MINAHASA, MENARA62.COM – Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menerima respons positif dari civitas akademika di Universitas Negeri Manado (Unima). Saat berdialog di Kampus Unima, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mendengarkan cerita sekaligus masukan dari mahasiswa mengenai program-program MBKM. Dalam dialog tersebut, Mendikbudristek memotivasi para mahasiswa agar jangan mudah menyerah dalam mendaftar dan menjalani program MBKM.
“Apa pun tantangannya, jangan biarkan pengalaman sekali dalam seumur hidup di program MBKM jadi tertelantarkan hanya karena cengeng,” katanya di Aula Training Center Unima, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Jumat (6/1).
Mendikbudristek mengatakan, program MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mencari pengalaman di dunia nyata. “Mahasiswa jadi berlatih untuk lebih percaya diri, keluar dari zona nyaman, dan melakukan kolaborasi dengan pihak lain,” ujarnya.
Hal tersebut diakui oleh Christy Rombon, mahasiswa program studi Psikologi Unima yang menjadi peserta program Kampus Mengajar angkatan 4. Christy menjadi tenaga pengajar di SD Katolik 1 Taratara, Kota Tomohon, selama kurang lebih lima bulan bersama mahasiswa dari program studi lain di dalam satu kelompok.
“Menurut saya yang jadi pelajaran terbesar adalah karena baru kali itu saya bisa bertemu dengan orang luar dan beradaptasi. Bahkan di dalam satu kelompok itu kami berbeda-beda. Jadi kalau ada pemikiran yang berbeda, lalu kita coba satukan,” tutur Christy.
Salah satu hal yang memotivasinya untuk mengikuti program Kampus Mengajar adalah karena ia bukan dari program studi pendidikan dan ingin belajar serta mendapatkan pengalaman mengajar anak-anak. “Saya juga mau berusaha keluar dari zona nyaman. Mencoba bertemu dengan anak-anak. Yang utama sebenarnya ingin belajar parenting karena berhubungan dengan program studi saya, Psikologi. Di Kampus Mengajar pasti kita bertemu dengan anak-anak. Puji Tuhan saya bisa belajar dari mereka,” katanya.
Selama mengikuti program Kampus Mengajar, Christy dan teman-temannya mengajarkan materi mengenai adaptasi teknologi, bantuan administrasi, dan yang paling utama adalah mengajar siswa SD dengan fokus pada literasi dan numerasi.
Menurutnya, program-program MBKM sudah berjalan dengan baik karena sudah rutin berjalan setiap tahun di Unima. “Dari teman-teman saya yang ikut program MBKM lain, mereka juga enjoy dengan program-programnya. Misalnya teman saya yang ikut Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), mereka enjoy dan bisa berbagi dengan kami tentang apa saja yang dilakukan di sana,” ujarnya.
Selama menjalani program MBKM, mahasiswa didampingi oleh dosen pembimbing lapangan (DPL) yang bertugas membina dan mengawasi pelaksanaan program. Salah satu DPL di Unima yang kerap mendampingi mahasiswa program MBKM adalah Alfrina Mewengkang, Ketua Jurusan Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Alfrina pernah menjadi DPL untuk program Kampus Mengajar angkatan 1 dan 2 serta program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB).
“Jadi di Kampus Mengajar, kita mengantarkan mahasiswa ke dinas pendidikan dan ke sekolah. Kemudian memantau mereka melalui logbook harian dan laporan mingguan,” katanya.
Saat mendampingi mahasiswa program MSIB, Alfrina mendampingi sejak mahasiswa ditetapkan lulus sebagai peserta untuk mengetahui apa kurikulum yang akan didapatkan dari mahasiswa yang mengikuti program MSIB. “Itu nanti berhubungan dengan konversi SKS. Jadi kami diundang mitra kemudian rapat bersama,” ujarnya.
Alfrina mengatakan, mahasiswa yang lulus program flagship MBKM di Unima paling banyak berasal dari jurusan Jurusan Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Alfrina mengaku sudah memiliki strategi khusus untuk itu. Mahasiswa angkatan 2020, lanjutnya, sejak semester 5 sudah memilih program MBKM yang dinginkan, misalnya mengambil mata kuliah yang lintas prodi, MSIB, atau Kampus Mengajar.
“Apa saja saya bebaskan. Karena memang kurikulumnya kami sesuaikan. Jadi pas Mendikbudristek mau menerbitkan peraturan menteri, langsung kami godok kurikulumnya, sehingga mahasiswa di 4 semester awal materinya sudah dipadatkan. Jadi saat semester 5 mereka mau ke mana saja dan di mana saja sudah punya pegangan,” kata Alfrina.
Tidak hanya itu, Alfrina juga menjalin jejaring dengan mitra industri untuk program MBKM. Apalagi ia juga merupakan koordinator di Unima untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) nomor 2 terkait prestasi dan MBKM. “Jadi bukan hanya di jurusan saya, tapi di tingkat universitas. Saya juga berusaha untuk mencari mitra. Akhirnya semua mitra kenal saya,” ujarnya.
Sekilas tentang MBKM
MBKM yang diluncurkan pada tahun 2020 menjadi salah satu upaya Kemendikbudristek dalam mentransformasi pendidikan tinggi di Indonesia. Mahasiswa didukung untuk menjalankan delapan jenis kegiatan belajar di luar kampus seperti membangun desa, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, penelitian, pertukaran pelajar, kampus mengajar atau asistensi mengajar, melakukan studi atau proyek independen, dan magang atau praktik kerja. Sebanyak 179.000 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke telah mengikuti program MBKM yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek dan sebanyak 250.985 mahasiswa telah mengikuti program MBKM yang diselenggarakan oleh kampus.