SOLO, MENARA62.COM – Sejumlah 55 murid kelas V SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo melakukan kunjungan belajar di Laboratorium Program Studi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, Kamis (10/10/2024).
Mengangkat tema “Mengenal Dunia Perkuliahan untuk Tentukan Masa Depan,” kegiatan fieldtrip ini sudah dirancang ke dalam program tahunan tiap jenjang kelas.
Koordinator tim kelas V, Arsyadana, menyampaikan tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengalaman nyata kepada para murid tentang dunia perkuliahan.
“Pembelajaran yang bermakna akan lebih terasa jika dipraktikkan secara langsung. Diharapkan setelah kegiatan ini para murid memiliki wawasan tentang dunia perkuliahan,” terangnya.
Kegiatan inti diawali dengan pembukaan dan sambutan dari salah satu mahasiswa PGSD UMS. Para murid dibagi menjadi empat kelompok besar, setiap kelompok dipandu oleh dua mahasiswa PGSD UMS dan satu guru pendamping. Secara bergiliran, tiap kelompok berkunjung dan belajar di laboratorium sains, numerasi, literasi, musik, dan tari.
Kunjungan pertama, para murid diajak berkeliling di laboratorium sains. Pengamatan dan pembuktian sifat cahaya, magnet, dan bunyi dipraktikkan di sini. Para murid juga berkesempatan mempelajari bagian tubuh manusia dan mengamati sel bawang merah dengan menggunakan mikroskop.
Kunjungan kedua di laboratorium numerasi dan literasi. Di sini para murid dapat mencoba berbagi media pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menyampaikan konsep materi saat proses pembelajaran di kelas.
Kunjungan ketiga di laboratorium musik dan tari, para murid dapat mengenal dan mencoba alat-alat musik tradisional dan modern. Sesi kali ini, para murid diperkenalkan tentang seni karawitan yang berasal dari kebudayaan Jawa Tengah.
Salah satu mahasiswa PGSD UMS, Aldy Tri Ramadhan, menyampaikan mempelajari seni karawitan tidak hanya melatih kekompakan saja, tetapi sebagai upaya melestarikan dan mencintai salah satu ragam budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Tak perlu malu belajar musik tradisional, tak perlu takut jika dikatakan orang kuno karena sejatinya musik itu tercipta dari kumpulan harmoni yang dimainkan secara bersama-sama,” pesannya kepada para murid.
Pembelajaran di luar lingkungan sekolah sangat diperlukan sebagai upaya pembuktian teori yang diajarkan di kelas. Selain sebagai ajang refreshing, para murid mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dalam kegiatan fieldtrip kali ini.
Salah satu murid kelas V, Geys Ahmad Adib, sangat antusias ketika menyanyikan salah satu tembang dolanan “Gugur Gunung.”
“Pertama kalinya aku mencoba memainkan salah satu perangkat gamelan, unik sekali dari ragam bunyi yang dikeluarkan dapat menyatu menghasilkan nada yang indah,” ucapnya. (*)