27.7 C
Jakarta

Menpar: Wisatawan di Bali Kembali Normal

Baca Juga:

KUTA, MENARA62.COM — Menteri pariwisata Arief Yahya mengatakan wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali kembali normal pasca erupsi Gunung Agung.

“Bali normal istilahnya. Hal itu ditunjukkan angka kehadiran wisman, biasanya rata-rata 15 ribu (per hari), sempat turun 2.000 (per hari), hari ini sudah mencapai 12.300 (per hari),” kata Arief saat konferensi pers usai menghadiri Rapat Terbatas di di Werdhapura Village Center, Sanur, Bali, Jumat (22/12/2017) malam.

Dia mengatakan, angka tersebut sudah mencapai sekitar 80 persen dari angka normal. “Saya berharap rekan-rekan media di sini menjaga suasana yang mulai kondusif ini,” katanya.

Arief mengatakan, dampak erupsi Gunung Agung itu hanya berdampak di wilayah 8-10 kilometer dari kawah gunung tersebut. Dia juga mengungkapkan, status tanggap darurat sudah dicabut dan selanjutnya pihaknya akan melakukan pemasaran besar-besar agar wisatawan datang kembali ke Bali.

“Anggaran Rp100 miliar yang akan kita serahkan kepada Gubernur (Bali) untuk memimpin pemasaran di Bali,” ungkapnya.

Menpar juga mengatakan, dirinya dengan Menteri Perhubungan telah membahas alat transportasi agar memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan di Bali.

“Terkait dengan perhubungan, sudah kita selesaikan dengan Menhub, sudah rapat tiga jam di sini untuk memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan di Bali,” jelasnya.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dalam kesempatan sama, mengatakan tujuan utama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas di Bali, untuk menunjukan pada dunia bahwa Bali sekarang aman dan siap menerima wisatawan.

Pramono juga mengungkapkan, ratas telah memutuskan dicabutnya status tanggap darurat pasca erupsi Gunung Agung.

“Status darurat itu menjadi, dalam tanda kutip ketakutan, sehingga mereka mengeluarkan `travel band`,” katanya.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, logistik untuk  pengungsi tetap akan dikeluarkan, walaupun status tanggap daruratnya dicabut.

“Karena memang sesungguhnya istilah tanggap darurat itu tidak menyatakan bahwa Bali dalam keadaan darurat. Jadi sering saya katakan tanggap darurat itu untuk pengungsi, kaitannya dengan logistik, bukan seluruh Bali itu dalam keadaan tanggap darurat,” katanya.

Dia juga mengatakan, status tanggap darurat ini justru membuat negara-negara lain mengeluarkan “travel band”, “travel warning”, “travel advisory”, walaupun hanya terkait urusan pengungsi dan logistik.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!