JAKARTA, MENARA62.COM– Produksi lifting gas dalam negeri ternyata jauh lebih mahal dibandingkan luar negeri. Fakta tersebut membuat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan merasa heran.
“Saya orang yang tidak bisa mengerti kalau biaya produksi naik tapi hasilnya turun. Sama sekali tidak paham,” kata Ignasius Jonan ketika menjadi pembicara di Forum Gas Nasional  seperti dikutip dari Antara.
Karena itu ia meminta agar semua proses produksi liting gas harus lebih diefisienkan, apapun modelnya. “Mau gross split atau mau cost recovery tapi efisiensi dari waktu ke waktu harus sungguh-sungguh,” lanjut Jonan.
Presiden diakui Jonan  juga tidak memahami hal tersebut. Ia mengimbau untuk dapat menciptakan produk dalam negeri yang berkualitas.Dengan kata lain, jika harganya tinggi maka tingkat kualitas dan kuantitas gas juga harus berbanding sama.
“Bisnis ini harus dilakukan dengan cara orang dewasa, jangan seperti membuat prakarya, di mana biaya produksinya mahal namun dijualnya justru lebih murah. Tidak ada bisnis model yang seperti itu,” kata Jonan.
Jonan juga membandingkan cara menghitung biaya produksi migas di negara maju dan Indonesia. Mantan menteri perhubungan tersebut melihat, jika di negara yang lebih maju, sekitar 70 persen dari nilai karyawan masuk dalam hitungan variabel.
Dan hal itu tidak dapat dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu banyak Fixed Cost yang tidak bisa dikurangi. Kemudian ia mengingatkan, jika memang tidak bisa dikurangi maka jangan sampai produksinya justru turun.
“Saya sudah bilang ke SKK Migas tentang hal ini, tapi masih tetap tidak mengerti, kalau kelamaan ya tinggal saya diganti atau Anda (pejabat SKK Migas) yang diganti. Jadi intinya saya minta tingkatkan kualitas dan efisiensi,” kata Jonan