JAKARTA, MENARA62 — Rosminah menangis pilu di atas pusara sang anak, Akbar Alamsyah (19 tahun). Wanita paruh baya dengan kemeja kotak-kotak itu terlihat menciumi tanah makam yang masih basah.
“Maafkan mama ya nak, Alam baik-baik di sana. Maafkan mama ya, mama suka marahin Alam,” ucap Rosminah sambil banjir air mata dan tidak bisa menutupi rasa geramnya terhadap polisi bahwa Alam adalah korban penyiksaan.
Itulah ungkapan terakhir seorang ibu di hadapan jasad anak yang sudah terkubur. Orang-orang yang masih berkerumun di sekitar makam meminta wanita itu untuk tegar dan ikhlas.
Alam, yang baru lulus SMK, menghembuskan napas terakhirnya dalam keadaan koma pada Kamis (10/10/2019) sore di dalam ruangan Unit Perawatan Intensif Jantung (CICU) RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Berita tentang kondisinya yang kian kritis dan akhirnya meninggal, nyaris tenggelam oleh kehebohan kasus penusukan Menkopulhuman Jenderal TNI (Purn) Wiranto yang pelakunya, menurut CNN, adalah sepasang suami-istri korban penggusuran proyek jalan tol di Sumatera Utara.
Akbar merupakan salah satu korban gelombang demo gabungan mahasiswa-pelajar anti-RKUHP dan revisi UU KPK. Unjuk rasa itu berakhir bentrok dengan polisi di kawasan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Berdasarkan keterangan polisi, Akbar jatuh dari pagar di dekat kompleks DPR untuk menghindari kericuhan. Namun, Rosminah melihat alibi polisi berbeda dengan kesaksian teman nongkrong anaknya.
Sempat Melarang
Rosminah mengingat perjumpaan terakhir kali dengan Alam saat dalam kondisi sehat. Kala itu ia mengunjungi sang anak yang tinggal di rumah neneknya, kawasan Kebon Mangga, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan mengingatkan agar tidak perlu mendekati area yang memanas akibat demo.
“Saya sudah bilang ke dia jangan kemana-mana apalagi ke daerah Slipi dan Palmerah. ‘Bahaya, Nak’,” cerita Rosminah, seperti direkam Antara, saat menjaga Alam yang terbaring koma di RSPAD Gatot Subroto, Rabu (9/10/2010).
Rosminah bahkan menitipkan pesan kepada nenek Alam agar tidak membiarkannya meninggalkan rumah karena kala itu kondisi Jakarta tidak kondusif. Namun, karena sudah berjanji kepada dua temannya, Alam nekat pergi dengan motornya pada pukul 23.00 WIB ke arah Slipi, Jakarta Barat.
“Namanya juga anak-anak muda ya, kepo-nya tinggi. Ya, dia nongkronglah,” kata Rosminah.
Berdasarkan cerita teman Alam, menurut Rosminah, pada saat anaknya dan kedua temannya sedang duduk santai menonton demo tiba-tiba mereka dihampiri oleh polisi dari belakang. “Ada temennya yang sempet kena injak lalu kabur dan anak saya itu tiba-tiba hilang,” ujar Rosminah.
Ketiga orang itu berpencar menghindari polisi. Salah satu temannya berhasil lolos dari kejaran polisi karena bersembunyi di masjid terdekat.
Tanpa Kabar
Hingga Jumat (27/9/2019), Alam tak kunjung kembali ke rumah. Saat mendapatkan kabar itu, Rosminah langsung menuju Kebon Mangga untuk menunggu kepulangannya hingga mendapat kabar dari teman Alam bahwa mereka berpencar usai digeruduk polisi.
Rosminah, dengan rasa khawatir, segera memutuskan pergi ke Polda Metro Jaya. Tapi, dia tidak menemukan nama anaknya dalam daftar peserta demo yang ditangkap.
“Tidak ada nama anak saya. Saya liatin muka-muka (peserta demo) yang ada di Polda yang pada lebam semua,” ungkap Rosminah.
Polisi yang bertugas saat itu menyarankan agar Rosminah turut memeriksa Polres Metro Jakarta Barat karena beberapa orang diamankan di sana. Rosminah pun dapat sedikit tenang karena nama Alam tertulis di sana.
Meski begitu, polisi tidak mengizinkan Rosminah untuk bertemu Alam. “Saya cuma nitip makanan saja untuk anak saya, lalu pulang,” katanya.
Namun, setibanya di rumah, Rosminah dikejutkan dengan pesan berantai di medsos bahwa Alam dirawat di RS Pelni, Petamburan, Jakarta Pusat. Ia pun segera bergegas menuju RS Pelni.
Setiba di sanah Alam ternyata sudah dipindahkan ke RS Polri Kramat Jati di Jakarta Timur. Hatinya pun amat sedih melihat kondisi buah hatinya dengan muka tampak lebam-lebam dan terbalut dengan perban.
Pihak RS Polri menyebutkan, Alam habis menjalani operasi tulang kepalanya yang patah. Selanjutnam Rosminah terguncang dan sempat tak sadarkan diri.
“Saya langsung cium, peluk anak saya. Karena tidak kuat lihat anak saya yang keadaannya kayak orang menderita penyakit tumor, kepalanya besar semua,,” ujarnya.
Rosminah merasa tidak mungkin korban yang jatuh dari pagar mengalami luka seperti diaalami anaknya itu. “Seperti terkena benda tumpul di bagian kepala dan wajahnya itu seperti dipukuli karena mata kirinya lebam,” katanya.
Kondisi Alam yang koma membuat RS Polri Kramat Jati memindahkan ke RSPAD Gatot Subroto. Hal itu karena alat medis di RSPAD dinilai dapat lebih menunjang kondisi si pasien.
Rosminah tetap berharap anaknya segera pulih dan dapat beraktivitas secara normal kembali. Namun, takdir berkata lain.
Alam menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami koma selama 12 hari. Ia meninggal pada Kamis (10/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
“Saya kurang terlalu tahu penyebabnya. Saya datang ternyata sudah meninggal,” kata Rosminah.
Ia sangat terpukul atas kepergian anaknya. Jenazah anaknya dimakamkan di TPU dekat daerah Gelonggongan, Kebayoran Lama, Jumat (11/10/2019).
Tepat pukul 08.35 WIB, isakan tangis terdengar dari keluarga dan kerabat yang mengantarkan Alamke tempat peristirahatan terakhirnya. Usai prosesi pemakaman berakhir, Rosminah tampak sangat histeris menangisi tumpukan tanah makam yang masih basah.
Yanuar, ayah Alam, berusaha membujuk istrinya untuk tegar. “Kamu kuat, harus ikhlas,” katanya, sembari memeluk Rosminah saat mengantarkan kepergian Alam untuk selamanya.