulis langsung merapikan dalam tulisan.
Setelah itu selesai, penulis bertanya pada Buya :
“ Buya, perlu saya bacakan supaya tulisan saya kalau ada yang salah Buya mengkoreksinya “.
Jawabnta : “ Tidak usah dibacakan, saya percaya kepada Saudara dan tolong diperbaiki bahasanya “.
Begitu tawadluknya, begitu praktis, begitu sederhana dan begitu percayanya Buya kepada yang muda-muda, yang sudah dikenalnya.
Tidak hanya kepada penulis saja, Buya menerima tamu saat jelang sholat lima waktu di masjid itu, sekaligus sholat berjamaah.
Guru bangsa
Soal Buya sebagai guru bangsa, senang perdamaian dan antisipasi kedepan agar Muhammadiyah lebih maju setelah berusia 100 tahun.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke 45 thn 2005, Muhammadiyah mengeluarkan konsep pandangan dunia yang yang cukup penting, yaitu : “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah jelang Satu Abad “ – (Zhawahir al Afkar al Muhammadiyah ‘Abra Qarn Min Az Zaman ). Didalamnya ada : (1) Komitmen gerakan, ( 2 ) Pandangan keagamaan, ( 3 ) Pandangan tentang kehidupan,(4) Tanggungjawab kebangsaan dan kemanusiaan, ( 5 ) Agenda dan langkah ke depan, disertai kebijakan-kebijakan strategis Muhammadiyah dalam memasuki usianya satu abad.
Ketika itu, penulis sebagai salah satu peserta Muktamar, masuk ke sidang komisi yang membicarakan masalah tersebut. Penulis didaulat sebagai sekretaris untuk memperkokoh ketua sidang komisi.
Buya Ahmad Syafii Maarif juga sangat peduli dengan komisi ini. Begitu melihat penulis sebagai sekretaris sidang komisi, Buya yang ditugaskan oleh PP Muhammadiyah sebagai pendamping sidang komisi, dengan sangat optimis berkata : “ Saudara-saudara para peserta sidang komisi, karena Saudara Sun’an sudah dijadikan sekretaris sidang, izinkan saya akan mendampingi komisi yang lain. Saya percaya sidang ini akan berjalan mulus-mulus saja seperti harapan Muktamar “.
Alhamdulillah sebagai sekretaris sidang, penulis jaga betul kepercayaan Buya tersebut.
Alhamdulillah sidang komisi berjalan mulus mulus. Keputusannya ialah semua peserta sidang komisi sepakat dan menyetujui konsep PP Muhammadiyah tersebut diatas. Sidang meminta agar makna ayat yang tertuang disitu ditulis teks Al Qur’annya.
Pada saat penulis ditugaskan untuk membacakan hasil rapat sidang komisi di forum pleno peserta muktamar, peserta sidang pleno menyetujui secara aklamasi hasil isi sidang komisi tersebut.
Buya sebagai guru Bangsa dan ingin melihat Indonesia ini berbineka tunggal Eka dengan penuh damai. Buya, pada sidang Tanwir ke I April 2007 di Yogyakarta berkomentar agak tajam kepada kelompok Islam yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Saat itu, memang pengaruh pemikiran transnasional sangat kuat di Muhammadiyah.
Apa kata Buya : “ Kalau Saudara ingin memisahkan diri, membuat negara sendiri maka kelompok yang di sebelah sanapun akan memisahkan diri. Membuat negara sendiri, maka dakwah Islamiyah akan terhambat kesana. Karena untuk berdakwah kesana, saudara harus punya paspor, harus ada izin visa ke sana. Tidak seperti sekarang dakwah Islamiyah mulus-mulus saja ke sana, bahkan bisa tembus kemana-mana tanpa ada halangan.
Peserta sidang tanwirpun salut dan sangat menghormati pikiran dan pendapat Buya Ahmad Syafii Maarif. Tidak hanya di forum resmi itu, Buya dikenal sebagai Guru Bangsa.
Penuliz hampir rutin kalau pulang dari kantor di Balimester-Kampung Melayu Jakarta Timur naik bus Transjakarta dari terminal Kampung Melayu menuju ke kantor PWM DKI di Jln Kramat Raya 49. Saat lama menunggu bus Transjakarta, kadang ngobrol dengan penumpang yang lain yang sama-sama menunggu.
Suatu kali penulis ditanya, seorang pria separuh baya dengan logat Tapanulinya, beliau non Muslim. Tanyanya : “ Bapak mau ke mana ?. Saya jawab : “ Saya mau ke kantor Muhammadiyah di jln Kramat Raya 49 “
Apa komentarnya : “ Oh Bapak sahabatnya Buya Syafii Maarif , tokoh Muhammadiyah itu ya “.
Penulus jawab, “ Betul Pak “.
Ia dengan penuh kebanggaan berkata, “tolong sampaikan salam saya kepada beliau. Beliau itu guru bangsa “.
Penulis jawab, “insya Allah dan terima kasih atas penilaian Bapak kepada Buya Ahmad Syafii Maarif.“
Akhirul kalam, demikian sekilas kenangan penulus kepada Buya Prof.Dr.H.Ahmad Syafii Maarif – Rahimahullah, semoga Allah mengampuni segala dosanya, dilapangkan kuburnya dan dimasukkan di surganya.
إنا لله و إنا اليه راجعون
اللهم أجرنا فى مصيبتنا و اخلف لنا خيرا منها .
أمين 3 ×
Penulis : M.Sun’an Miskan.
Kemayoran – Jakarta Pusat, 27 Syawal 1443 H./28 Mei 2022 H.