JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerjasama dengan TNI AL kembali menggelar program Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah. Pelayaran KRI Dewaruci mengarungi lintas samudera kali ini direncanakan bakal menyusuri 13 titik di wilayah Nusantara selama 3 bulan, mulai dari Banda, 17 Agustus 2021 dan berakhir di Surabaya pada 28 Oktober 2021.
Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Dr Restu Gunawan M Hum mengatakan kegiatan Muhibah Budaya dan Fastival Jalur Rempah 2021 merupaya upaya diplomasi budaya dan menguatkan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
“Kita ingin melihat jalur rempah “dari geladak kapal kita sendiri”. Karena rempah-rempah pernah mengharumkan Nusantara,” kata Resti, Senin (10/5/2021).
Menurutnya, negeri ini pernah menjadi pemain penting dan pemasok utama dalam perdagangan dunia, terutama rempah, jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara. Begitu pentingnya rempah-rempah dibagi kehidupan manusia, sehingga menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global.
Jalur rempah itu sendiri tersebntuk akibat dari lalu lintas laut yang padat dari Asia Timur, Timur Tengah, Eropa dan sebaliknya. Melalui jalur ini, banyak peradaban dunia saling berinteraksi. Jalur globalisasi Nusantara ini menjelma sebagai ruang silaturahmi antarmanusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya, melampaui konteks ruang dan waktu, dipertemukan oleh laut, samudera, dan sungai.
Mengangkat kembali budaya rempah lanjut Restu, adalah upaya membangun ekosistem, tepatnya sebuah gerakan membangun ekosistem budaya rempah dari hulu hingga hilir yang diharapkan didukung oleh semua pihak. Gerakan ini diharapkan menjadi kebangkitan atas kekuatan kebaharian, mengubah paradigma lama dan membangun perspektif yang luas atas potensi alam dan budaya
Indonesia untuk masa depan yang lebih baik. Menjadikan pengetahuan tradisi dan kearifan lokal, serta kebhinekaan budaya baik di laut dan darat menjadi kekuatan yang mensejahterakan. “Sekaligus untuk menyiapkan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia (World Heritage) dalam memperkuat diplomasi Indonesia dan meneguhkan sebagai poros maritim dunia” kata Restu.
Adapun 13 titik rempah yang akan dilalui Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah 2021 adalah Banda Neira, Ternate, Makassar, Banjarmasin, Bintan, Medan, Lhouksemawe, Padang, Banten, Jakarta, Semarang, Benoa, dan Surabaya. Muhibah Budaya, dengan keterlibatan masyarakat luas melalui komunitas dan generasi muda di 13 titik rempah, mulai dari pertunjukan, musik, kuliner, berbagai kearifan lokal dan pengobatan tradisional, seminar, workshop, pemutaran film, hingga residensi budaya, melakukan kerjasama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan.
Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia menjadi suatu esensi dari program Muhibah Budaya Jalur Rempah atas keberagaman pendukung budaya yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah, untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya dan diplomasi budaya, memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya dan Warisan Budaya Takbenda.
Peserta akan disebar dalam 5 koridor / titik pergantian /pertukaran peserta yakni Ambon, Makassar, Tanjung Uban, Bintan, Padang, dan Jakarta. Jumlah peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah setiap koridor pelayaran sebanyak 125 orang terdiri atas 118 laki-laki dan 7 perempuan.