JAKARTA, MENARA62.COM– Cegah berkembangnya paham radikalisme di kampus, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) Mohammad Nasir undang sejumlah organisasi mahasiswa. Organisasi yang diundang tersebut umumnya adalah organisasi dengan basis massa yang cukup banyak dan memiliki sejarah panjang seperti HMI, PMII, KAMMI, GKMI dan lainnya.
“Saya ingin mendapatkan masukan dari para aktivis organisasi mahasiswa terkait pandangan pada isu radikalisme di dalam kampus,” kata Nasir.
Diakui, pola pergerakan mahasiswa pada era tahun 1980-an, tahun 2000-an dan sekarang tentu memiliki perbedaan. Tetapi ia yakin bahwa organisasi mahasiswa tidak menanamkan paham-paham radikalisme pada anggotanya.
Nasir mengingatkan bahwa radikalisme tidak perlu dilakukan oleh organisasi mahasiswa, meski pergerakan mereka adakalanya memang berada diluar kampus. Bahwa perbedaan suku bangsa dan agama yang dimiliki Indonesia adalah fitrah Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan atau bhinneka tunggal ika adalah kekayaan yang dimiliki bangsa ini.
“Isu radikalisme merajalela. Kita harus antisipasi bersama jangan sampai masuk kampus dan kemudian membawa korban para mahasiswa,” tambah Nasir.
Menristekdikti juga mengingatkan bahwa pendidikan tinggi kita membutuhkan keseriusan untuk terus dibangun dan ditingkatkan mutunya. Ini tentu agar semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam peringkat dunia.
Dengan jumlah perguruan tinggi mencapai lebih dari 4485 perguruan tinggi baik swasta maupun negeri, baru 3 perguruan tinggi yang masuk peringkat dunia. Bandingkan dengan China yang hanya memiliki 2828 perguruan tinggi, tetapi ada ratusan yang masuk ke peringkat dunia.
“Jadi mari kita fokus untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan tinggi. Jangan terhanyut dengan paham-paham radikalisme, kita adalah NKRI. Dan NKRI adalah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tutup Nasir.