26.2 C
Jakarta

Mereka yang Sudah Siap Bertarung pada Pilkada Gubernur 2018

Baca Juga:

Tahun ini, sejumlah tokoh yang diusung berbagai koalisi partai politik, siap bertarung memperebutkan posisi sebagai gubernur/wakil gubernur, dan bupati/wakil bupati. Namun, tiket untuk pertarungan itu tidak mudah untuk didapat.

Pertarungan ini, tentu akan memberikan suasana hangat di dunia politik, yang imbasnya tentu akan dirasakan oleh masyarakat. Adu kekuatan jaringan partai politik, digabungkan dengan kecanggihan strategi politik untuk meraih simpati yang berujung pada dukungan suara, siap digelar.

Dalam sepekan terakhir, sejumlah koalisi partai yang sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya untuk membuat “kesepakatan damai” mengajukan pasangan calon, sudah mulai mengumumkan jagoannya.

Berikut, koalisi partai yang sudah mengumumkan nama-nama yang kandidat yang mereka usung untuk maju ke Pemilihan Kepala Daerah 2018 ini.

1. Koalisi partai pendukung Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul

Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Jawa Barat 2018, diusung oleh pasangan partai politik. Kesepakatan itu diumumkan setelah seluruh pimpinan pusat partai koalisi yang terdiri dari Partai NasDem, PKB, PPP, dan Hanura, membahas hal itu di Jakarta, Sabtu (6/1/2018) malam.

2. PDIP pilih putra ulama besar dampingi Ganjar Pranowo

Membesarnya konstituen Islam dalam pilkada di DKI Jakarta, agaknya menjadi pelajaran berharga bagi partai nasionalis. PDI Perjuangan, akhirnya menunjuk putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair, Taj Yasin Maimoen, untuk mendampingi Ganjar Pranowo sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah 2018. Taj Yasin Maimoen atau yang akrab di panggil Gus Yasin, merupakan putra ketujuh Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan KH Maemoen Zubair. Sekarang, Gus Yasin juga menjadi anggota DPRD Jawa Tengah. Ia juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Cabang PPP Kabupaten Jepara.

Posisi ini tentu bisa menyeret massa Islam yang menjadi basis PPP. Tentu saja, bisa merubah keputusan pengurus PPP yang sebelumnya ingin mencalonkan Jengeral TNI Purnawirawan Gatot Nurmantyo sebagai calon gubernur yang diusung bersama koalisi Partai Demokrat dan Partai Golkar.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dalam pidatonya di acara Pengumuman Enam Cagub dan Cawagub di DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Ahad (7/1/2018) mengatakan, keputusan memilih Gus Yasin berpasangan dengan Ganjar, dilakukan setelah berkonsultasi dengan Maimoen Zubair dan Ketua Umun PB Nahdatul Ulama Said Aqil Siradj.

3. Deklarasi pasangan cagub-cawagub Lampung, Mustafa dan Ahmad Jajuli

Niat PKS untuk menjadikan Ahmad Jajuli sebagai gubernur/wakil gubernur tampaknya tidak pernah padam. Ahmad Jajuli merupakan senator mewakili Provinsi Lampung dengan perolehan suara sebesar 338.596 suara. Sebelum bergabung dengan DPD RI, Ahmad pernah menjabat sebagai Ketua Umum PKS Lampung periode tahun 2006 -2010 dan anggota DPRD Lampung periode tahun 2004 -2009. Pasangan ini didukung oleh Partai NasDem, PKS dan Hanura sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Lampung 2018.

4. Alasan SBY memilih Benny K Harman untuk Pilgub NTT

Ketua Umum sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam siaran persnya pada Ahad (7/1/2018) malam membeberkan alasan memilih Benny Kabur Harman untuk maju menjadi calon gubernur NTT pada Pilkada tahun ini. Benny merupakan salah satunya dia adalah kader senior dari Demokrat dengan Dapilnya berasal dari NTT. Ia juga merupakan salah satu kader partai Demokrat yang sudah tiga periode menjadi anggota DPR RI. Benny berpasangan dengan inkumben wakil guberbur Benny Litelnoni. Selain Partai Demokrat, pasangan ini juga didukung oleh PKPI dan PKS.

5. Pasangan lain yang jadi jago PDIP

Selain Ganjar di Jawa Tengah, PDI Perjuangan secara resmi mengusung pasangan TB Hasanuddin dan Irjen Pol Anton Charliyan sebagai bacagub-cawagub Jawa Barat, pasangan Dodi Reza Alex Noerdin dan Giri Ramanda Kiemas sebagai bacagub-cawagub Sumatera Selatan, pasangan Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Pangaribuan Sitorus sebagai bacagub-cawagub Sumatera Utara, pasangan Karolin Margret Natasha dan Suryadman Gidot sebagai bacagub-cawagub Kalimantan Barat, dan Irjen Pol Safaruddin sebagai cagub Kalimantan Timur pada Pilgub 2018.

6. Kandidat di Sumatera Selatan

Tiga kandidat bakal cagub/cawagub yang telah resmi berpasangan di Sumatera Selatan adalah Herman Deru – Mawardi Yahya diusung oleh Partai PAN, NasDem dan Hanura. Sedangkan Ishak Mekki – Yudha Pratomo Mahyuddin, keduanya disebut-sebut telah mendapat dukungan dari Demokrat, PBB dan PPP untuk maju di Pilgub Sumsel.

Kandidat ketiga datang dari Dodi Reza Alex – Giri Ramandha Kiemas, keduanya telah resmi diusung oleh dua partai besar Golkar dan PDIP. Dukungan terdadap putra Gubernur Sumsel, Alex Noerdin semakin mantab setelah Megawati Soekarno Putri mengumumkan nama keduanya menjadi jago PDIP dalam pilkada gubernur di Bumi Sriwijaya.Kandidat terakhir dan sejak lama namanya meramaikan pilkada gubernur di Sumsel adalah, Aswari Rivai. Aswari merupakan bupati Kabupaten Lahat selama dua periode. Ia yang ketua wilayah Gerindra Sumsel, mendapatkan tiket dari partainya dan didukung PKS. Mereka siap mendaftarkan diri tanggal 10 Januari mendatang.

Tekanan politik

Sementara di Jawa Timur, tampaknya oplosan pasangan calon gubernur di Jawa Timur masih belum menemukan campuran yang pas. Setelah Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang semula akan maju berpasangan dengan Syaifullah Yusuf (wakil gubernur Jawa Timur sekarang), membuat upaya menyusun komposisi pertarungan makin seru.

Anas tampaknya tidak sanggup menahan tekanan politik. Semula, pasangan Syaifullah Yusuf dan Anas ini telah dideklarasikan. Mereka diusung PDIP dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Akibat beredarnya foto mesum Anas, pada Sabtu (6/1/2018), selepas shalat subuh, Anas mengembalikan mandatnya sebagai cawagub ke PDIP dan PKB.

Terlepas dari benar tidaknya foto tersebut, keputusan Anas mengembalikan mandat ini bisa jadi lonceng kematian bagi karir politik Anas yang berhasil menjadi bupati Banyuwangi selama dua periode. Politisi PKB yang moncer dengan beragam terobosan dalam membangun Banyuwangi ini, kepada publik mengaku ia mendapat teror secara pribadi selama proses penentuan pasangan calon gubernur/wakil gubernur Jatim.

Namun, sejumlah pertanyaan yang menggelitik bisa muncul terkait mundurnya Anas dari calon wakil gubernur Jawa Timur. Di media, Anas secara terbuka mengaku, alasan dirinya mundur karena tidak kuat menghadapi teror yang mengancam keselamatan diri dan keluarganya. Jika saja orang sekaliber Anas yang sudah matang secara politik sampai mengaku tidak kuat menghadapi ancaman ini, maka akan menjadi pertanyaan bagi kinerja polisi. Lebih lanjut, bisa menjadi PR yang cukup serius bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo, mengingat problem ini terjadi di era kepemimpinannya. Karena, bisa saja ia dinilai gagal memberikan rasa aman pada warga negara.

Dalam dunia politik, teror, uang dan wanita serta isu sektarian, sering muncul mewarnai pertarungan politik. Hal tersebut sering dijadikan alat perusak lawan politik dengan kampanye negatif ataupun kampanye hitam. Kampanye negatif, jika yang disampaikan sesuai fakta. Kampanye akan berubah menjadi kampanye hitam, jika yang diungkap tidak berdasarkan fakta.

Persoalannya, apakah politisi bisa menghadapi tekanan politik dengan langkah yang bijak atau tidak. Jika bisa, maka tentu layak mendapat balasan. Semoga, pemilu yang berlangsung di Indonesia tahun ini, makin mendewasakan seluruh komponen bangsa dalam berpolitik.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!