BANDUNG, MENARA62.COM – Kaum akademisi harus memiliki hubungan dekat dengan dunia industry untuk pengembangan riset. Melalui kedekatan tersebut akademisi akan memperoleh ilmu jauh lebih luas dibanding hanya berkutat pada konsep dan teori.
“Perubahan pola pikir riset dan pengembangan teknologi harus dilakukan kaum akademisi,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro dalam siaran persnya, Sabtu (25/1/2020).
pada Seminar Nasional dalam rangkaian Dies Natalis ke-65 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), di Aula Gedung Pascasarjana Unpar (24/1).
Menurut Bambang, akademisi adalah bagian dari kelompok yang bisa mengubah mindset. Untuk menggali potensi iptek yang inovatif dalam menciptakan penguasaan iptek mandiri dan berdaya saing global, ‘inovasi’ menjadi kata kunci. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan output yang tepat guna dan inovatif.
Bambang mengatakan dunia industri berbeda jauh dengan dunia akademis. Tanpa adanya hubungan yang baik di antara dosen peneliti dan dunia industri, niscaya hasil penelitian para dosen peneliti bakal sulit dikembangkan hingga diproduksi secara massal.
Selain dengan dunia industri, Menristek juga menekankan para dosen peneliti juga harus mampu berkolaborasi dengan pemerintah, agar hasil penelitiannya mendapat dukungan penuh dari sisi regulasi. Terlebih, jika hasil penelitiannya itu akan diproduksi secara massal.
“Kalau kita mau jadi negara besar, harus melakukan triple helix, pemerintah, dunia industri, dan akademisi. UNPAR kan PTS (perguruan tinggi swasta), barangkali banyak (koneksi dengan) perusahaan swasta, mulai dijajaki supaya lebih serius dengan R & D,” pintanya.